chapter five

53 10 4
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Satu tegukan terakhir dari gelas wine berhasil Anne habiskan. Tidak, dirinya tidak mabuk. Ia hanya ingin menghangatkan tubuhnya sebelum pertandingan dimulai. Kali ini dirinya tidak sendiri. Melainkan duduk melingkar bersama orang-orang berwajah baru, yang siap meramaikan pertandingan sebentar lagi.

"Alright Joanne Kim. Your turn. Truth or dare?" Ujar pria yang duduk di sebrangnya. Betul, sambil mengisi waktu, ia memutuskan untuk mengikuti entah permainan apa yang sedari tadi dimainkan.

"Truth" Jawabnya santai sembari menyandarkan tubuhnya ke belakang. Berada di tempat redup seperti ini sebenarnya masih menyisakan trauma. Suara teriakan hingga suara tembakan yang menggelegar seakan masih bisa ia dengar samar-samar.

Tertawa remeh adalah reaksi yang pertama kali ia dengar dari orang-orang yang duduk melingkar karena ia memilih untuk truth. Anne hanya memutar kedua bola matanya saja sebelum pria di sebrang nya duduk tadi kembali berbicara. "Guys— Jangan tertawa padanya. We're facing the real champion— walaupun ia kalah telak di pertandingan terakhir—"

Perkataannya kembali disambut oleh gelak tawa, "So... Ada yang ingin memberi pertanyaan? Your question better be some worthy question— karena kita tidak tahu kapan kita akan bertemu dia lagi"

"Berapa ukuran bra mu? B cup?"

"What color is your panties? Are they match?"

"Sleep with me?"

Wanita yang bersetelan leather jaket berwarna putih-merah tersebut hapal betul pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pasti akan mengarah ke sana. Maka dari itu ia bangkit, memutar bola matanya sembari mengacungkan jari tengah yang direspon oleh sorakan dan tawaan.

Anne meninggalkan tempat yang tadi ia duduki. Berjalan menuju toilet untuk buang air kecil dan berniat untuk menemui Mark setelahnya. Berbeda dengan pertandingan terakhir, rambut pendeknya kini ia biarkan tergerai. Namun tidak dengan kalung rantai kesayangannya yang tidak pernah ia lupakan.

Selesai buang air kecil, ia berjalan ke arah wastafel yang dihiasi dengan cermin besar. Merapihkan pakaiannya sedikit sebelum menyalakan keran dan mencuci tangan.

Terdengar suara pintu toilet terbuka, memperlihatkan dua orang wanita yang keluar dari pintu yang sama. Awalnya Anne tak menghiraukan. Namun saat ia melirik ke arah cermin, pantulan yang dilihatnya seakan menariknya masuk kembali kepada insiden malam itu.

Satu wanita yang menggunakan mini dress, hingga wanita satunya yang lebih pendek darinya menggunakan gaun putih, mirip seperti gaun wanita muda yang ia temui malam itu, maupun rambut hitamnya yang dikepang rapih.

Saat keduanya telah keluar dari kamar mandi, Anne cepat-cepat mematikan keran dan memutuskan untuk membuntuti keduanya. Lorong yang ia lewati kali ini berkali-kali lipat lebih gelap dari bar ruang utama. Hanya lampu-lampu kecil yang menjadi penerangan.

Jarak keduanya menyisikan sepuluh langkah ke belakang. Anne melihat mereka menaiki tangga sebelum menghilang ke arah kiri, memasuki ruangan yang bertuliskan VIP Room. Makin penasaran, wanita berambut pendek tersebut berjalan cepat dan menaiki tangga. Baru saja ia akan memutar tubuhnya ke arah kiri, dirinya dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba keluar dari sana.

Anne segera menghindar dan menunduk, meminta maaf dengan suara yang kecil yang dihiraukan saja oleh pria yang kini menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Anne kemudian kembali mendongak, menyadari bahwa pria tadi merupakan seseorang yang familiar. Walaupun hanya lampu redup yang membantunya melihat, namun ia percaya seratus persen dengan pengelihatannya bahwa pria tersebut merupakan seseorang yang ia kenali.

Ia terlarut dalam pikirannya hingga dirinya mendengar suara pintu terbuka dari lorong VIP Room. Tak berkenan untuk melihat, Anne segera menuruni tangga dan kembali berjalan cepat. Melewati toilet hingga sampai di area bar utama. Tanpa pikir panjang, Anne berjalan keluar. Berniat untuk menemui Mark di tempat parkir.

Angin malam yang lumayan dingin menyapa lembut wajahnya sesaat ia tiba di luar. Berjejer mobil-mobil mewah berjenis sportcar yang tak kalah cantik dari miliknya. Ia berjalan menyusuri parkiran. Hingga menemukan seseorang yang sedang bersandar di kap mobilnya sembari menghisap sebatang rokok. Damn. Pria itu bukanlah seseorang yang Anne cari. Ingin rasanya untuk memutar balik, namun dirinya sudah terlanjur terlihat maka dari itu ia menghampirinya.

"Are you riding tonight? Kau sudah pulih?" Wanita tersebut berdiri tepat di sebelah pria yang akrab dipanggil B sembari melipat kedua tangannya di bawah dada. Melihat ke arah bar yang menyajikan pemandangan orang keluar masuk sembari mengangguk menjawab pertanyaan sang pria.

"Aku tidak sakit. Aku baik-baik saja. Anyway— I haven't thanked you properly so— thankyou. For saving me" Ujarnya masih dengan tatapan yang lurus ke depan. Walau begitu, Anne menyadari bahwa pria tersebut masih berambut merah, menggenakan kemeja pantai bermotif pohon kelapa yang ditemani dengan kaos putih di dalamnya.

Kali ini Anne meliriknya. Melihat bahwa Baekhyun juga menatap ke arah depan. Menghisap batang rokok diantara jemarinya, membiarkan kehangatan melewati tenggorokannya sebelum dihembuskan keluar. Baekhyun yang sadar sedang diperhatikan, ia segera menoleh. Melemparkan senyum kecil sebelum menawarkan rokoknya.

"Wanna smoke?"

"Aku tidak merokok"

"But you drink—"

"Thats a whole different things" Anne menjawabnya kembali. Kali ini ia mendunduk. Masih dengan posisi yang sama, bersandar di depan kap mobilnya. Ia berpikir bahwa sepertinya memang benar seseorang yang ia lihat tadi adalah pria yang kini berada di sebelahnya.

Ini bukan masalah Anne cemburu atau tidak. Tentu saja ia tidak peduli dengan kehidupan seksualnya. Ia hanya takut dalam kemungkinan-kemungkinan yang mungkin dapat terjadi bahwa dirinya berada dalam lingkaran maupun lingkungan perdagangan manusia khususnya wanita muda. Bukan tidak mungkin pula bahwa berpuluh puluh juta uang yang selalu ia nikmati dari jerih payahnya berlika-liku di jalanan merupakan uang dari hasil perdagangan manusia.

• • •

Catatan:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catatan:

Kalo di kalian layoutnya bener gasih? Di aku layoutnya ngaco kalau reader mode. Space nya kebanyakan. Di kalian gimana?

Black Gears • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang