23. Perasaan Yang Memuncak

93 16 7
                                    

Gue gatau setan apa yang sedang merasuki Kavi hari ini sampai-sampai dia terus mengekor di belakang gue, dari keluar tenda setelah mengatakan hal yang cukup bikin gue tercengang dia seakan tidak memberi gue kesempatan untuk berpikir karena terus mengikuti gue kemanapun.

"BISA MINGGIR NGGAK?!" Teriak Eka dengan wajah garang pada Kavi yang berdiri di belakang gue, cowok itu terlihat tidak peduli bikin Eka jengah lalu dengan keras menendang kakinya. Walau agak kasian melihatnya tapi kelakuan Kavi gini emang bikin kesel, selain menghambat pekerjaan gue dia juga menghalangi orang-orang mendekat apalagi cowok-cowok.

"Apaansih boncel ganggu aja!" Balas Kavi melirik tak suka kearah Eka, cowok itu beringsut ke samping gue sambil berjongkok memegangi kakinya yang tadi ditendang oleh Eka. Yang di katain boncel lantas tak terima, cewek itu sudah maju ingin menjambak rambut Kavi sambil berjinjit tapi gue segera memisahkan.

"Udah udah, gue mau bicara sama Kavi. Lo gantiin gue dulu nih." Suruh gue membuat Eka manut lalu maju mengambil tongkat yang gue pegang. Karena gerimis Alan memutuskan untuk membentangkan terpal yang cukup panjang didepan tenda putri, katanya biar rumput didepan tenda ngga becek dan bisa buat nongki kalo ujan gede. Saat itu di tenda hanya ada 5 orang termasuk gue, yang lain sudah bagi tugas sebagai perwakilan menghadiri beberapa acara yang membuat kami membagi beberapa tim diantaranya ada acara tentang kepemimpinan, harusnya Alan yang hadir tapi karena pemuda itu sedang membuat tempat untuk nongki jadi di wakilkan oleh Cui dan Agi. Jeni, Jojo, Sila sama Ali sedang mempersiapkan acara jurit malam nanti.

Gue menarik lengan Kavi masuk ke dalam tenda, lalu menatap pemuda itu jengah. "Lo kenapa sih? Ketempelan?" Tanya gue membuat Kavi merengut, ia beringsut duduk merapat ke depan gue.

"Lo masih ga paham apa yang gue omongin tadi sore?" Tanya cowok itu membuat gue mengerjap kemudian menggeleng, padahal gue tau betul apa yang Kavi katakan waktu itu, tapi gue malah pura-pura tak paham. Suara helaan nafas Kavi terdengar, ia mengacak rambutnya sekilas kemudian kembali menatap gue.

"Dengerin baik-baik," Kavi terlihat serius, mendekatkan wajahnya kearah gue menyisakan jarak beberapa senti saja.

Cup

Gue membelakak, tubuh gue terasa kaku ketika mendapat serangan mendadak tersebut.

HEH ANJRIT FIRST KISS GUE!

APA APAAN LO GAPURA KABUPATEN?!


Gue tercengang beberapa saat sampai kemudian tersadar dengan wajah yang memanas memukul lengan cowok itu ganas, Kavi mengaduh kesakitan membuat gue berhenti melayangkan pukulan padanya.

"Ck, sakit tau." Keluhnya memegangi lengan dengan wajah dramatis, gue ingin beranjak tapi Kavi mencekal lengan gue.

"Mau kemana? Di luar hujan."

"Justru karena hujan anak-anak pasti bakal masuk kesini dan apa kata mereka kalo liat gue sama lo mojok kaya gini?" Kavi terlihat tidak peduli, ia malah menautkan jari-jari tangannya pada jari-jari tangan gue kemudian tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat. Gue sempet terperangah sebentar tapi saat cowok itu kembali mendaratkan bibir dinginnya ke bibir gue, mata gue tak berkedip sama sekali seakan hilang nyawa. Tangan gue mencoba mendorong dada bidangnya tapi tidak bisa, tenaganya terlalu kuat buat gue.

