Hari sudah menjelang sore pelatihan yang dilakukan oleh Ye Fan telah selesai untuk hari ini, dengan kondisi tubuh yang basah kuyup karena keringat. Nafasnya sudah tidak teratur dan juga hembusan nafas dingin keluar dari mulutnya.
"Baiklah Fan'er, kita sudahi dulu latihan hari ini. Mohon maaf ketua saya izin pamit undur diri …" sebelum Lao Xin pergi meninggalkan kediaman, dirinya terlebih dahulu pamit kepada Ye Shui.
Ye Shui yang mendapati Lao Xin hendak pamit, dirinya mulai beranjak berdiri dan mengantarnya sampai di halaman luar. Ye Fan melihat ayahnya telah memberi isyarat untuk segera masuk kedalam, tanpa basa - basi dirinya langsung bergegas untuk secepatnya membersihkan badan.
Selepas membersihkan badan, Ye Fan langsung turun dari lantai dua untuk menuju ke ruang makan yang dimana ayahnya telah menunggu dirinya.
Selama makan keduanya tidak menimbulkan suara bunyi dari mulut, entah itu yang hanya sekedar berbicara. Ye Shui juga memberi tahu bahwa selama 1 Minggu kedepan dirinya akan disibukkan lagi dan jarang pulang kerumah.
"Aku telah meminta tetua Xin untuk mengajarimu untuk kedepannya, kau bisa memilih antara ilmu pedang atau ilmu tangan, atau bahkan bisa memilih keduanya jika kau mampu," setelah mengatakan hal tersebut dirinya langsung pergi meninggalkan Ye Fan.
Ye Fan hanya tersenyum tipis, dirinya tak terlalu memikirkan ucapan dari ayahnya.
"Ilmu pedang atau ilmu tangan kosong, hmm …" dirinya bingung apa yang harus ia pelajari, pasalnya ilmu pedang adalah bagian dalam hidupnya di masa lalu, sedangkan untuk ilmu tangan kosong sungguh membuat dirinya merasa penasaran akan tekniknya.
Menurut Ye Fan, seorang ahli pedang tanpa sebuah pedang bisa saja kemampuannya akan menurun. Tetapi jika menguasai ilmu tangan kosong juga maka tidak diragukan lagi saat dalam kondisi terdesak sekalipun akan tetap unggul, pikirnya.
Setelah ia tersadar dari lamunannya, dirinya perlahan melangkahkan kaki untuk pergi ke kamarnya lagi. Tak lupa ia mengunci pintu kamar dan segera menuju ke sebuah meja berukuran kecil.
Terdapat beberapa buku pengetahuan, buku kekaisaran Zhao, kitab misterius, dan juga terdapat sebuah buku baru berukuran kecil jika dibuka maka semua halamannya masih kosong dan bersih.
Di detik berikutnya Ye Fan mulai mengambil kuas tinta dan hendak menuliskan sesuatu.
"Hmm … sebuah ilmu pedang yang layak untuk pemula tanpa harus membutuhkan tenaga dalam," dirinya berusaha mengingat sebuah ilmu untuk dapat ia gunakan.
"Bayangan Rembulan!"
Dari sekian banyaknya ilmu pedang yang ia gunakan di masa lalu ia memilih Bayangan Rembulan karena ilmu pedang tersebut sebuah ilmu kelas rendah namun sangat efektif untuk seseorang yang baru mulai berlatih, Di dalam ilmu bayangan rembulan terdapat 2 bab saja.
Di bab pertama akan berfokus tentang kecepatan reflek, reflek yang dimaksud adalah reflek dalam menghindar dan reflek dalam menangkis. Sedangkan di bab kedua akan mengajari kombinasi serangan dan bertahan, terdapat 10 gerakan pada bab ini.
"Hahhh, akhirnya selesai juga …" Ye Fan menghembuskan nafas pelan karena telah menyelesaikan tulisannya dalam kurun waktu 2 jam.
Menurutnya cukup melelahkan untuk menulis ulang ilmu kelas rendah, namun apa boleh buat jika dirinya tidak menulis ulang maka akan sedikit kesusahan dalam memperagakan nanti. Semasa hidupnya di kehidupan sebelumnya Ye Fan hanya memiliki beberapa ilmu saja.
Dirinya tak bisa membayangkan butuh waktu berapa lama jika harus menulis ilmu kelas tinggi.
"Aneh … dulu aku hafal semua ilmu yang aku pelajari tapi entah mengapa sekarang jadi sedikit lupa." Ye Fan memijat keningnya sambil berfikir keras, dia berfikir apakah ini efek samping dari terlahir kembali.
