Lewat pertemuan singkat itu, kian hari membuatku semakin memikirkanmu. Sedang apa kau di sana? Apakah rasa rindu yang kumiliki dapat kau rasakan kehadirannya? Jika iya, mengapa tidak ada satupun pesan kau kirim? Atau mungkinkah kau tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku?
Naura menghela napas setelah menyelesaikan satu bab tulisannya di aplikasi baca berlogo W. Quotes terakhir yang ia sampirkan di akhir kalimat memiliki makna tersendiri dengan kehidupannya saat ini.
Damian. Satu nama pria yang berhasil merubah pola pikir Naura meski hanya lewat pertemuan singkat kala itu. Pria itu seperti memiliki daya tarik tersendiri sehingga membuat Naura nyaris putus asa akibat terus memikirkannya.
Helaan napas kembali Naura keluarkan melihat ponselnya yang sejak tadi mati tanpa ada notifikasi seseorang yang dinantinya. Naura sempat menelfon Damian beberapa kali, namun tidak ada satupun panggilannya yang terjawab.
Naura menolehkan pandangan pada kasur, melihat Nana saat ini tengah menonton film action di laptop ditemani camilan dan minuman soda. Sedangkan Nopi tengah berada di bawah sedang memasak menu makan malam untuk mereka seorang diri. Jika orang mengetahui ini, mungkin mereka akan berpikiran Naura dan Nana sebagai manusia memanfaatkan kata persahabatan. Sudah menumpang di rumah Nopi dan sekarang mereka malah asik pada dunianya sendiri sedangkan pemilik rumah sibuk menyiapkan mereka makan malam.
“Dad Damian lagi apa yah, dia masih ingat gue gak sih?” gumam Naura bermonolog.
“Na,” panggil Naura.
“Hemm.”
“Kira-kira dad Damian lagi ngapain yah?”
“Dad Damian siapa? Bokap lo kan namanya Adrian Hariwijaya.”
Naura mendengus. “Dad Damian yang waktu itu kita ketemu di Minimarket, sugar daddy gue itu lo,” jelas Naura menekankan kata sugar daddy.
Perhatian Nana sudah teralihkan dari film di laptopnya, ia menatap Naura yang terlihat gundah hanya karena sibuk memikirkan pria yang baru pertama kali mereka temui.
“Lo seriusan mau jadi sugar babi-nya tuh om-om?” tanya Nana.
“Sugar baby, Na.” Naura meralat perkataan Nana.
“Iya terserah. Tapi kok bisa sih lo mau sama tuh om-om? Lo aja kan belum kenal sama dia, belum lagi kalau ternyata dia berniat macam-macam sama lo?” ujar Nana. Bukannya ingin menakut-nakuti, tapi hubungan sugar daddy dan sugar baby tidak mungkin ada di dunia nyata. Kalaupun ada, maka tidak akan seperti di novel fiksi yang sering mereka baca.
“Oke, gue akui tuh om-om emang cakep tapi gak ngejamin juga kan kalau dia orang yang baik?” lanjut Nana memberi pengertian.
Naura mendecak mendengar kata om-om diucap Nana sejak tadi. “Namanya Damian, Na. Lagian dia juga gak setua itu sampe harus lo sebut om-om berulang kali.”
“Tetep aja dia tuh seumuran sama bokap lo.”
Perasaan resah Naura belum juga bisa hilang dari hatinya, apalagi kini Nana semakin membuatnya semakin dilema menghadapi kenyataan. Perbedaan usia mereka memang terlampau jauh, tapi apa bisa dia menolak jika hatinya memilih Damian sebagai pemilik.
“Tau ah pusing gue. Pokoknya gue harus bisa ketemu sama dad Damian.”
Nana tidak dapat berbuat banyak, jika itu sudah keputusan Naura maka dia hanya bisa mendukung sekarang. Setidaknya jika Damian berniat buruk pada sahabatnya, maka akan Nana maupun Nopi pastikan pria itu akan menyesali perbuatannya. Sama seperti ketika mereka berdua melabrak Joko yang ketahuan selingkuh dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE N
Random"Semua orang boleh benci gue, mereka boleh ninggalin gue, tapi gue gak mau kehilangan kalian." -Naura Adoria Qazephira "Seberusaha keras apapun orang-orang nyuruh gue pergi, gue gak akan pernah ninggalin kalian." -Nana Requinna Safira "Gue memang ci...