8. Si Bungsu

100 6 11
                                    

"Navi gimana, Van?" tanya Andra sambil menyesap kopi di meja makan.

"Dia udah bangun, tapi lagi ngelamun di kasur. Biasa tuh anak!" jelas Nevan. Andra hanya mengangguk paham. Keduanya melakukan kegiatan masing-masing di meja makan dalam keheningan. Bulan, Nessa, Kenzie, dan juga Yeya sudah pergi ke rumah Adnan sejak petang tadi.

"Kak, Bang!" seru Naviro yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan meja makan membuat Andra dan Nevan langsung menoleh ke arah adik laki-laki mereka.

"Kenapa, Navi? Mau makan?" tanya Andra dan hanya dibalas gelengan lemah oleh Naviro.

"Mau minum air anget?" giliran Nevan yang bertanya namun Naviro lagi-lagi hanya menggeleng.

"Dedek kenapa, hm?" ujar Andra dan Nevan kompak.

"Ssss---ssakittt!" lirih Naviro sambil mencengkram perutnya.

"Dedek mau muntah lagi?" tanya Andra. Naviro hanya mengangguk dan berlari ke kamar mandi dengan segera.

***

Naviro terus saja memuntahkan isi perutnya. Sungguh, Navi tak pernah merasakan sakit yang luar biasa seperti saat ini. Perutnya terasa panas dan rasa itu naik ke atas dada.

"Hikksss! Sakitt!" lirih Naviro seorang diri. Kemudian terduduk lemas karena kehabisan energi.

"Navi! Dekkk!" panggil Nevan ketika mendapati Naviro terkulai lemas dan bersandar di dinding kamar mandi.

"Hikkks! Kak Nevan! Sakit banget! Sakit!" tangis Naviro membuat Nevan mengusap lembut tengkuk Naviro dan membersihkan sisa muntahan di mulut adiknya.

"Sabar ya, Navi! Kita ke rumah sakit sekarang!" ujar Nevan berusaha tetap tenang walaupun dalam hatinya sudah luar biasa khawatir.

"Kepala dedek pusing, kayak muter semuanya!"

"Iya iya! Bentar, sabar! Andra! Bantuin gue, Ndra!" teriak Nevan kalut.

"Uhukkk!" Navi tiba-tiba terbatuk cukup keras. Mulutnya tiba-tiba berbuih kemudian Navi kembali terbatuk.

"Dek!" panggil Nevan sambil menepuk pipi Naviro. Navi tak kuat lagi untuk merespon dan kembali mengeluarkan busa dari mulutnya. "ANDRA! CEPETAN, BEGO!"

"SABAR, VAN!" teriak Andra sambil mengambil alih tubuh Naviro dan menggendongnya di punggungnya.

"Gue siapin mobilnya!" kata Nevan segera melesat pergi dan menyambar kunci mobil.

***

"SHITT!" umpat Nevan ketika beberapa kali gagal memasukkan kunci mobil ke lubangnya karena panik.

"Mending lo pegangin Navi, biar gue aja yang nyetir! Lo kalo panik bisa ngebahayain nyawa sekampung!" saran Andra yang akhirnya dituruti oleh Nevan.

Nevan memangku kepala Naviro. Dengan telaten, ia bersihkan mulut sang adik yang masih saja mengeluarkan busa. Nevan tak tahu apa yang harus ia sampaikan kepada Mama dan Papanya nanti.

"Hikkss! Kapan sakitnya ilang, Kak?" lirih Navi pelan yang membuat Nevan tak sanggup menjawabnya lagi. Nevan hanya bisa mengusap lembut wajah sang adik guna menyalurkan kehangatan.

CUTENESS OVERLOAD (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang