Prologue

2.5K 115 8
                                    


-Devo's Pov-

Seperti apa sih rasanya jatuh cinta?

Kata Papa, kalau hatimu bergetar karena seseorang, pikiranmu tersita tentangnya, dan kamu selalu ingin berjumpa dengannya setiap waktu. Itu artinya kamu sudah jatuh cinta padanya.

Oke, aku merasakan dadaku bergetar saat melihat perempuan seksi di dalam video porno yang Alex berikan padaku. Tapi anehnya saat aku mencium Tari, dan saat dia mulai membuka roknya untukku-ini benaran dia yang membuka roknya sendiri-aku malah merasa ketakutan walaupun Devo junior sudah memberontak minta dikeluarkan. Dan sampai saat ini, belum ada yang bisa menyita pikiranku.

Ingin selalu berjumpa dengannya setiap waktu? Seperti apa rasanya?

Panggil saja namaku Devo. Aku hanya seorang siswa biasa yang memiliki ketampanan di atas rata-rata. Ini sungguhan, aku tak mengada-ngada tentang masalah ketampanaku. Lihat saja akun-akun media sosialku-kalau kalian meragukannya-di sana penuh notif dari cewek-cewek yang selalu menyapaku dan menjadi stalker-ku. Baiklah cukup sampai di sini ke-narsisanku. Kalian bisa mual lama-lama kalau aku terus membicarakan masalah ketampananku.

Aku anak kedua dari si cantik Raya, dan si tampan Mario. Kakak pertamaku bernama Aro, saat ini sedang study di Amerika, dia dari kecil di asuh oleh Om Rein-adik Mama-dan Om Vinchen-adik Papa. Yah, kalian pasti bingung. Aku sendiri juga sebenarnya masih bingung, tapi kami sekeluarga sudah menerima keluarga 'unik' mereka, saat Om Vinchen menikahi Om Rein. Dan dari mereka juga aku mengetahui, bahwa cinta juga tidak memandang jenis kelamin.

"Vo, udah ngerjain PR Matematika belum?" Deva memberikan tatapan puppy eyes saat menerobos ke dalam kamarku. Yah, Sifatnya bisa dibilang sama persis seperti Mama!

Deva adalah kembaranku-yah aku kembar-kami memang kembar tapi masih bisa dibedakan dari segi fisik dan sifat. Nilai ketampanannya satu level di bawahku-menurutku sih gitu. Sifat Deva lebih mirip Mamaku. Sementara aku-kata Om Ibin-lebih mirip Papa yang cool.

"Kali ini lu usaha sendiri deh! Lu gak malu apa sampe sekarang selalu mengandalkan gw! Kita udah kelas 12 sekarang. UN lu gak bisa nyontek sama gw, belajar sana!" Aku mengusir Deva keluar dari kamarku. Anak itu memang tak bisa dikasih hati terus!

"Devooo~" Deva merajuk dan mendekat ke arahku. Aku langsung menutup buku PR-ku yang baru saja selesai aku kerjakan.

"Enggak!" Sentakku padanya yang ingin menarik buku PR milikku.

"Devooo~"

"Enggaaak!"

"Devooo!" Aku dan Deva saling tarik menarik memperebutkan buku PR-ku.

"Lepas gak! Nanti robek!" Sentakku sambil tetap mempertahankan buku agar tak berpindah tangan padanya.

"Makanya lu lepasin biar gak robek!"

"Lepasin!"

"Enggak!"

"Lepasin Devaaaaa!"

"Lu yang lepasin!"

Breekk!

Deg!

Aku terpaku saat bukuku tersobek menjadi dua bagian.

"Lu sih, Vo. Kalau lu ngalah dan ngasih buku ini ke gw dengan ikhlas, gak akan robek nih buku. Ckck." Dengan santai Deva menaruh bagian buku yang tersobek di meja belajarku. Dia menepuk bahuku pelan yang masih terpaku melihat apa yang baru saja terjadi pada buku PR-ku.

"Kleek." Pelan sekali pintu kamarku tertutup dengan menghilangnya sosok si pembuat onar.

"Sialaaaaaan DEVAAAAAA!!" Aku berteriak setelah sadar dari shock-ku.

I'm Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang