..
.
Hinata berjengit kaget begitu pintu kamarnya di buka oleh Naruto, lelaki itu berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, tepat di sebelah Hinata tengah berkutik dengan ponselnya.
"Naruto, kau ingin tidur di sini?" Hinata menggoyangkan tangan Naruto yang sudah memejamkan matanya, lelaki itu sudah menanggalkan kemejanya sehingga menyisakan kaos putih.
"Hm." Naruto menyahut sekenanya.
Hinata menghela napas. "Memang di apartemenmu kenapa?"
Masalahnya, Hinata baru saja hendak menelepon Sakura untuk membicarakan rapat festival budaya yang semakin mendekati hari pelaksanaan.
"Berantakan." Naruto menyahut singkat, lelaki itu membuka matanya dan melihat Hinata masih menguncir tinggi rambutnya.
"Tidak boleh?" Naruto menatap Hinata dari tidurnya, sementara gadis itu duduk dan menundukkan kepalanya.
Hinata memilin bibirnya. Sebenarnya memang tidak boleh! Maksudnya, jika orang-orang tahu kalau Naruto biasa tidur di sebelahnya meski mereka tidak pernah melakukan hal yang lebih gila dari sekadar tidur saja, semua orang akan tetap terkejut. Tetapi, tidur bersama mungkin sudah jadi hal lumrah selama mereka berteman, Naruto tidak pernah berlaku kurang ajar padanya. Mungkin saja memang Naruto tidak pernah begitu tertarik padanya untuk menyentuh lebih jauh!
Ingat, mereka berteman sejak kecil. Naruto sudah terlalu bosan untuk bersinggungan dengannya.
"Bukan begitu. Baiklah, aku keluar kalau begitu. Kau tidur saja, aku akan menelepon Sakura untuk membicarakan rapat festival kampus." Hinata menyingkap selimutnya, gadis itu beranjak dari ranjang sementara Naruto hanya bergumam pelan mengiyakan. Lelaki itu sudah menarik guling di sebelahnya, melanjutkan tidur sementara Hinata keluar dari kamarnya untuk menelepon.
Hingga satu jam, Hinata kembali ke kamarnya. Mengerucutkan bibir begitu melihat Naruto sudah tertidur pulas, wajah lelaki itu terlihat kuyu, sepertinya benar-benar bertengkar hebat dengan Shion. Hinata lupa tidak mengingatkan lelaki itu untuk mandi terlebih dahulu. Meski begitu, Naruto sepertinya sudah kepalang lelah.
Hinata menghela napas dan mengambil bantal, sebaiknya ia tidur di ruang tamu, membiarkan Naruto tidur di sini tanpa terganggu olehnya adalah pilihan terbaik.
Tetapi ketika berbalik, tangannya di cekal. Tak sempat menoleh, tubuhnya tertarik ke ranjang dan jatuh di dada bidang Naruto.
Hinata membelalakkan mata.
Naruto menarik pinggangnya mendekat, Hinata mengerjapkan mata beberapa kali. Jantungnya berdegup kencang, napas lelaki itu begitu terasa di telinganya.
"Temani." Suara berat Naruto membuat Hinata membeku, gadis itu menoleh ke sebelahnya, mata biru lelaki itu sudah terbuka, tengah menatapnya sayu.
Hinata menelan salivanya susah payah. Ia berusaha mengatur degup jantungnya yang akan tiba-tiba menggila ketika Naruto memutus batasan seperti sekarang, mata biru lelaki itu sudah kembali terpejam, Naruto kembali tertidur.
Hinata ikut berbalik menatap lelaki itu, memperhatikan setiap inci wajahnya. Hinata menarik napas pelan, sebenarnya ia ingin membentangkan jarak dari Naruto, karena ternyata kebiasaan membuat dia akhirnya tak ingin kehilangan semua itu. Bahwa ternyata, Hinata menyadari kalau bagian di dalam dirinya sudah menyukai lelaki itu sejak lama.
Sikapnya yang perhatian.
Tidak banyak basa-basi.
Menyebalkan sekaligus menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends ✔️
RomanceNaruto dan Hinata bersahabat sejak kecil, persahabatan adalah ikatan yang berarti untuk mereka. Ini adalah ikatan yang mempermudah kedekatan , berbagi apa saja dianggap lumrah namun rasa-rasanya, akan mudah hancur jika berbagi isi hati 'kan? Persa...