Bagian.03

716 124 36
                                    

Ibarat sebuah drama yang selalu mempunyai tokoh antagonis di dalamnya, Jungkook pun sama. Sejak lima tahun lalu—pun sampai sekarang—Jungkook telah menganggap ayah sebagai si antagonis dalam hidupnya dan sang ibu.

Menurut kacamata Jungkook, ayah lah yang bertanggung jawab atas kehancuran keluarga mereka. Ayah, yang membuat ibu pergi sebab tidak tahan dengan sikap kasarnya. Masih segar dalam ingatannya ketika ia melihat ibu menangis usai di tampar oleh ayah.

Itu terjadi lima tahun lalu. Jungkook yang malam itu tengah tertidur pulas, terbangun lantaran mendengar keributan dalam kamar ayah dan ibu yang berada tepat di seberang kamarnya. Ia yang penasaran, berakhir menghampiri kamar orangtuanya dan tanpa diduga justru dibuat terkejut ketika melihat sang ayah menampar sang ibu sembari berteriak; tidak perlu membawa-bawa Jungkook , aku sendiri yang akan menceraikanmu!

Ibu dan ayah memang kerapkali bertengkar, tapi ini pertamakalinya Jungkook melihat ayah sampai main tangan. Jungkook tidak tahu apa yang mereka perdebatkan, tak tahu, kenapa namanya dibawa-bawa oleh ayah pada pertengkaran mereka malam itu. Yang Jungkook tahu, ayah telah menyakiti sang ibu dan membuatnya kehilangan sosoknya. Sebab usai malam itu, paginya ia sudah tidak mendapati ibu berada di sampingnya. Ayah bilang ibu hanya pergi sebentar, tapi Jungkook mengerti; ayah berbohong lantaran itu menjadi terakhir kalinya Jungkook melihat sang ibu sebelum keberangkatannya yang ayah bilang ke luar negri.

Ayah tidak pernah menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi, beliau hanya bilang jika mulai saat itu; Jungkook hanya punya ayah, dan ayah hanya punya Jungkook.

Tidak ada penjelasan. Tidak ada alasan. Yang mana hal tersebut membuat Jungkook semakin larut dalam asumsi yang dirinya buat sendiri. Di mana Yoongi-sang ayah, menjadi tokoh jahat yang membuat ia kehilangan sosok ibu.

Jungkook lupa, bahkan dalam drama maupun cerita, pasti ada alasan kenapa si antagonis menjadi tokoh jahat dalam kehidupan seseorang. Sayangnya, kehilangan sang ibu nampaknya telah membuat hati maupun akalnya mati, hingga tak berpikir ulang untuk melimpahkan semua kesalahan pada ayah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sialnya lagi, mungkin keputusannya untuk membenci ayah selama ini akan menjadi sesuatu yang selamanya akan ia sesali. Sebab hanya dengan satu kalimat yang ia dengar dari wanita di hadapannya, cukup untuk membuat jantung Jungkook berdetak dua kali lebih cepat dengan pikiran yang mulai bertanya-tanya; apa selama ini ia telah salah prasangka terhadap ayahnya?

"Kamu sungguh berpikir jika Ibu pergi karena Ayahmu, Jungkook?"

Benar, wanita itu tidak lain adalah Ga Eun. Han Ga Eun. Ibu kandungnya.

Setelah tak sengaja melihat sang ibu, Jungkook—yang lima tahun ini hanya bisa menahan rindu sebab tidak tahu ke mana harus mencari sang ibu—tentu tidak bisa berdiam diri dan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan ibunya lagi. Berbekal dengan kerinduan juga keyakinan akan kasih sayangnya pada sang ibu, Jungkook memutuskan untuk mencari ibunya dengan kembali ke tempat itu. Dan entah bagaimana Jungkook harus menyebutnya; ini sebuah kebetulan, atau keajaiban Tuhan, yang membuat ibunya juga kembali ke restaurant yang sama lantaran mengambil barangnya yang tertinggal. Berakhir dengan keduanya bertemu, dan memilih duduk untuk meluruskan masa lalu.

"Ibu pergi karena tidak tahan dengan sikap Ayah 'kan, Bu?" jawab Jungkook, masih mencoba yakin pada pemikirannya sendiri.

Akan tetapi, jawaban dari sang ibu justru mengatakan yang sebaliknya.

"Kamu lihat pria itu?"

Ibu berbicara sembari menunjuk ibu jarinya pada seorang pria yang tengah berdiri di depan restaurant dengan mobil di sampingnya. Jungkook mengangguk, menyadari beliau adalah pria yang sama dengan yang kemarin ia lihat tengah bersama ibunya.

"Dia adalah orang yang menjadi alasan dari kepergian Ibu, lima tahun lalu, Jungkook."

Dan Jungkook bersumpah, detik itu juga, dunianya seolah berhenti berputar mendengar fakta tak terduga yang baru saja ibunya ucapkan.

Bukan karena kecewa lantaran ia salah mengira. Bukan juga karena; meskipun tak secara gamblang, ibu baru saja mengatakan jika beliau benar-benar telah melupakan masa lalu dan berhasil dengan kehidupan barunya.

Jungkook merasa dunia tempatnya berpijak seolah runtuh ketika menyadari; jika selama ini, ia telah melakukan kesalahan besar pada ayahnya.

***
Jungkook memutuskan untuk langsung menemui sang ayah begitu selesai bertemu dengan ibunya. Jungkook tidak tahu apa yang nantinya akan ia katakan. Meminta maaf karena kesalahpahaman yang terjadi, atau ia akan lebih dulu menangis lantaran rasa bersalah yang menumpuk dalam hati. Entahlah, yang pasti Jungkook sangat ingin bertemu dengan ayah dan memeluk beliau saat ini.

Akan tetapi, ketika sampai di kantor Agensi tempat ayahnya bekerja, Jungkook justru harus menelan rasa kecewa sebab tidak mendapati ayahnya di sana. Sekretaris ayah bilang beliau tengah berada di luar, menemui manager dari sang idola yang nantinya akan menyanyikan lagu ciptaannya.

Ya, ayahnya seorang composer, ngomong-ngomong.

"Den Jungkook yakin mau menunggu? Pak Yoongi mungkin akan lama, Den Jungkook boleh pulang dulu jika mau. Nanti akan saya sampaikan pada Pak Yoongi kalau Den Jungkook sempat ke sini," ujar wanita, yang Jungkook ketahui adalah sekretaris ayahnya.

Jungkook menggeleng. "Tidak apa-apa, aku akan menunggu Ayah saja."

"Baiklah, panggil saya saja jika Den Jungkook membutuhkan sesuatu."

Jungkook mengangguk kali ini, membiarkan sekretaris ayah keluar sementara ia mulai melihat-lihat ruang kerja sang ayah yang cukup lama tak ia sambangi.

Tidak banyak yang berubah, kecuali bingkai foto di meja kerja ayah yang dulunya berisi tiga potret; Jungkook, ayah, dan ibu, kini telah berganti dengan foto dirinya dan ayah saja.

Jungkook tersenyum, beralih melirik sebuah buku yang sepertinya berisi tulisan-tulisan dari lagu ciptaan ayah. Membaca kata demi kata yang tertulis sembari memuji ayah dalam hati lantaran kagum akan lirik maupun makna yang tertulis di sana.

Banyak sekali lagu yang ayah buat. Baik yang sudah selesai atau hanya sekadar coretan-coretan pendek yang kemungkinan ayah tulis ketika mendapat inspirasi dan berakhir beliau tulis di buku sebab tak ingin melupakannya. Membacanya hingga selesai pasti akan membutuhkan waktu yang lama.

Jungkook berniat untuk menutup bukunya, akan tetapi dahinya mengernyit tatkala mendapati tulisan yang cukup menarik perhatiannya. Sebab sepertinya, tulisan itu bukanlah salah satu dari banyaknya lirik lagu di sana.

Mungkin terkesan lancang, lantaran Jungkook yakin jika apa yang tertulis di buku itu nampaknya adalah cerita ayah sendiri jika membaca awal dari paragrafnya. Akan tetapi, Jungkook sudah kepalang penasaran. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk membaca kata demi kata yang tertulis di sana. Membuat dadanya kembali berdenyut nyeri, sebab ayah benar-benar menulis sebagian kisah yang selama ini hanya menjadi sebuah tanya dalam benaknya.

Ga Eun bertemu dengannya, lagi.

Ini sudah sepuluh tahun, apa sampai sekarang dia masih belum bisa melupakannya? Apa kehadiran Jungkook masih belum cukup untuk sedikit saja membuatnya membuka hati untukku?












Bersambung.

__________________

Apakah aku udah ngomong kalau book ini cuma bakal jadi short story?🫣

Error (Short story)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang