Kendati awal pernikahannya dan Ga Eun tidak di dasari oleh cinta, tetapi demi Tuhan, sekalipun Yoongi tidak pernah menyesali kehadiran Jungkook dalam hidupnya. Yoongi masih ingat, rasa haru bercampur dengan bahagia yang ia rasakan ketika kali pertama mendengar tangisan buah hatinya. Tak hanya untuk Jungkook, mulai saat itu, barangkali Yoongi sudah sepenuhnya menaruh rasa pada wanita yang telah melahirkan malaikat kecilnya ke dunia.
Bagi Yoongi, Jungkook layaknya lentera yang menerangi gelap dunianya. Tangisan yang nyaris setiap malam membuatnya terjaga, tak ubahnya sebuah melody yang selalu ingin Yoongi dengar setiap hari.
Dapat melihat setiap tumbuh kembang sang putra adalah hal yang selamanya patut Yoongi syukuri. Bagaimana kali pertama Jungkook memanggilnya ayah dengan suara tak jelas. Bagaimana kaki-kaki kecil anak itu seringkali terjatuh saat ia melepas tangannya ketika mengajarinya berjalan. Atau bagaimana Jungkook kecil, yang selalu menangis ketika Yoongi pamit bekerja. Bahkan sampai Jungkook beranjak remaja, semua itu masih tersimpan jelas di ingatannya. Sederhananya; setiap hal mengenai sang putra, akan selalu Yoongi simpan di sudut memorinya. Menjadi kenangan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum saat mengingatnya.
"Kau menjaganya dengan baik."
"Tentu saja. Jungkook putraku, sudah menjadi tanggung jawabku untuk menjaganya."
"Kau masih marah padaku?"
"Untuk apa aku marah?"
"Yoon ...."
"Ga Eun."
Keduanya sama-sama terdiam usai Yoongi menginstrupsi ucapan Ga Eun. Hanya sebentar, sebab beberapa saat kemudian, Yoongi kembali bersuara guna menghilangkan kecanggungan.
"Sudahlah, kita bertemu bukan untuk membicarakan itu."
Hari ini, Ga Eun menghubunginya. Wanita yang dulu dengan sengaja memutus semua kontak dengannya dan menghilang begitu saja usai perceraian mereka, kembali menghubungi Yoongi dengan kontak tak dikenal. Memintanya datang ke sebuah Cafe di pinggiran jalan, guna membahas satu-satunya alasan yang masih mengikat mereka sampai sekarang. Buah hati mereka, Jungkook.
"Aku memintamu datang untuk minta maaf. Beberapa hari lalu, aku sempat bertemu dengan Jungkook. Dilihat dari caranya bicara, sepertinya dia telah salah paham padamu," ujar Ga Eun, menyampaikan apa yang menjadi alasannya mengajak Yoongi bertemu.
"Bukan salahmu. Seharusnya aku menjelaskan padanya sejak awal. Jungkook masih kecil, dia hanya menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya saja," balas Yoongi.
Jika Ga Eun mengatakan hal ini lima tahun lalu, barangkali Yoongi akan menyetujui ucapan Ga Eun dan menyalahkan segalanya pada wanita itu. Akan tetapi, Ga Eun datang saat Yoongi sudah berdamai dengan keadaan. Ga Eun datang saat Yoongi sudah bisa mengatasi perasaannya yang dulu sempat menaruh hati pada sang istri. Saat Yoongi sudah berusaha memahami, alasan yang membuat Ga Eun sampai berkhianat dan berakhir dengan meninggalkan Yoongi dan Jungkook, putra mereka sendiri.
Jauh sebelum bertemu dengan Yoongi, Ga Eun sudah lebih dulu menjalin hubungan dengan Jeremy—laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya saat ini. Hubungan Ga Eun dan Jeremy harus kandas sebab perjodohan yang terjadi antara dirinya dan Yoongi. Lalu entah bagaimana, selang sepuluh tahun setelah pernikahan mereka, Jeremy yang kala itu sempat menghilang kembali datang. Membuat pertahanan Ga Eun selama sepuluh tahun seolah tak ada artinya, sebab lagi-lagi berakhir melabuhkan hatinya pada Jeremy yang barangkali memang tidak pernah terganti barang sesaat untuk Yoongi.
Bukan bermaksud membenarkan perselingkuhan, Yoongi hanya mencoba melihat semuanya dari sisi yang berbeda. Jika memang kebahagiaan Ga Eun tidak terletak padanya, maka Yoongi juga tidak berhak untuk memaksa. Biar bagaimanapun, Ga Eun adalah ibu dari putranya. Wanita itu adalah wanita yang sama yang telah mempertaruhkan nyawa saat melahirkan Jungkook ke dunia. Meskipun bukan dengan dirinya, Yoongi tetap mengharapkan Ga Eun dapat meraih kebahagiaannnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Error (Short story)✔️
Historia CortaSekelumit kisah tentang Jungkook dan ayahnya.