Sebenarnya dalam melakukan suatu pekerjaan, ada sesuatu yang selalu menjadi hambatan. Contohnya, misalnya keluarga pasien yang tiba-tiba berteriak hingga mengganggu pekerjaan, atau tangis histeris bagai orang kesurupan, padahal hanya sekedar pengecekan.
Reva menghela nafasnya, sudah berulang kali hari ini dirinya berusaha meredam emosi. Para Medik Veteriner yang lain, yang juga seharusnya membantu tiba-tiba berhalangan untuk datang. Ingin rasanya ia emosi, tapi mengingat bahwasanya pekerjaan yang tengah di jalani adalah hobi, Reva berulang kali mengucap sabar dalam hati.
"Banyak banget yang datang hari ini. Tapi gue kasihan sama anabul di ruang empat. Tuannya sampai sekarang belum datang buat jemput dia." Delia, teman Reva yang juga bekerja langsung mengambil tempat duduk. Mengambil segelas air kemudian meminumnya bagai orang kehausan.
Reva yang melihat itu menggeleng. "Mungkin ada sesuatu yang menghalang buat dia datang. Dari pihak kita sudah berusaha menghubungi belum?"
"Sebenarnya udah beberapa kali, tapi seolah-olah hilang, setiap di telfon pasti gak akan nyambung atau terkadang nyambung tapi gak di jawab." Delia menghela nafas, kemudian meletakkan gelas ke meja dan menjatuhkan kepalanya begitu saja. Wajahnya pucat karena terlalu banyak bergerak.
"Lagi-lagi ... ada yang lepas tanggung jawab." Reva menatap Delia lama, kemudian menatap langit-langit.
Tiba-tiba pintu masuk di dorong, Reva dan Delia sontak duduk dengan posisi tegap. Menyiapkan senyuman semanis mungkin, sembari menatap seorang wanita dengan pakaian yang lumayan tebal.
"Siang, Dok."
"Siang juga." Reva dan Delia menjawab serentak. Kemudian menatap kearah dua buah kandang kucing yang terlihat imut. Dari balik cela, tiba-tiba seekor kucing putih menampakkan ekornya. Delia yang melihat itu menatap dengan gemas.
"Mau periksa ya?" Reva tersenyum maklum, kemudian menatap wanita di depannya dengan senyuman tipis. Wanita itu mengangguk, kemudian dengan arahan Reva, wanita itu membawa kedua anabulnya ke tempat pengecekan kesehatan.
***
Reva mengerutkan kening saat mengecek pernafasan salah satu anabul yang diberi nama Ketty. Dari mata hingga hidungnya keluar cairan, serta air liur yang berlebihan.
Delia yang berdiri di samping Reva menatap lama, kemudian berbisik dan mengeluarkan sesuatu untuk menarik perhatian si anabul.
"Tubuhnya lemas, apakah sebelumnya dia belum makan?" Reva menghentikan kegiatannya, menatap Lussy ( pemilik si anabul ) kemudian mengelus kepala anabul itu lembut.
"Sudah, tapi beberapa kali di muntahkan. Saya juga sudah mengecek di rumah, beberapa hari belakangan ini air liurnya banyak sekali. Lalu, tanpa di duga tiba-tiba bersin selama berulang kali padahal setahu saya, sebelumnya dia jarang sekali bersin." Lussy menjawab sekenanya. Memaparkan apa yang di lihat selama menjaga Ketty, anabul yang terlihat lucu itu.
"Kemungkinan Ketty terkena Feline calicivirus. Gejala awalnya mirip, saya juga barusan cek, lidahnya tidak berfungsi seperti semula. Persis seperti gejala itu. Sebelumnya, jika boleh tahu apakah tempat makan Ketty dan Ouly sama?" Reva menatap Delia lama. Memberi kode untuk menuliskan resep yang harus di beli dan membawakan sebuah suplemen yang harus segera di konsumsi untuk memperkuat sistem tubuh Ketty.
"Sebenarnya saya kurang tahu. Selama ini Ketty dan Ouly saya titipkan kepada seseorang yang memang saya bayar untuk menjaga mereka berdua selama saya bekerja. Namun, beberapa hari ini orang yang saya pekerjaan tiba-tiba meminta keluar."
'Lalai.' Reva membatin. Kemudian tersenyum tipis setelah melihat Ketty yang menatapnya lama.
"Sebaiknya untuk mengurangi penularan, saya sarankan Ketty dan Ouly untuk sementara di jauhkan. Atau di beri ruang. Karena virus ini bisa menyebar lewat udara. Dan, untuk Ouly, tubuhnya sehat hanya saja mungkin harus di beri ruang atau di ajak bermain agar matanya tidak terlalu sayu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalaska
RomanceUpdate to the latest cover. Cover on my rights. "Kalau dikasih pilihan, kamu bakalan pilih aku atau tugas kamu?" "Saya akan pilih tugas saya," *** "Ini bukan perkara di jodohkan atau memang kita gak bisa di satukan. Namun, kamu apa gak sama sekali m...