Chapter 7

1.6K 285 114
                                    


.

.

.

Tidak sekali dua kali.

Naruto kini terbiasa tidak menjemputnya, atau ketika benar-benar menjemputnya, Sara ada di sana, gadis itu akan menyapa Hinata seperti teman lama dan keduanya semakin terlihat serasi. Hinata dapat melihat kenyamanan yang Naruto dapatkan dari Sara. Gadis itu punya energi feminim yang luar biasa, Sara bisa memasak, bisa juga terlihat sangat berkarismatik ketika tengah membicarakan prestasinya.

Hinata tidak tahu sejak kapan Naruto tidak lagi mengkhawatirkannya atau terlihat harus peduli padanya.

"Hinata!" Hinata tersentak dan menjatuhkan kartu akses apartemennya ketika mendengar namanya dipanggil, ia segera memungut kartunya di depan pintu dan menoleh pada lorong apartemen, menemukan Naruto yang berlari kecil di sana, lalu berdiri di sebelahnya.

"Kenapa kau tidak minta dijemput?" Naruto menaikkan kedua alisnya, Hinata mendengus mendengar itu. Memangnya Hinata tidak tahu diri? Meminta terus di jemput sementara Naruto juga punya kesibukan memanjakan kekasih barunya. Hinata tentu saja akan dengan cepat sadar diri jika kehadirannya sudah cukup menganggu.

"Aku bersama Sakura, lagipula hari ini benar-benar padat." Hinata berbohong, hari ini ia menaiki bus dan Sakura berkencan dengan kekasihnya. Hinata tidak sampai hati untuk meminta ikut menumpang, mengapa juga Hinata masih menjadi gadis yang kemana-mana sendiri?!

Hinata agak frustasi mendapati tak ada pria serius yang mendekatinya. Sesekali ia juga ingin merasakan kencan.

Naruto mendengus mendengar itu. Terlihat rambut panjang Hinata terlihat lembab, di luar memang hujan sejak sore.

"Kau benar bersama Sakura?" Naruto menatap Hinata skeptis, jika bersama Sakura, setidaknya pemandangan yang ia dapat di depannya bukan wajah kuyu dan lembab Hinata seperti gadis itu menerobos hujan.

Gadis berambut indigo itu mendengus. "Sudahlah. Aku lelah." Hinata masuk ke apartemen, membohongi Naruto memang tidak semudah itu, sama seperti sewaktu kecil, Naruto adalah orang yang teliti dan dapat dengan mudah mengendus kebohongannya.

Naruto ikut memasuki apartemennya dan mengekor di belakang Hinata sampai gadis itu memasuki kamar.

"Sekarang sedang musim hujan." Naruto memperingati, Hinata mengambil handuk untuk mengeringkan rambut panjangnya.

"Jika ingin pulang sendiri, bawalah payung dengan rutin." Naruto mengingatkan.

Hinata menghela napas mendengar itu. Sekarang Naruto tidak memaksakan diri untuk tetap menjemput, melainkan menyarankan Hinata untuk membawa payung. Rasanya benar-benar berbeda.

"Iya-iya. Keluar dari kamarku, aku ingin mandi." Hinata mendorong tubuh Naruto keluar dari kamarnya, kemudian menutup pintu ketika Naruto sudah terdorong keluar.

Hinata menghela napas kesekian kali di balik pintunya.

.

.

.

"Hinata, bangun." Naruto menepuk pelan pipi gadis berambut indigo itu, Hinata menggeliat pelan, bergumam tidak jelas. Naruto menghela napas ketika Hinata tak membuka matanya.

"Hinata bangun.." Naruto kali ini menarik selimut, Hinata mencari-cari selimutnya tanpa membuka mata, melihat itu, Naruto mendengus kasar lalu membangunkan paksa gadis itu dengan menarik kedua bahunya agar duduk.

"Hei. Bangun." Naruto menepuk-nepuk pipi gadis itu, Hinata mengerjapkan dan membuka perlahan matanya.

"Ini weekend Naruto.." Hinata merasakan cahaya pagi yang terasa menyengat ke arah wajahnya, bahkan jendela kamar sudah dibuka lebar-lebar, siapa yang berani melakukan itu di hari weekend?!

More Than Friends ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang