Suatu malam, Tanizaki datang dengan kusam di mukanya. Makannya lambat malam itu, seakan ia tidak ingin beranjak cepat.
"Apa yang terjadi, Tanizaki-san?" Kanata bertanya seraya menuang teh hijau kepada cangkir Tanizaki.
"Aku tidak ingin pergi," ungkapnya lirih.
Pasukan pemberontak telah tiba di ujung perbatasan. Tanizaki dan rekan-rekannya disewa dan dipersenjatai kekaisaran untuk memerangi mereka. Tepat ketika Tanizaki berpikir untuk meninggalkan kehidupan penuh darah.
"Aku tak tahu apakah aku akan selamat." Tanizaki mengangkat kepalanya. "Tetapi bila demikian, berjanjilah kepadaku kau tidak akan pergi. Jagalah dirimu."
Kanata bertanya-tanya. Ia cemas, namun pula penasaran mengapa Tanizaki menagih janji kepadanya. Mata lelaki itu penuh hidup, api berkobar besar, benar-benar ingin hidup.
"Aku akan pergi ke garis depan, akupun akan kembali, dan aku akan memperistrimu!" Ikrarnya. "Aku akan membawamu hidup penuh bahagia, bersama anak-anak kita kelak. Sumpah lindungku akan kusumpah kepadamu! Asal berjanjilah kau tidak kemanapun!"
Sepanjang hidup, Kanata tidak pernah jatuh cinta. Sepanjang malam-malamnya bersama Tanizaki, ia pula tak mengenal perasaan cinta. Hingga saat ini, ia baru tersadar. Selama ini bereka bertatap, berbincang, berbagi dengan selubung cinta di setiap bait. Namun juga ia tak sadari.
Dalam pangku dan peluk Tanizaki segalanya tercurah. Malam penuh rahasia, di tengah padam perapian dan cerah purnama. Kanata mengabaikan etiknya; mengabaikan pendiriannya demi sang lelaki. Dipenghujung, tubuhnya terkulai dalam genggam sedih. Mungkin akan menjadi kali terakhir ia merangkul erat leher sang pendekar, menciumnya selagi larut belum memisahkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/331317449-288-k68121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKIYAKI (CERPEN) (SELESAI)
Short StorySetelah restoran sukiyakinya lambat laun disulap menjadi rumah bordir terselubung, Kanata enggan ikut campur selain masalah bahan dan rasa. Sampai suatu hari, ia dipertemukan dengan Tanizaki, seorang mantan samurai yang hanya menginginkan Kanata seb...