EXPLOSION 3

411 48 11
                                    

Naruto characters belongs to Masashi Kishimoto



***

Hujan mengguyur Jepang sore ini. Hinata melihat ke arah jendela yang berkabut, sangat deras sampai beberapa kali angin kencang menyapu atap rumah Uzumaki.

Dan bagian paling parahnya adalah fakta bahwa Naruto belum menunjukkan eksistensinya sejak tiga puluh menit lalu. Akhir-akhir ini suaminya selalu telat pulang kantor dan selalu berangkat lebih awal. Seperti ada yang menarik dan menahannya di kantor setiap hari.

Hinata memperhatikan sikap suaminya lebih aneh. Sering menatap ponsel sembari tertawa atau tersenyum lebar, main ponsel di meja makan hingga Boruto dan Himawari pun diabaikan.

Wanita berambut pendek itu menghela napas, memejamkan matanya dengan lelah, ia tidak suka perubahan suaminya yang terlalu tiba-tiba seperti ini, apalagi mengingat bahwa Naruto bukan orang yang dengan mudahnya merubah kebiasaan.

Pupil amethyst-nya membulat saat melihat suaminya di luar sana dengan pakaiannya yang basah kuyup, juga tas selempang hitam yang menjadi payung Naruto walaupun itu sia-sia karena hujan terus saja mengguyur ayah dua anak itu.

Hinata segera berlari ke ruang tamu dan membuka pintu, tanpa kata ia menyuruh Naruto masuk walaupun lantainya akan basah, lalu berlari ke kamar untuk mengambil handuk suaminya.

"Maaf, ya, aku terjebak hujan," jelas Naruto saat Hinata mengeringkan rambut suaminya. Hinata menghela napas, kemudian mengangguk. "Tidak masalah, tapi kenapa kau bisa kehujanan begini?" Naruto tersenyum lebar hingga gigi-gigi putihnya terlihat.

"Tadi aku singgah ke cafe untuk minum kopi, tapi saat ingin pulang tiba-tiba hujan deras. Oh, ya! Aku membawakan Boruto dan Hima strawberry cake," jelas Naruto lagi. Hinata terkekeh pelan, Naruto jelas tidak berubah. Hanya Hinata saja yang berpikir kejauhan.

Hinata meletakkan handuk di leher suaminya, menyuruhnya mandi. Naruto memeluk pinggang istrinya sembari melangkah ke kamar mereka.

"Aku merasa akhir-akhir ini Boruto dan Hima marah padaku." Hinata melirik suaminya. Sejak dulu pria ini memang tidak peka.

"Kenapa begitu?"

Naruto menggeleng. "Entahlah, tapi itu fakta, kan?" Kembali bertanya kepada istrinya. Hinata mengelus lengan suaminya, kebetulan mereka juga sudah sampai di depan pintu kamar.

"Apa kau tidak menyadari apa yang kau lakukan akhir-akhir ini? Kau terlalu sibuk dengan ponselmu, Sayang." Hinata mengelus rahang suaminya. Wajahnya mendongak melihat ekspresi sang suami. Dulu saat mereka masih sekolah, ia tak pernah membayangkan wajah serius Naruto karena pria itu selalu menghabiskan waktunya untuk bercanda dan menjahili orang lain.

Hinata berdebar. Sudah lama tak melihat wajah serius dengan rahang kokoh ini. Mengingat alasan pernikahan mereka yang terbilang sangat tidak direncanakan membuat senyum terbit di bibir Hinata.

"Apa yang kau pikirkan?" Naruto mencium bibir istrinya singkat.

Selalu saja begitu, pria di hadapannya ini tidak pernah berubah. Selalu mengambil sesuatu tanpa pernah meminta.

"Kau ingat kenapa kita bisa menikah?"

"Ouch ...! Jangan ingatkan aku tentang itu, ya ampun ...." Naruto melenguh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EXPLOSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang