Chapter 7

545 66 0
                                    


Suatu senja di akhir pekan, Shinichi duduk di sebuah bangku taman. Taman tempat dirinya dulu biasa bermain bersama Detektif Cilik. Di kursi yang didudukinya sekarang, beberapa tahun lalu ia dan Haibara membahas kasus di sini, ya ia ingat itu, kasus pemain kabuki Ebizo. Kemudian setelah itu, mereka menaiki skateboard bersama menuju perlintasan kereta untuk memeriksa TKP.

Kau dimana Shiho... Apa kau masih hidup? Aku... Aku... Shinichi memejamkan matanya dengan pedih. Aku merindukanmu...

"Kudo-Kun?"

Shinichi terkesiap dan segera refleks menoleh, "Shiho?!"

Reina mengerjap, "ini aku Himekawa Reina,"

"Oh maaf,"

Reina akhirnya duduk di sisi Shinichi.

"Kenapa kau bisa di sini?" tanya Shinichi.

"Ah, aku dalam perjalanan pulang sehabis membeli beberapa kebutuhan, lalu aku melihat kau di sini, jadi aku suruh sopir parkir di sana," jelas Reina.

"Oh..."

Reina menatapnya penuh minat, "masih memikirkan Miyano-San?"

Shinichi menghela napas, "eh, dulu kami pernah berdiskusi di sini,"

"Oh..."

Hening sejenak.

"Ne..." mendadak Shinichi memanggil.

"Uhm?"

"Apakah aku aneh?"

"Aneh bagaimana?"

"Padahal aku punya pacar, tapi malah merindukan wanita lain?"

"Well, ya dari cara kau memikirkannya, aku juga mengira awalnya Miyano-San itu kekasihmu alih-alih Mouri-San,"

Shinichi menunduk sembari memejamkan matanya.

"Kau tidak menyadari seseorang begitu berarti sebelum kau kehilangan orang itu..." Reina berkata bijak.

Shinichi membuka mata lagi menatapnya.

"Itukah yang kau rasakan? Yah, aku juga merasakannya saat kehilangan nenek,"

"Tapi semasa hidup, kalian saling menyayangi kan?"

"Tentu saja,"

"Sementara aku... aku..."

"Kenapa?"

"Aku takut aku tidak pernah bersikap baik pada Shiho..."

"Eh?"

"Aku hanya suka menyuruh-nyuruhnya untuk membantu investigasiku. Aku selalu mengira ia akan selalu ada... Tapi nyatanya tidak..."

"Hmm... bagaimana perasaan Miyano-San sendiri terhadapmu?"

Shinichi menggeleng, "aku tak tahu... dan bila mengingat itu aku semakin merasa bersalah. Aku tak pernah tahu apa yang Shiho rasakan... Aku tidak tahu bagaimana pandangannya terhadapku... Tapi... dia selalu memahamiku. Aku egois bukan?"

"Tidak pernah kah kau berpikir Kudo-Kun?"

"Apa?"

"Mungkin saja Miyano-San memang tidak mau ditemukan olehmu,"

Shinichi tersentak, bingung dengan pemikiran Reina.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian atau hubungan kalian. Tapi kemarin dari pandangan Mouri-San dan Suzuki-San padaku, aku dapat merasakan kecemburuan dan ketidaksukaan, serta mungkin kecemasan,"

"Maksudmu..."

"Kalau aku, orang luar yang baru bertemu denganmu saja sudah menangkap hal itu. Pasti Miyano-San yang cerdas juga mengerti. Mungkin dia takut kehadirannya akan membuat Mouri-San cemburu. Karena itu, walaupun aku tak tahu bagaimana dia hilang, dia memilih untuk tidak ditemukan lagi, dengan anggapan dia masih hidup,"

Shinichi tertegun, ia tak pernah memikirkan teori ini.

"Dan bila dia melakukan semua itu artinya..."

"Artinya?"

"Dia mencintaimu Kudo-Kun,"

Shinichi terkesiap.

"Dia tulus mencintaimu dan cintanya membebaskan... dia membiarkanmu bahagia bersama Mouri-San..."

Shinichi terbengong-bengong. Shiho mencintainya? Benarkah itu?

Reina mendesah, "bila benar begitu, sungguh mulia sekali dia. Aku tak dapat membayangkan bila itu terjadi padaku. Memikirkan Hakuba di Jerman dengan wanita cantik saja sudah membuatku kesal,"

Shinichi jadi gusar, "lalu bila benar begitu... apa yang harus kulakukan? Bila Shiho memang tidak ingin bertemu denganku lagi..."

"Kenali dulu perasaanmu sendiri Kudo-Kun,"

"Kenali perasaanku?"

"Kau bimbang diantara Mouri-San dan Miyano-San kan? Kau harus pastikan dulu siapa yang sebenarnya kau cintai,"

"Ehh?"

"Kalau kau mencintai Mouri-San, maka sebaiknya berhenti cari dia. Tak ada gunanya kau bawa dia kembali ke sisimu. Hal itu hanya semakin membuatnya menderita,"

Shinichi termenung, benarkah selama ini sesungguhnya ia telah membuat Shiho menderita?

"Tapi bila kau telah yakin kau mencintai Miyano-San, carilah dia sampai ketemu. Setelah ketemu, jangan pernah kau lepaskan dia lagi. Jangan pernah menyia-nyiakannya lagi. Aku yakin Mouri-San akan mengerti. Aku sendiri juga tidak ingin mempertahankan pria yang tidak sungguh-sungguh mencintaiku, rasanya tidak nyaman. Dia pasti akan melepasmu walau harus sakit sebentar," ujar Reina panjang lebar.

Shinichi terdiam sesaat sebelum menarik napas panjang, "arigatou Himekawa-San, aku merasa lebih lega. Maaf jadi cerita semuanya padamu,"

Reina mengedikkan bahu, "aku sudah terbiasa jadi tempat curhat, semacam ada magnet, orang-orang tahu-tahu sudah curhat saja padaku. Detektif dari London itu juga bilang begitu,"

Shinichi bangkit berjalan ke tengah lapangan dan mulai memainkan bola sepak yang ketinggalan di sana. Shinichi memainkannya begitu lincah sebelum kemudian menendangnya ke gawang menciptakan gol. Kemudian ia lakukan berulang kali dan membuat gol-gol lagi. Reina memperhatikan hal itu dalam diam, ia mengerti seorang pria membutuhkan suatu pelampiasan kalau pikirannya sedang penuh. Bila Shinichi suka main bola maka Hakuba Saguru lebih suka main biliar.

Mereka tidak tahu, beberapa meter dari sana Ran memperhatikan pemandangan itu dan berbalik badan dalam diam dengan wajah muram. Mereka semua juga tidak tahu, dibalik semak-semak ada yang terkekeh kejam dalam hati.

Lady From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang