Naruto belongs Masashi Kishimoto
•
Story keempatku setelah ENDLESS dan PREJUDICE yang akhirnya tamat. Aku sangat puas sejauh ini, karena dalam kurun waktu dua minggu bisa buat banyak cerita.
Terima kasih bagi yang sudah membaca. Aku selalu senang saat nulis pair NH. Imajinasiku enggak bisa berhenti di satu cerita, harus terus lanjut lagi. And I'm very happy to do it.
Selamat membaca.
••••
"Bawa Himawari denganmu, dan aku dengan Boruto. Hinata, kita harus sadar pernikahan ini tidak bisa diselamatkan lagi. Kita memilih jalan yang berbeda, Hinata." Naruto memegang bahu istrinya yang lemas, wajah Hinata terlihat kusut dengan sisa air mata yang mengering di pipinya.
Hinata menjauh, menolak sentuhan Naruto. Air matanya kembali mengalir.
"Kita masih bisa memperbaiki ini. Aku yakin kita mampu melakukannya. Naruto ... ingatlah kenapa kita bisa menikah, jangan lakukan ini, kasihan anak-anak."
Naruto memandang sendu sang istri di hadapannya. Tidak ada yang bisa pria itu lakukan untuk membantu Hinata keluar dari keterpurukannya, sebab ialah alasan terpuruknya Hinata.
"Hinata ... aku tidak bisa melakukannya. Aku mencintainya. Kenapa kita tidak berpisah secara baik-baik saja? Walau kita tidak bersama lagi, Boruto dan Himawari tetap memiliki orang tua, iya, kan?" Naruto berusaha membuat Hinata mengerti.
Naruto tidak bisa, ia tidak bisa menyembunyikan dan menahan hatinya lebih lama lagi. Perasaan terpendam dan kesempatan yang terbuka untuknya saat ini tidak bisa ia lepaskan begitu saja. Walau Hinata baik dan sangat mencintainya, tapi pria itu tidak bisa berbohong bahwa ada yang lain di hatinya selama ini.
"Lagipula, kau terlihat nyaman dengan Shikamaru. Kupikir kalian akan menjadi pasangan yang serasi," tambah Naruto lagi.
Hinata mendongak menatap Naruto dengan tajam. Ia masih istri Naruto. Keduanya belum bercerai sama sekali. Namun, mengapa suami yang sangat ia cintai tega mengatakan dan menyandingkannya dengan pria lain?
"Demi Tuhan dia temanku, Naruto! Kami tidak ada hubungan apa-apa seperti dirimu dan Shizuka! Kami tidak melakukan hal tercela seperti yang kau lakukan!"
Naruto tersentak saat mendengar gertakan Hinata. Sembilan tahun pernikahan mereka, ini adalah pertama kali Hinata berteriak padanya.
Dan ucapan sang istri itu, membuat Naruto mengepalkan tangannya, berusaha meredam amarah yang berangsur-angsur ia rasakan.Hinata membuang napas, meredam emosi dan gejolak di hatinya yang meledak-ledak. Hinata kembali menatap Naruto lagi, kali ini tatapan ibu dua anak itu menyendu, nanar, dan penuh sarat kekecewaan.
"Baiklah, jika ini jalan yang kau maksud, aku mengerti, urus surat perceraian secepatnya." Hinata memilih menyerah. Mau sampai ia menangis darah mengatakan betapa ia mencintai Naruto sepenuh hatinya, suaminya itu tidak akan terpengaruh. Cinta yang belum usai antara Naruto dan Shizuka akan selalu jadi pemenangnya.
"Himawari dan Boruto tetap bersamaku. Aku tidak yakin kau bisa menjaga putraku. Aku saja kau tinggalkan, apalagi Boruto." Hinata segera keluar dari kamar mereka setelah mengatakannya. Meninggalkan Naruto dengan berbagai perasaan di hati pria itu. Apalagi setelah mendengar perkataan sang istri, Naruto menjadi gundah.
Naruto mulai bertanya-tanya, apa keputusanku sudah benar?
TBC.
Seperti dua storyku sebelumnya, EXPLOSION hanya akan sampai bab 3-4, tidak lebih, tidak kurang.
Terima kasih sudah membaca EXPLOSION.
SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPLOSION
FanfictionNaruto dan Hinata saling mencintai, keduanya membuktikan hal tersebut dengan pernikahan dan dikaruniai dua orang anak. Hidup Naruto dan Hinata terlihat sempurna--- Dari luar.