.
Bab 2
.
Rasa-rasanya Alvendra ingin menonjok lagi wajah dihadapannya. Membuat cowok itu tidak bisa berbicara, merobek mulutnya yang tak ada hentinya mengancam dirinya.
“Masih gak percaya? Nanti gue kasih tau, tapi... lo harus ngaku kalah,” tandas Andra.
“Gak akan pernah terjadi.” Kalimat dari Alvendra penuh penekanan.
“Terserah.”
Andra menepuk pundak Alvendra dua kali dengan senyuman mengejek. Cowok itu berlalu dengan dipapah dua anggotanya yang sekaligus teman sekolahnya.
Tidak ada yang dilakukan Alvendra. Cowok itu diam, tatapan jatuh ke ujung jalan dengan kekosongan didalamnya. Ingin sekali ia menghajar wajah dan menjadikannya samsak yang sama seperti di rumahnya.
Tapi tak lama ia teringat dengan salah satu sahabatnya yang menjadi alasan ia datang kesana.
Kondisi Gabriel bertambah buruk, cowok itu sudah terkulai lemas di trotoar.
“Bawa Gabriel ke rumah gue aja.” Alvendra membantu Allen membopong tubuh Gabriel.
“Orang tuanya perlu tau, Al,” jawab Allen.
“Bawa dulu ke rumah gue, biar Bunda obatin,” ujar Alvendra. Cowok itu tahu jika Gabriel akan menolak pulang saat dirinya tak baik-baik saja. Mereka tahu tubuh sehat anaknya saja, tidak dengan Gabriel yang saat ini.
Di jalanan sepi itu hanya anggota BigBang, Andra dan yang lainnya sudah tidak ada. Kondisi ketuanya itu sangat buruk, melebihi luka-luka pada Gabriel. Tapi, Alvendra belum tahu siapa yang melakukan hal itu pada sahabatnya. Apakah memang Andra atau orang lain?
“Bawa mobil gak sih?” Langit menyarankan.
“Gak ada mobil. Jalanan sepi, mereka juga gak ada yang bawa,” sahut Iksan.
Langit mengangguk. “Salah satu dari kita bisa pulang dulu, bawa mobil. Terus kesini lagi.”
“Lama. Gabriel masih bisa duduk. Ya, kan, El?” kata Allen.
Hanya pasrah, Gabriel cukup mengangguk. Sebenarnya itu jawaban anti ribet, tidak memperkeruh suasana. Maka, jalan utamanya mengikuti arah pembicaraan.
“Tadi aja masih bisa nonjok wajah si Andreas,” timpal Zidan dibelakang Alvendra dan Allen.
Cowok-cowok yang memapah Gabriel sudah didekat motor yang memiliki nama pemiliknya. AlV3nDR4 ‘Black Zero’, striker itu akan menyala dikegelapan. Satu-satunya motor yang akan langsung dikenali pemiliknya dibanding dengan motor teman-temannya yang hanya ditempeli striker ‘BB Gang’ dengan mahkotanya.
Kemudian, cowok-cowok itu bersiap untuk melajukan motornya kembali dijalanan. Alvendra dan Gabriel, motor Gabriel sudah dibawa oleh pekerja bengkel yang lima menit lalu dihubungi Zidan.
Mereka beriringan membuat jalanan penuh dan ramai. Jumlah anggota yang dibawa Alvendra tidak sedikit. Tiga puluh lima orang, ditambah inti BigBang yang berjumlah delapan termasuk Alvendra sendiri.
“Gue ijin minta kasih sayang, Bunda lo.” Gabriel dibelakang sana berucap demikian.
“Santai. Gue juga pengen punya temen di rumah,” balas cowok itu dengan nada jenaka yang membuat Gabriel ikut tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVENDRA [Hiatus]
Ficção AdolescenteNew Version Alvendra said; Lupain sedihnya atau kamu tidak akan bahagia. Singkat saja ini kisah Alvendra dan Nazeera yang semula hanya orang asing tak saling mengenal tak ada rasa apapun dihati mereka. Hingga akhirnya mereka saling jatuh kedalam per...