#4

3 0 0
                                    




Janelle termenung di mejanya. Pandangannya terlihat kosong, namun pikirannya sedang teracak-acak.

Bagaimana dia bisa tanpa disengaja menjadi karyawan "suami"nya? Apakah ayahnya sudah mengetahui hal ini? Tapi tidak mungkin.

Janelle tidak pernah menceritakan mengenai pekerjaan kepada keluarganya. Ayahnya sendiri tidak tahu profesi Janelle sekarang.

Apabila hal ini hanya kebetulan, maka sangatlah mengerikan. Memikirkannya saja membuat bulu kudunya berdiri.

Tanpa disadarinya, ada seseorang yang sejak tadi memanggil namanya berulang kali.

"El. El. Janelle. Jan. Nel. Janelle...

...EL!"

Janelle tersentak lalu mengalihkan pandangannya pada sumber suaranya tersebut.

"Janelle! Bengong saja," ucap Leo.

"Lagi mikirin apa, sih?" tanyanya.

Janelle menggeleng, "ngga kok, kak. Kenapa?"

"Kabar buruk,"

"Ha? Apa?" Janelle segera menenggakan badannya.

"Kamu... dipanggil seseorang..."

Tatapan mata Leo kemana-mana. Janelle merasa tidak enak.

"Dipanggil siapa?"

Leo terdiam sambil menatap Janelle dengan tatapan khawatir.

"Nanti kamu lihat sendiri. Sekarang naik saja dulu ke lantai 20."

Leo menarik lengan Janelle dan mendorongnya ke luar ruangan. Janelle bingung dengan sikap rekan kerjanya. Tapi dia jadi ikut merasa takut sebab reaksi Leo sungguh terlihat khawatir. Dengan perasaan heran, dia pergi ke lantai 20.

Ia berjalan tanpa arah menyusuri lantai 20. Ini merupakan kali pertamanya berada di lantai 20.

Beberapa pria dan wanita yang mengenakan jas dengan rapi berjalan melewatinya.

Ia menatap pakaiannya yang merupakan kemeja putih dengan bintik-bintik hitam dan celana kulot biasa. Bisa terlihat dengan jelas perbedaan kasta dan jabatan.

Tiba-tiba seorang pria, yang juga berpakaian jas rapi, menghampiri Janelle dengan segelas kopi di tangannya.

"Permisi, mba Janelle?"

Janelle sedikit kaget sebab sosok tak dikenali tersebut mengetahui namanya. Ia mengangguk pelan.

"Boleh ikut saya?"

Pria tersebut kemudian berjalan cukup cepat. Janelle pun mengikutinya dari belakang.

Ia berhenti di depan sebuah pintu berwarna hitam. Ia mengetuknya beberapa kali lalu menoleh ke Janelle.

"Silahkan masuk," ucapnya sembari membukakan pintu.

Hawa dingin langsung menerpa badannya. Bulu kudunya sudah terlebih dahulu berdiri sebelum ia bisa masuk ke dalam. Sekarang ia mengerti kenapa orang-orang mengenakan jas pada lantai ini.

Ia melangkahkan kaki dengan ragu. Ia mengintip ke dalam ruangan yang tampak kosong. Ia akhirnya memberanikan diri untuk sepenuhnya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Pria tersebut lalu menutup pintu sembari keluar dari ruangan.

Janelle menoleh kesana kemari, mengamati ruangan yang cukup mewah ini. Jauh berbeda dengan ruangan kerjanya.

"Ehem..."

Janelle terkagetkan oleh suara yang tiba-tiba muncul. Ia menoleh ke belakangnya dan menemukan sosok pria tak asing.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang