Malam ini di salah satu restoran terjadi triple date dadakan. Bukan sebagai pasangan, hanya sebatas teman atau mungkin saja suatu saat nanti bisa berubah.
“Gue baru tau kalau kalian pemilik resto ini,” ujar Riswan membuka percakapan. Tatapannya mengeliling area restoran dengan desain cukup menarik pelanggan.
Cafe & Resto Triple N.
“Iya ini usaha kecil-kecilan kita bertiga, lumayan lah kalau mau apapun kita bisa beli pake duit sendiri, jadi gak terlalu bergantung lagi sama duit orang tua,” jawab Nopi. Siapa yang menyangka jika ternyata cewek seperti mereka bisa mendirikan sebuah restoran di usia terbilang cukup muda.
Gerald pun ikut kagum dibuatnya. “Gak nyangka sih, gue pikir lo bertiga cuma anak manja yang hobi ngamburin duit orang tua.”
Nana mendelik tak suka. “Lo muji apa mau ngeledek hah?!”
“Tau lo, ngapain juga lo harus ikut ke sini sih, lo kan gak diajak,” cetus Naura kesal.
Untung Gerald sudah kebal dengan hinaan seperti itu, jadi mendengar kalimat kasar dari Naura tidak membuatnya sakit hati.
“Lo lupa yah kalau kita bertiga ini kembar-kembaran tampan.” Gerald tersenyum bangga memperkenalkan kedua cowok itu sebagai kembarannya.
Naura mendengus. “Kembaran tai.”
“Jadi gimana Ra? Lo udah siap?” tanya Riswan.
Naura mengernyitkan dahi bingung. “Siap malam pertama? Kita kan belum nikah,” seru Naura panik.
“Bukan malam pertama Naura, tapi siap belajar main gitar,” ujar Nana jengah.
“Hahaha ngarep banget lo dikawinin sama Riswan.” Gerald tertawa meledek.
Riswan hanya tersenyum menanggapi. Dia memposisikan duduk di sofa samping Naura lalu mulai menyetel senar gitar. Nana yang mendapat peluang duduk berdampingan dengan Anrez pun tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya.
“Rez kalau main bola basket itu susah yah?” Oke, kali ini Nana berhasil membuka topik pembicaraan dengan sangat baik.
“Kalau lo emang suka sama basket, gak akan sulit buat mainin,” jawab Anrez. “Kenapa lo nanya gitu? Lo tertarik sama basket?”
“Iya, gue suka sama lo,” ucap Nana tanpa sadar. “Eh maksudnya iya, gue lumayan suka sama basket, tapi yah gitu gue gak terlalu bisa mainnya.”
Sebenarnya tidak ada sedikit pun dalam benaknya untuk bermain bola basket tapi jika Anrez bersedia menjadi tutornya Nana tidak akan menolak.
Pandangan Nana tidak sengaja menangkap sosok Gerald yang sejak tadi terus memandangi Nopi.
“Woyy ngapain lo ngeliatin Nopi segitunya,” ujar Nana membuat Gerald terperangah dan segera mengalihkan pandangan ke arah lain.
“Kenapa?” tanya Nopi pada Gerald yang tampak kelimpungan.
“Ahh? Tadi gue ngeliat sesuatu di rambut lo, gue pikir itu kutu,” jawab Gerald berdalih.
“Emang lo pikir gue kutuan apa!” sentak Nopi tidak terima. Enak saja rambut lembut berkilau miliknya dibilang ada kutu.
“Argghhh pusing gue dari tadi gak ngerti-ngerti,” keluh Naura pada Riswan. Sejak tadi dia berusaha memahami apa yang diajarkan oleh Riswan tapi tak ada satupun yang masuk di otaknya. Padahal kalau mau main gitar mah yah main aja, kenapa juga harus memiliki nama-nama kunci yang jelas tidak dimengerti olehnya.
“Mending sekarang lo yang mainin gitarnya biar gue yang nyanyi,” usul Naura.
Gerald mengerutkan kening. “Lo mau nyanyi apaan, ngomong aja fals yang ada pelanggan lo pada kabur semua,” pungkasnya meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE N
Random"Semua orang boleh benci gue, mereka boleh ninggalin gue, tapi gue gak mau kehilangan kalian." -Naura Adoria Qazephira "Seberusaha keras apapun orang-orang nyuruh gue pergi, gue gak akan pernah ninggalin kalian." -Nana Requinna Safira "Gue memang ci...