Bab 3 (Hamil)

1.1K 84 1
                                    

"Untuk apa kamu masih berada di sini? Kamu sudah bukan siapa-siapa di sini, Yasmin! Cepat bawa barangmu dan keluar dari rumahku!" bentak Bu Nara pada Yasmin yang terlihat sedang duduk di kamarnya.

Yasmin berdiri dan menatap mantan mertuanya itu dengan tatapan memohon. "Biarkan aku di sini sehari lagi saja, Bu. Atau setidaknya, biarkan aku di sini sampai Mas Gusti pulang. Aku hanya ingin berpamitan dengannya," pinta Yasmin.

Bu Nara langsung memasang raut wajah curiganya dan berkata, "Kamu pasti memiliki niat lain 'kan pada Gusti?"

Yasmin dengan cepat menggelengkan kepalanya dan hendak menyangkal, tetapi Bu Nara sudah lebih dulu mengangkat tangannya, enggan mendengarkan kalimat yang akan keluar dari mulut Yasmin.

"Cukup! Tidak ada tambahan waktu. Aku sudah muak melihat keberadaanmu di sini," kata Bu Nara, "cepat bawa kopermu itu dan pergi dari sini."

"Aku mohon, Bu. Aku hanya ingin mengucapkan perpisahan terakhirku dengan Mas Gusti. Hanya itu saja, tidak lebih." Yasmin mencoba meraih tangan Bu Nara, tetapi Bu Nara dengan cepat menghindar dan mundur satu langkah.

"Baiklah, kalau memang itu yang kamu mau. Gusti akan pulang sebentar lagi," kata Bu Nara seraya melangkah mendekat ke arah Yasmin, "lagi pula, aku ada kejutan untukmu."

Bu Nara tersenyum sinis kepada Yasmin dan pergi meninggalkan Yasmin yang tengah termenung memikirkan bisikan mantan mertuanya.

Kejutan? Kejutan apa lagi kali ini? Apakah akan menjadi suatu kejutan yang membahagiakan atau justru sebaliknya?

-
Yasmin sedari tadi tidak bisa diam di dalam kamarnya. Dia terus memikirkan tentang sebuah kejutan yang akan diberikan oleh mantan mertuanya sembari menunggu kedatangan mantan suaminya.

Juga, Yasmin yakin kalau kejutan yang akan diberikan oleh mantan mertuanya itu berhubungan dengan Gusti.

"Apa yang akan Ibu lakukan lagi terhadap Mas Gusti?" gumam Yasmin pelan seraya mendudukkan dirinya di tepian kasur.

Sedikit tahu Yasmin tentang kehidupan mantan suaminya. Gusti itu terlalu diatur oleh mantan mertuanya itu. Adapun yang dikatakan oleh Bu Nara, harus dan mutlak untuk dipatuhi.

Saat Yasmin sedang asyik dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuklah Bu Nara dengan raut wajah sinis khasnya.

Yasmin sampai terheran-heran dengan mantan mertuanya itu. Apakah dia tidak memiliki raut wajah yang sedikit menyejukkan hati?

"Ada apa, Bu?" tanya Yasmin seraya berdiri.

Bu Nara membuka kipas lipatnya dan mengipasi dirinya sendiri. "Gusti sudah pulang. Kalau kamu mau bertemu dengannya, dia ada di bawah. Jangan lupa juga bawa kopermu itu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Bu Nara langsung keluar dari kamar Yasmin dengan perasaan yang sedikit bahagia atau mungkin sangat bahagia menantikan kejadian yang akan terjadi selanjutnya?

Yasmin yang tahu kalau mantan suaminya sudah datang langsung menarik kopernya yang sudah siap dari tadi untuk di bawa keluar. Sesampainya dia di ruang tamu, Yasmin terdiam ketika mendapati ada seseorang baru yang duduk di samping mantan suaminya.

Gusti yang menyadari kedatangan Yasmin langsung bertanya, "Kamu masih belum pergi, Yas? Ada keperluan apa lagi?"

Yasmin merasa sakit dalam hatinya ketika mendengarkan itu. "Aku akan pergi sebentar lagi," kata Yasmin terjeda sebentar lalu melirik ke arah sebelah suaminya.

