Naruto belongs Masashi Kishimoto
•
Warning: typo, drama pasaran, dan membuat yang baca jadi emosi.
Selamat membaca.
••••
"Naruto, sudah pagi."
Hinata menggoyangkan pelan bahu suaminya yang tertidur nyenyak di kasur mereka.
"Lima menit lagi, Sayang," balas Naruto yang terdengar seperti gumaman. Hinata menggeleng pelan.
"Tidak bisa, Boruto harus ke sekolah, kau pun harus kerja, dan Himawari akan dititipkan di day care hari ini karena aku akan ke rumah Ibu sebentar lagi," jelas Hinata dengan sabar.
Beberapa saat kemudian, Naruto bangun sembari menguap dan mengucek-ngucek matanya yang masih ingin menutup. Naruto memandang Hinata lama, tanpa aba-aba pria itu langsung mencuri ciuman di bibir sang istri, kemudian terkekeh pelan saat melihat Hinata memerah.
"Kenapa kau tidak membawa Himawari saja?" tanya Naruto sembari beranjak dari tempat tidur. Hinata segera mengikuti suaminya dan mengambil handuk untuk Naruto mandi.
"Tidak bisa, perjalanannya lumayan jauh dan Hima masih kecil. Aku takut dia kenapa-kenapa," jawab Hinata pelan. Naruto berbalik dan mengangguk-ngangguk pada Hinata, kemudian langsung masuk ke dalam kamar mandi, tak berselang lama, Hinata mendengar suara air shower yang menyentuh lantai.
Hinata segera bergegas ke lemari pakaian dan menyiapkan segala kebutuhan Naruto. Pakaian kerja, sepatu, kaos kaki, celana, dasi, pakaian dalam, dan terakhir aksesoris yang biasa pria itu pakai, seperti jam tangan misalnya.
Juga, Hinata tak lupa mengambil ponsel Naruto. Namun, sebuah notif pesan membuat Hinata menoleh pada ponsel suaminya saat ia sedang mengatur kemeja kerja Naruto.
Hinata mengangkat ponsel sang suami, di sana terdapat sebuah pesan, [Kira-kira kapan kau sampai di kantor, Naruto?]
Hinata mengernyit, melihat pesan yang terlihat biasa itu, Naruto tidak memberi nama pada nomor pengirimnya, hanya sebuah inisial L aja yang tertera di ponsel itu.
Wanita berambut pendek indigo itu terdiam sejenak. Pesan itu memang sangat biasa. Namun, Hinata tidak bisa menampik perasaan khawatir, takut, cemas yang tiba-tiba dirasakannya. Ia tahu ini adalah naluri seorang istri.
Namun, bagaimanapun, Hinata akan berusaha mempercayai Naruto. Selama ini ia dan sang suami sangat saling mencintai. Tidak mungkin ada yang berani mendekati keluarganya saat Naruto sendiri begitu menunjukkan keharmonisan rumah tangganya pada orang-orang tanpa sungkan.
Hinata segera menyimpan ponsel Naruto lagi di nakas samping ranjang, ia segera keluar dari kamar untuk menengok Boruto dan Himawari di meja makan.
Saat sang ibu sampai, si bungsu langsung berteriak dan memanggil Hinata. Hima segera meminta untuk digendong oleh Hinata dan wanita itu pun tersenyum lalu segera mengangkat anaknya. Sifat manja Hima sangat mirip dengan Naruto.
"Ibu, kenapa Ayah lama sekali? Aku sudah lapar," keluh Boruto dengan bibir manyunnya yang lucu. Anak berusia tujuh tahun yang kini duduk di kelas satu sekolah dasar itu memandang Hinata yang hanya dibalas senyum teduh dan elusan pada rambut anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/331023677-288-k772865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPLOSION
FanficNaruto dan Hinata saling mencintai, keduanya membuktikan hal tersebut dengan pernikahan dan dikaruniai dua orang anak. Hidup Naruto dan Hinata terlihat sempurna--- Dari luar.