Memang aneh, ingatan tentang suatu tempat, suatu peristiwa dia masih dapat sepenuhnya ingat. Namun berbeda dengan ilmu bela diri.
Ye Fan merapikan buku yang berserak dan mulai bangkit dari tempat duduknya, dirinya berniat akan melatih ototnya sebelum tidur. 1 jam kemudian akhirnya Ye Fan telah selesai dan menyudahi latihannya, bau tak sedap segera muncul dari tubuhnya.
Ye Fan melepas pakaiannya dan mengambil sebuah handuk kecil untuk mengusap beberapa bagian tubuhnya yang terdapat keringat. Dirinya merebahkan diri di kasur bersiap untuk tidur setelah selesai berganti pakaian.
*
Keesokan harinya Ye Fan terbangun dari tidurnya ketika sebuah batang kayu kecil mengenai dirinya tepat di bagian kepala.
"Aduhh, siapa yang melempar ini?" Ye Fan bertanya dalam benaknya sambil berjalan kearah jendela yang terbuka lebar.
"Fan'er cepatlah bersihkan badanmu dan segera turun ke bawah! Jangan bermalas-malasan dalam latihan."
Ye Fan terbelalak ketika mengetahui siapa yang berteriak kearahnya tidak lain adalah tetua Xin. Orang gila siapa yang akan menyuruh berlatih di pagi buta seperti ini, bahkan sang mentari belum mulai menampakkan dirinya dan langit masih berwarna gelap.
Mau tidak mau Ye Fan harus menuruti perkataan dari tetua Xin, dirinya segera melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi sambil sesekali menguap tanda masih mengantuk.
10 menit berselang saat ini dirinya telah berada di teras kediaman dan tengah memakan beberapa buah pemberian dari tetua Xin. Mulut Ye Fan terus menguap seakan - akan tidak mau berhenti, kadang juga dirinya sempat tertidur namun tetua Xin tentu tidak membiarkan hal itu terjadi.
"Fan'er aku kita ke halaman, aku akan mengajarimu sesuatu."
Ye Fan berjalan membuntuti tetua Xin dari belakang sambil menggosok matanya yang tidak mau terbuka lebar dan sesekali membuka paksa matanya.
"Kita berhenti disini, kurasa jarak ini sudah cukup," tetua Xin menghentikan langkahnya tepat ketika ia merasa sudah berada di tempat yang menurutnya cukup.
Di detik berikutnya Yee Fan menabrak tetua Xin dari belakang karena dirinya tidak tahu kalau tetua tersebut telah menghentikan langkahnya.
"Latihan kali ini kau harus menghindari dari segala sesuatu, aku akan mulai secara perlahan."
"Menghindari apa …" sebelum Ye Fan menyelesaikan ucapannya dirinya tiba-tiba menerima sebuah serangan dari tetua Xin, namun serangan yang dilontarkan tidak akan membuat tubuh Ye Fan terluka karena tetua Xin hanya menggunakan sebuah pedang kayu.
"Aku tidak peduli jika kau masih mengantuk, yang harus kau lakukan adalah menghindari serangan ini maupun menepisnya."
Ye Fan tetap tidak bisa menghindari serangan dari tetua Xin, akan tetapi dirinya sempat menangkis beberapa serangan dengan hanya menggunakan tangan kosong.
"Bagus Fan'er berusahalah seperti itu! Latihan kali ini akan melatih kecepatan reflekmu."
Berulang kali Ye Fan akhirnya bisa menangkis serangan demi serangan, tetua Xin yang melihat hal tersebut mulai mempercepat serangan. Pola yang begitu rumit membuat Ye Fan tidak bisa menangkisnya alhasil dirinya terus-terusan terkena serangan.
"Sudah cukup Fan er," dirinya telah mengamati bahwa kemampuan tangan kosong Ye Fan dan juga kecepatan refleknya cukup mumpuni untuk anak seusianya.
"Aku memberi waktu untuk kau beristirahat terlebih dahulu, kah gunakan waktu itu untuk membaca sebuah kitab ini," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kitab berwarna biru.
Ye Fan mengangguk dan dirinya menerima kitab berwarna biru tersebut alangkah terkejutnya ….
Bayangan Rembulan …
"Ki … kitab ini …" Ye Fan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Naga Surgawi
Historical FictionReinkarnasi? Hidup kembali? sungguh sesuatu yang mustahil. Ye Fan sang Raja Pedang, seorang ahli bela diri telah di fitnah oleh sekelompok pria berjubah hitam, sebelum akhir hanyatnya Ye Fan harus bertahan hidup dari kejaran orang - orang berilmu ti...