Gusti yang tahu kalau Yasmin sedang ingin tahu siapa sosok di sampingnya langsung berdiri dan menarik tangan wanita di sampingnya untuk berdiri juga.

"Kenalkan, ini Grace. Calon istriku yang baru," kata Gusti dengan datar.

Deg. Yasmin tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bagaimana bisa Gusti dengan mudahnya memperkenalkan calon istri yang baru padahal mereka baru saja resmi berpisah?

Atau jangan-jangan... Gusti sudah selingkuh lebih dulu dengan Grace dan alasan dia belum juga memiliki keturunan adalah hanya alasan bohong semata? Pikir Yasmin.

"Kamu sudah tahu, kan, siapa dia? Ini kejutan yang aku maksud. Silahkan kamu berpamitan dengan Gusti dan segera pergi dari sini!" kata Bu Nara dengan nada tegas dan tidak sukanya.

Yasmin mengangguk pelan dan berjalan mendekat ke arah Gusti. Dapat dia lihat kalau Grace adalah tipe wanita yang posesif. Lihatlah, Grace tiba-tiba saja memeluk erat lengan Gusti ketika dia mendekat.

Seperti Yasmin mau merebut Gusti saja! Yasmin tidak habis pikir.

"Aku pergi dan terima kasih. Semoga kamu kali ini akan bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik dan tegas," kata Yasmin.

Gusti diam-diam mengepalkan tangannya mendengar itu. "Ya, tentu saja," balas Gusti pelan.

"Hati-hati, ya, Mbak. Kalau bisa jangan pernah usik keluarga kami nanti," kata Grace dengan senyum manisnya.

Ohoho, sekarang Yasmin mengerti kenapa Bu Nara sampai merestui hubungan Grace dan Gusti. Ternyata Grace dan Bu Nara itu satu spesies.

Yasmin menjadi iba pada Gusti. Kenapa dia harus dikelilingi oleh wanita seperti itu?

Yasmin mengangguk dan langsung pergi dari rumah tanpa sepatah kata pun. Grace dan Bu Nara dengan kompak melambaikan tangannya sedangkan Gusti hanya membalikkan tubuhnya, enggan menatap kepergian mantan istrinya.

Di jalan, Yasmin sibuk memikirkan nasibnya ke depannya. Apa yang akan dia lakukan setelah ini?
Apa yang harus dia kerjakan setelah ini?

Selama menikah dengan Gusti, Yasmin tidak bekerja sama sekali. Dia tidak memiliki pengalaman yang cukup jika harus melamar di perusahaan yang besar.

Yasmin benar-benar merasa bingung.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba kepala Yasmin terasa berputar. Dia berhenti sejenak dan memegang kepalanya yang terasa sangat amat pusing hingga tiba-tiba kegelapan menghampirinya.

Orang-orang yang melihat Yasmin pingsan langsung bergegas menolong dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, Yasmin langsung mendapatkan pertolongan.

Beberapa saat kemudian, Yasmin sadar bertepatan dengan salah satu suster yang masuk dalam ruangannya.

"Ibu sudah sadar? Apa Ibu butuh sesuatu?" tanya suster tersebut dengan ramah.

Yasmin mengerjakan matanya bingung. Dia melihat ke arah sekitar dan tahu kalau dia tengah berada di rumah sakit. Betapa lemahnya dia sekarang.

"Saya kenapa, Sus? Saya sakit apa?" tanya Yasmin pelan.

Suster tersebut mengulas senyum. "Ibu tidak sakit apa-apa. Tapi, Ibu harus lebih memperhatikan kesehatan Ibu lagi, karena di dalam sini sedang tumbuh calon anak Ibu. Selamat, ya?" kata Suster tersebut.

Yasmin terdiam dan meraba perutnya yang masih rata.

Dia hamil? Dia sungguh hamil? Kenapa baru sekarang? Kenapa dia tidak hadir sebelum Gusti menceraikannya?

Tapi, Yasmin bahagia, ternyata Tuhan masih sayang padanya!

-TBC-

Oh, My Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang