Hati yang Mulai Tenang

100 2 0
                                        

Bel istirahat berdering. Para santri berhamburan keluar kelas. Beberapa menyerbu kantin, ada juga yang menuju koprasi sekolah, dan sebagian hanya duduk di depan kelas. Para santri diijinkan untuk kembali ke asrama selama waktu istirahat. Asrama santri putra tidak jauh dari sekolah. Namun, meskipun demikian para santi putra sebagian besar memilih untuk berada di sekita sekolah saat istirahat. Lain halnya dengan santri putri yang justru memilih kembali ke asrama walaupun jarak sekolah dengan asrama yang lebih jauh.


Pesantren ini memiliki lahan yang sangat luas. Selain untuk asrama putri dan untuk asrama putra, masih ada lahan lebar untuk gedung sekolah. Sekolah pesantren memiliki puluhan kelas yang berjajar. Jika dilihat dari atas, jajaran gedung tersebut akan terlihat seperti sebuah kotak persegi raksasa dimana di tengahnya terdapat sebuah halaman yang luas. Halaman tersebut sudah terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebuah lapangan sepak bola, sebuah lapangan basket, dan sebuah lapangan upacara rutin bagi ratusan santri baik putra ataupun putri setiap hari senin.


Di sekolah, gedung-gedung kelas dibedakan menjadi menjadi empat bagian. Jajaran gedung di sebelah utara lapangan dikhususkan bagi santri putri tsanawiyah dari kelas satu sampai kelas tiga. Lantas barisan gedung di bagian timur adalah kelas untuk santri putri Aliyah dari kelas satu sampai kelas tiga. Berahadapan dengan gedung kelas tsanawiyah putri merupakan kelas tsanawiyah khusus santri putra. Dan begitu juga dengan gedung yang bertatapan dengan gedung kelas ailyah putri yang merupakan gedung untuk santri putra Aliyah dari kelas satu sampai kelas tiga. Dua gedung tambahan yang terletak di antara perbatasan gedung putra dan putri merupakan ruang pertemuan guru.


Walaupun kelas putra dan putri sudah dibedakan dengan baik, Tapi beberapa fasilitas sekolah ada yang dipakai bergantian. Lapangan salah satunya. Pihak sekolah dengan sengaja membuat lapangan yang sangat luas di tengah-tengah deretan kelas para santri. Dengan begitu semua santri baik putra maupun putri dapat menggunkannya secara bergantian atau mungkin bersama-sama namun dengan lokasi yang berbeda. Sama halnya dengan kantin sekolah yang juga merangkap fungsi sebagai kantin pesantren. Tidak ada kantin khusus santri putra ataupun khusus santri putri. Yang ada hanya pembagian sisi dari arah pembelian dilakukan. Santri puta dari arah kanan dan santri putri dari arah yang berlawanan.


Matahari terasa sangat terik. Hari ini hari Rabu. Hari ke empat Aqeela berada di pesantren. Entah kenapa semakin hari ia merasa semakin nyaman berada di tempat ini. berbeda dengan awal kali ia masuk. Mungkin karena pertemuannya dengan Ratih yang sedikit demi sedikit merubah pandangan buruknya tentang tempat ini. mungkin juga karena perkenalannya dengan Pris yang membuatnya lupa, kalau dulu ia sempat berfikir bahwa keputusannya untuk melanjutkan ke pesantren akan terasa sangat berat. Atau mungkin karena malam itu. saat ia bertemu dengan gadis bermata teduh itu.


"Balik ke asrama yuk!" Pris menarik lengan Aqeela yang sedang meronggoh saku. Aqeela bergumam, memintanya sedikit bersabar. Lalu memberi selembar uang lima puluh ribu kepada sorang penjaga kasir di minimarket pesantren.


"Ngapain ke asrama? Males ah!" jawab aqeela ketus. "Lagian bentar lagi juga masuk!" Sahutnya lagi. Mengambil kembalian dari kasir. Dan melangkah keluar, menenteng sebuah plastic sedang.


"Siapa bilang. Masih ada setengah jam lagi kok. Sekalian sholat dhuhur!" Ratih membuntuti.


"Sholat di masjid aja lah!" Aqeela menjawab singkat. Kakinya terus melangkah ke arah sekolah. "Oh ya, Ratih mana?" Aqeela berhenti mendadak. Menyadari Ratih tidak berada bersamanya semenjak bel istirahat tadi. Pris yang berjalan di belakangnya sampai terantuk kepalanya.

AQEELAWhere stories live. Discover now