#3

3 0 0
                                    




Keesokan hari pun datang. Biasanya pengantin baru akan merasa semakin dekat setelah malam pertamanya. Namun, tidak bagi Janelle dan Rangga.

Tidur di kasur dan kamar yang berbeda. Tidak saling bersentuhan. Tidak saling berkomunikasi. Bahkan tidak saling melihat.

Pagi itu Janelle bangun dengan terburu-buru. Ia segera mengenakan pakaian kerjanya dan berlari ke lantai bawah.

Sesampainya di bawah, ia langsung disambut oleh kehadiran Noel yang sedang menutup pintu masuk.

"Selamat pagi, bu Janelle!" sapanya.

"Pagi juga, El," sapa Janelle balik.

"Anda kelihatan buru-buru. Ada rencana ke mana kalau boleh tahu?" tanya Noel, heran melihat Janelle yang sudah rapi di pagi hari.

"Saya pergi kerja, El."

Kedua mata Noel terbuka lebar, kaget. Ekspresi wajahnya tampak tidak percaya dan bingung.

"Ibu... kerja?"

"Iya, saya sudah harus berangkat sekarang."

Tanpa banyak gaya, Janelle segera membuka pintu rumah dan berjalan keluar.

"Tapi, bu—"

Sebelum Noel bisa menyelesaikan perkataannya, Janelle terlebih dahulu menghentikan langkahnya saat melihat halaman rumah yang kosong tanpa kendaraan. Seingatnya kemarin terdapat satu mobil di rumahnya.

Noel berlari menyusul Janelle. "Bu, mobilnya sudah dipakai pak Rangga untuk pergi kerja jam 6 tadi," ucapnya.

Mendengar hal tersebut membuat darah dalam tubuhnya mendidih.

"Jadi, saya mau ke kantor naik apa?!" seru Janelle dengan frustrasi.

Noel yang melihat keadaan Janelle ikut merasa panik. "Uh... mau saya panggilkan taksi, bu?" tawarnya.

"Iya, cepat!" jawab Janelle sedikit berteriak.

Noel segera berlari masuk untuk mengambil telepon dan segera menghubungi taksi terdekat.

"Sumpah, Rangga! Semoga hari ini hari terburuk buat kamu!" jerit Janelle sambil menghentakkan kakinya berjalan kembali ke dalam rumah.

——

"Sorry, agak telat..." ucap Janelle setelah memasuki ruangan kerjanya.

"Dari mana saja, sih, El? Ngebo?" tanya Alita, rekan kerja Janelle. Umurnya sudah 30 tahunan. Rambutnya berombak, berwarna hitam dan panjang.

"Ngga, kak Lita,"

"Apa dong? Nyasar?" sahut Leo, lelaki dengan kumis tipis yang baru saja memasuki umur 30.

"Bukan, kak..."

Alita menyolek tangan Leo dan mendekatinya.

"Habis sibuk main tinder itu," bisiknya cukup keras.

"Ih! Mana ada?! Aku ga main begituan!" seru Janelle menentang keras.

Kedua rekan kerjanya hanya cekikikan melihat reaksi Janelle.

"Sudah, sudah... ini ngeributin apa, sih?"

Tiba-tiba sosok laki-laki muncul dari belakang Janelle. Janelle tersentak dan menoleh ke belakangnya. Ia melihat seorang lelaki tinggi yang sedang memegang segelas kopi berdiri di belakangnya.

"Eh, kak Joshua..."

Melihat lelaki tampan di belakangnya membuat Janelle segera menghindar dari jalannya.

Laki-laki bernama Joshua itu tersenyum kepada Janelle lalu berjalan menuju mejanya.

"Josh, kopiku mana?" tanya Leo.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang