Hai semua ini sebenarnya cerita pertama aku. Tapi aku UnPublish setelah berpikir pajang dan juga ada banyak perubahan dicerita ini.
Langsung aja, yuk dibaca siapa tau nyaman di lapak ini.
.
Bagian 0.0
.
Di ruangan berwarna putih cerah dengan dilengkapi berbagai peralatan untuk bela diri, disana anak laki-laki tujuh tahun sedang dilatih boxing oleh Sang Ayah. Di kursi tunggal, disana juga ada seorang wanita cantik sedang memegang handphone, merekam sebagian kecil kebahagiaan untuk ditunjukkan saat anaknya telah menginjak masa remajanya.
"Ayo, pukul sebelah sini, kalo kamu bisa kalahin Ayah, kamu istirahat." Sang Ayah mengajukan negosiasi pada anak laki-lakinya.
"Enggak mau, Al, mau es krim vanila," tawar anak kecil itu dengan kepolosannya.
Pria didepannya tergelak. "Siap, jagoan, Ayah. Deal, tapi harus bisa kalahin Ayah dulu, baru kamu dapat es krim."
Anak laki-laki itu mengangguk dengan penuh semangat, pukulannya juga semakin kuat karena semangat yang membara, demi es krim vanila ia bisa melakukan apa saja. Kakinya sudah dalam posisi kuda-kuda, sekarang menggerakkannya dengan lincah, tanganya ia ayunkan dan pukulan kuat melayang tapi tetap saja, masih bisa ditangkis.
"Ayo, Al, sayang. Kalahin Ayah!" ujar wanita itu memberi semangat pada sang anak tersayangnya.
Aditya---Ayahnya memberikan isyarat dan menantang agar memancing semangat anaknya. Emosi tidak dibutuhkan, strategi yang paling utama, jika strategi dikalahkan oleh emosi maka siap-siap saja, dirinya akan kalah dan menyesal diakhir.
Bocah tujuh tahun itu masih belum menyerah, pukulannya semakin agresif, pertahanannya juga semakin kuat.
"Lebih kuat lagi, Alvendra!" seru Pria itu setelah menerima satu pukulan dilengan kirinya.
Wajah bocah itu memerah dengan keringat bercucuran, membuat rambutnya basah, untungnya baju latihan yang diberikan Sang Ayah tidak gerah, alias baju tanpa lengan. Bocah itu menghalangi wajahnya dari pukulan yang dilayangkan Ayahnya, bocah itu memanfaatkan kesempatan yang tercipta.
Bughh.
Satu pukulan kencang di perut Sang Ayah. Tapi masih belum tumbang juga. Ia tidak menyerah sampai sana, yang ia pelajari, jika ingin memenangkan maka lakukan dengan sangat baik dan jangan menyerah begitu saja. Saat ingin melayangkan satu pukulan lagi, tanganya dipegang kuat membuat matanya membola, beberapa kali juga ia mencoba untuk melepaskan tangannya namun belum berhasil.
"AAAA, Ayah, jangan curang. Al, ngambek kalo gitu!"
Kirana----Ibu dari bocah itu tertawa melihat anaknya yang merengek, ia terus merekam semuanya. Hingga akhirnya wanita itu berdiri menghampiri mereka berdua.
"Coba liat sini, sayang." Kirana mengarahkan kamera pada wajah anaknya. "Senyum, jangan jutek gitu, ayo, cheese," kata Kirana kembali tertawa.
"Bundaa... jangan gitu. Al, gak bisa marah kalo sama bunda. Ayah juga ayo, lepasin tangan, Al!" Bocah itu terus berontak tapi Ayahnya masih tidak ingin melepaskan tanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVENDRA [Hiatus]
Teen FictionNew Version Alvendra said; Lupain sedihnya atau kamu tidak akan bahagia. Singkat saja ini kisah Alvendra dan Nazeera yang semula hanya orang asing tak saling mengenal tak ada rasa apapun dihati mereka. Hingga akhirnya mereka saling jatuh kedalam per...