Kavi menaruh tangannya di pinggang gue, melumat pelan sambil memejamkan matanya. Gue meneguk ludah, perlahan hanyut dalam permainan cowok itu.

Saat mulai kehabisan nafas, Kavi melepaskan tautan bibirnya, bernafas normal dan mendekatkan diri lagi. Gue refleks termundur, ia jadi memiringkan wajah seakan bingung. Kavi mendecak kecil sambil menggeser tubuh kembali mendekat, mau teriak rasanya malu, kalo nggak teriak ini cowok didepan gue udah agresif banget. Lagian ko ujan gini gaada yang masuk ke tenda sih?! Mereka ninggalin gue berdua sama ni karpet aladdin apa gimana?!

"G-gue mau ke toilet." Kata gue sambil berdiri tapi Kavi kembali menarik tangan gue, suara pesan masuk pada hp cowok itu berbunyi, layarnya menyala menampilkan notifikasi dari Andrew.

Andrew : woi anjing udah belum, gue gabisa lama lama nahan Eka sama Alan, bacot banget anjir!


WAH GA BENER NIH!


PANTES AJA DARI TADI EKA NGGAK NONGOL TERNYATA DI TAHAN SAMA ANDREW!



EMANG BRENGSEK!




Tanpa aba-aba gue melangkah keluar tenda, mengabaikan Kavi yang terus memanggil nama gue. Saat membuka penutup tenda gue hampir latah melihat Eka yang sudah berdiri di sana dengan wajah heran, ia memiringkan kepalanya melihat Kavi yang berdiri di belakang gue.

"A... sorry sorry lagi lagi gue ganggu." Eka meringis pelan hendak berbalik tapi gue cegah terlebih dahulu, "anter gue ke toilet." Eka tak bisa menolak karena tanpa persetujuan gue udah narik tangannya hingga terseok.

Saat semua anak kelas balik ke tenda pun gue tetep gamau balik ke sana dan tetep duduk di pos dekat gerbang ngopi bareng mang Kohar , Kavi udah ratusan kali nelpon gue tapi ngga gue gubris.

"Balik tenda sana, udah jam 12 gini. Di cariin pacarnya tuh," mang Kohar menunjuk belakang punggung gue dengan dagunya, refleks gue menoleh mendapati Kavi yang sepertinya sedari tadi sudah berdiri di belakang gue.

"Mang, saya bawa pulang ya Adelnya. Udah malem hehe.."

Gue mendecih dalam hati, mau tak mau jadi beranjak. Mang Kohar melambaikan tangan saat gue sudah melangkah meninggalkan pos tersebut.

Ini ko gue berasa jadi bocah yang lagi asik main tiba-tiba di jemput bapaknya suruh pulang ya? Terus dadah dadah melas sama temennya yang ga ikhlas dia tinggalin.

"Lo marah sama gue?"

YA IYALAH PAKE NANYA, ITU TUH FIRST KISS GUE!

Gue diem aja, nggak jawab dan nggak menoleh sama sekali. Berjalan lurus kemudian masuk ke dalam tenda yang masih ramai, ternyata anak cewek lagi pada maskeran.

"Hel Ahrit o hemana haha?" Tanya Eka bikin gue cengo masih berdiri di depan penutup tenda, wajah bulat Eka sudah terbalut sempurna dengan masker hijau yang begitupula yang lainnya. Seperti biasa Natasya dan Seryl sedang sibuk membuat video bumerang dengan wajah datar, Jeni dkk sedang rebahan sambil main hp dan temen-temen gue yang biasanya suka sensi, sekarang malah ikut gabung.

Geya satu-satunya diantara mereka yang tidak menggunakan masker menoleh kearah gue dengan kening berkerut.







"Rudi, lo ngapain malem-malem berdiri di depan tenda cewek kaya gitu?"

Ipa-ipaan (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang