Kematian yang Direncanakan

251 9 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Wulan dapati suaminya sudah sadar. Hanya beberapa bagian tubuhnya yang terluka, tapi tidak parah. Dari informasi pak Polisi, disampaikan motornya agak parah kerusakannya dan masih berada di Polsek Berbah. Wulan tak ambil pusing, yang penting suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Perawat membantu menjelaskan keadaan suaminya, secara garis besar tidak tampak luka yang serius. Namun besok pagi suaminya harus menjalani tes MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui keadaan pasien jika terdapat luka dalam.

Esoknya hasil MRI sudah keluar. Arif dinyatakan gegar otak kategori sedang, yang kemungkinan karena benturan di kepala saat kecelakaan. Memang helmnya terlepas saat itu. Dalam 3 hari akan diobservasi oleh dokter, jika tidak ada gejala berat maka Arif akan diperbolehkan pulang. Setelah 4 hari di rumah sakit, Arif akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Rekan-rekan Arif juga menjenguk di rumah sakit dan di rumah setelah pulang dari rumah sakit. Semua tampak seperti sedia kala kembali.

Wulan masih mengingat jelas kejadian di rumah yang bersamaan dengan saat suaminya kecelakaan. Namun Wulan tidak berani untuk menyampaikan pada suaminya. Suaminya pun telah mulai bekerja kembali, tetapi di kantor tampak sering tidak fokus bekerja, mudah pusing dan sempat beberapa kali ketiduran di mejanya. Karena sering ditegur oleh atasannya, Arif berusaha agar selalu terjaga. Namun ternyata itu malah membuatnya jatuh pingsan di kantornya. Ternyata efeknya masih terasa sampai sekarang.

Saat diperiksa dokter kembali, dokter menyampaikan kemungkinan karena efek gegar otak dari kecelakaan tersebut masih ada. Mau bagaimana lagi, Arif hanya bisa meminum obat anti pusing dengan suplemen vitamin agar dia bisa senantiasa bekerja, untuk operasi tentu belum ada biaya. Sempat sering sakit dan ijin tidak berangkat, akhirnya menjadikan atasannya mempertimbangkan hasil pekerjaan Arif. Target lapangan tidak sesuai, berkas di kantor juga terbengkalai. Hasil dari rapat pimpinan dengan HRD, diambil kesimpulan terbaik adalah merumahkan atau PHK pada Arif demi kesehatannya. Pesangon juga diberikan pada Arif beserta beberapa sumbangan uang dari rekan-rekan kerjanya.

Sebulan menganggur berdua di rumah tentunya sangat tidak enak, apalagi sebagai kepala rumah tangga harus mencari nafkah untuk keluarganya. Kondisi kesehatan juga sudah semakin stabil, Arif sudah bisa beraktifitas seperti biasa. Dia juga mencoba melamar kembali pada kantor yang lama, tetapi posisinya sudah diisi oleh orang lain. HRD menyampaikan akan mencoba menerimanya kembali tanpa tes sekiranya nanti ada posisi yang bisa Arif isi. Namun tentunya tanpa kejelasan kapan. Padahal uang pesangon dan tabungan juga mulai menipis.

Setelah kesana kemari mencari pekerjaan tidak ada yang menerima, dia mendapatkan telepon dari rekan lamanya di Surabaya. Dia ditawari untuk menjadi mandor di kebun kelapa sawit di Kalimantan, dengan iming-iming gaji yang cukup besar yaitu 5 juta per bulan. Cuma memang karena ini lahan baru, aksesnya sulit dan belum terjangkau dengan mudah. Listrik juga masih tenaga surya, sinyal telepon dan internet belum masuk.

"Piye menurutmu, dijupuk apa ora? (Bagaimana menurutmu, mau diambil tidak pekerjaannya?)", tanya Arif pada Wulan setelah bercerita mengenai tawaran temannya.

"Ndherek mawon mas, sing penting halal barokah. Mung ya menawa sak bedeng lanang kabeh, aku ora wani melu. Tak nunggu sik ning kene (Aku menurut saja mas, yang penting halal barokah. Tetapi kalau serumah bedeng yang isinya semua laki-laki, aku tidak berani ikut. Aku menunggu disini saja dulu)", jawab Wulan. Pada awalnya Wulan ingin ikut, tetapi karena semua pekerja adalah lelaki, maka Wulan mengurungkan niatnya. Wulan menunggu di Jogja saja sembari mencari pekerjaan lain agar tidak bosan sendirian di rumah.

Arif akhirnya berangkat ke Kalimantan melalui jalur laut dari pelabuhan Tanjung Perak bersama temannya. Sebelum memasuki area kelapa sawit, dia mengabarkan sudah sampai dengan selamat. Uang gaji akan dia transfer secepatnya setelah nanti dapat gaji, dengan dititipkan ke atasannya yang setiap beberapa hari sekali membawa sawit ke tempat pengolahan selanjutnya. Wulan hanya bisa mendoakan semoga suaminya selalu sehat disana.

Rumah Gantung (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang