• • •
Selang beberapa hari kejadian, Anne menemukan dirinya sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk mengunjungi seseorang yang seakan memaksanya secara tidak langsung untuk turun ke jalan. Ia menekan tombol lift untuk beranjak naik menuju lantai lima. Menggenggam kantong keresek berisikan beberapa cemilan favorit dari seseorang yang ia jenguk.
Setelah lampu indikator lift menyala dan berbunyi lantai lima, wanita tersebut segera melangkah ke luar. Berjalan kembali menyusuri koridor sebelum berdiri tepat di depan pintu bercat biru muda. Tak membuang waktu lama, ia mengetuk pelan untuk kemudian menarik kenop pintu dan melangkah masuk.
Masih terbaring di atas ranjang rumah sakit, seorang pria yang sedikit lebih tua darinya memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Seakan tidak menyadari kehadirannya karena ia seperti terlelap dalam tidur yang sangat dalam. Kesedihan sedikit terpancar dari wajah Anne karena ia berharap dirinya dapat berbincang sedikit dan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya beberapa hari lalu.
Namun karena tidak ingin mengganggunya, maka wanita tersebut mengalah. Ia hanya meletakkan beberapa cemilan di atas meja sebelum beranjak ke luar ruangan kembali dengan perlahan agar tidak membangunkannya.
Beberapa hari ke belakang merupakan hari-hari yang cukup berat baginya karena ia terus teringat peristiwa berdarah yang meany is akan rasa trauma. Anne menjadi merasa kurang tidur karena setiap kali ia memejamkan matanya, akan terbayang selalu wajah perempuan muda yang ketakutan sebelum kemudian tubuhnya sendiri yang tiba-tiba berlumuran darah.
Malam itu, Anne dan Baekhyun, keduanya sempat berada di bahu jalan lebih dari lima belas menit. Untuk memastikan bahwa dua mobil yang mengejarnya tadi telah benar-benar pergi. Hingga pada akhirnya, Baekhyun melambaikan tangan kepada taksi yang lewat. Masih dengan Anne yang berlumuran darah kering- ia berdiri tepat di sebelah Baekhyun. Membuat lima taksi yang telah berhenti langsung kembali menginjak pedal gas nya melihat wanita yang telah berpenampilan tak karuan tersebut.
Mungkin terbesit dalam pikiran mereka bahwa Anne adalah arwah penasaran. Ataupun takut bahwa Baekhyun adalah seorang pembunuh dan semacamnya. Namun setelah satu taksi berselang, taksi selanjutnya dengan sigap keluar dari mobil dan membantu keduanya karena trik Baekhyun berhasil. Pria tersebut melingkarkan tangan Anne di lehernya sementara tangan kanannya ia letakkan pada pinggang sang wanita.
Supir taksi tersebut berkali-kali menawarkan untuk mengantar keduanya ke rumah sakit karena tidak hanya Anne yang berpenampilan mengkhawatirkan Baekhyun juga akibat berguling langsung ke atas tanah. Anne menolak karena ia hanya ingin kembali ke rumah dan membersihkan dirinya. Ia diantar pertama kali sebelum taksi tersebut kembali menjauh untuk mengantar Baekhyun.
Anne hanya mengucapkan terimakasih yang dibalas dengan tatapan penuh kekhawatiran oleh Baekhyun. Saat melewati lobby apartemen dan melewati lift, ia menunduk dan memeluk tubuhnya sendiri agar noda darah di pakaiannya tidak begitu terlihat.
Hingga tangisannya kembali pecah saat dirinya berdiri di bawah shower, membersihkan darah orang lain yang meminta tolong kepadanya. Anne tidak akan pernah melupakan maniknya yang terlihat begitu ketakutan. Ia memang terbiasa menantang maut dengan balapan namun kali ini dirinya benar-benar terpukul karena melihat pembunuhan tepat di depannya hingga darah korban banyak mengenai tubuhnya sendiri.
Sang mentari telah menampakkan dirinya kembali, namun Anne belum sama sekali mengistirahatkan tubuhnya karena ia tidak bisa tidur. Selalu terbayang bagaimana wajah wanita muda tersebut setiap kali ia memejamkan kedua matanya yang saat ini telah sembab.
Masih pada pagi yang sama, dirinya memutuskan untuk mengunjungi kediaman Mark karena ia khawatir, begitupun juga Mark. Pria tersebut tak henti-hentinya membombardir ponsel sang wanita disaat ia sedang kerjar-kejaran malam itu. Namun bagaimana Anne bisa menjawab jika ia sedang berada di antara hidup dan mati?
Anne kemudian telah berdiri tepat di depan depan bengkel yang bertuliskan Mark's Corner dengan grafitti yang menghiasi disetikarnya. Bengkelnya tutup. Namun tanpa pikir panjang, wanita yang bersetelan hoodie berwarna krem tersebut segera menaiki tangga di sebelah kiri untuk menuju kediaman Mark yang sesungguhnya. Keduanya bertemu. Saling melepas rindu dengan pelukan yang bertahan selama kurang lebih tiga puluh detik.
Kini, Anne yang rambut pendeknya ia biarkan terurai tiba di tempat kerjanya setelah ia mengunjungi rumah sakit. Ia hanya bekerja sebagai asisten di suatu kedai rumah makan tradisional yang hanya memiliki satu pegawai saja yaitu dirinya. Perihal masalah uang, Anne dapat dikatakan bahwa ia telah berkecukupan karena uang yang didapatkan dari balapan di jalanan besarnya bukan main jika ia juara. Maka dari itu wanita tersebut hanya mengisi waktu luangnya dengan pekerjaan ringan.
"How's your brother?" Tanya wanita paruh baya sang pemilik kedai yang juga bekerja sebagai koki saat ia sedang mengantarkan nampan berisi menu yang dipesan oleh pelanggan tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Dia baik-baik saja" Jawab Anne perlahan karena kedai rumah makan tradisional itu hanya berukuran kecil. Jadi ia tidak perlu berteriak atau bicara keras-keras.
Telah siap dengan celemeknya, Anne berjalan menuju meja kasir. Memasang senyum manisnya sebelum bekerja, melakukan pekerjaan yang menurutnya ringan hingga malam tiba.
Omong-omong soal malam, malam ini adalah malam dimana ia akan kembali ke jalanan selepas kejadian di dalam bar yang masih membekas di kepalanya. Mobil kesayangannya telah kembali beristirahat dan siap untuk dipakai di garasi bengkel milik Mark. Anne tidak sabar ingin kembali melepas penat nya.
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Gears • bbh
FanfictionTidak pernah terpikir olehnya sama sekali jika terjun ke dunia balap menggantikan kakak semata wayangnya dapat mengantarkannya ke dalam situasi yang kompleks disaat niatnya hanyalah mencari uang untuk membiayai pengobatan kakaknya yang mengalami kec...