Selama perjalanan tak hentinya mulut Nopi merutuki kelakuan kedua sahabatnya. Baru tadi Nana mengatakan menjad sahabat yang akan selalu ada saat suka maupun duka, tapi begitu mereka dipinta untuk mengambil barang di gudang Naura dan Nana langsung menghilang bak ditelan bumi. Akhirnya Nopi sendiri, merasa kesusahan membawa kardus besar yang berisikan beberapa peralatan olah raga, belum lagi harus menenteng tas besar berisikan raket.
“Emang si Nana sama Naura gak tau di untung yah, bilangnya sahabat setia tapi gue kesusahan gini mereka malah kabur. Awas aja nanti gak gue masakin biar gak usah makan sekalian.” Nopi menyerocos tiada henti.
Jika sahabat seperti mereka bisa dijual, sudah sejak lama Nopi ingin melelang, biar bisa menjadi sahabat menguntungkan yang sesungguhnya. Tapi sayangnya jika itu memang ada, Nopi tidak akan mau menukar mereka berdua dengan apapun, Nopi terlalu sayang pada mereka.
“Mau gue bantuin gak?” tanya Gerald yang tiba-tiba sudah ada di samping Nopi.
Tidak menolak, Nopi segera memberikan kardus tersebut pada Gerald. “Dari tadi kek. Gila yah orang-orang, udah tau gue kesusahan gini tapi gak ada tuh yang nawarin bantuan,” kesal Nopi. Akhirnya satu bebannya bisa berkurang berkat bantuan Gerald.
Gerald terkekeh melihat mimik wajah Nopi yang sedang marah itu. Entah mengapa melihat Nopi mengomel seperti itu terlihat sangat lucu dimatanya.
“Berarti gue pahlawan lo dong?” goda Gerald.
“Dih?”
“Iya, kan cuma gue yang bantuin lo saat kesusahan gini, itu artinya gue pahlawan.”
“Terserah.” Nopi mempercepat langkahnya, Gerald segera menyusul.
“Gue mau nanya dong.”
Nopi melirik sekilas pada Gerald. “Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?”
Lagi-lagi Gerald tidak mampu menyembunyikan senyumannya melihat tingkah Nopi. “Gue serius. Lo udah punya pacar belum?”
“Kalau punya kenapa? Kalau enggak kenapa?”
“Jangan pacaran, Nop.”
Langkah mereka berdua terhenti. Nopi mengerutkan keningnya dengan perkataan Gerald yang seakan menyuruhnya untuk tidak berpacaran.
“Kenapa?” tanya Nopi heran, apalagi begitu melihat tatapan Gerald yang tampak berbeda.
Gerald menyunggingkan senyum tipis. “Nanti gue cemburu.” Gerald berlalu, meninggalkan Nopi yang terdiam dengan ucapannya.
“Hah? Itu maksudnya apa sih?” gumam Nopi.
***
“Nau liat deh Anrez ganteng banget kan?”
“Biasa aja,” jawab Naura.
Mereka berdua terus memandang dua cowok yang hanya beberapa meja darinya, lebih tepatnya Naura menemani Nana yang begitu sangat mengagumi sosok Anrez Respati. Cowok yang jago bola basket dan juga paling di incar banyak kaum hawa.
“Emang anjing tuh si Anrez, dia pake skincare apasih sampe bisa mulus kinclong begitu?” decak Nana penuh tatapan memuja pada ciptaan Tuhan yang satu itu.
“Inget Na, lo tuh udah punya Yuda, mau lo kemanain tuh orang kalau lo suka juga sama si Anrez.”
“Yaelah Nau, Yuda mah gak penting, lagian gue juga udah bosan sama dia.”
Naura geleng-geleng kepala. Baru juga Nana berpacaran dengan seseorang tapi kini malah mengagumi lelaki lain. Yah, memang Nana sedang menjalin hubungan sudah hampir semingguan dengan seseorang yang dikenalnya di sosmed. Lucu kan? Berpacaran tanpa pernah bertemu, hanya sebatas chating dan mengobrol lewat video call.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE N
Rastgele"Semua orang boleh benci gue, mereka boleh ninggalin gue, tapi gue gak mau kehilangan kalian." -Naura Adoria Qazephira "Seberusaha keras apapun orang-orang nyuruh gue pergi, gue gak akan pernah ninggalin kalian." -Nana Requinna Safira "Gue memang ci...