Bab 3

349 56 1
                                    

Sampai di ruangan Mahen, laki-laki itu menyuruh Cessie untuk duduk disofa yang ada di ruangannya sembari menunggu ia selesai membereskan barang-barangnya.

Mahen berencanya untuk pulang lebih awal hari ini, ia akan mencoba mengenal Cessie sambil mempelajari catatan yang diberikan Helsa padanya tadi.

"Selesai, yuk pulang" ajak Mahen setelah siap dengan segala urusannya

Cessie yang sedang menonton youtube di tabletnya menoleh pada Mahen, gadis itu kemudian mengangguk sambil mematikan tabnya dan memasukkannya kembali kedalam tas ranselnya.

Lagi-lagi keduanya berjalan tak bersebelahan, sekarang Cessie lebih dahulu berjalan di depan sambil menggendong tas ranselnya.

"Pasti berat, sini aku bawakan" ucap Mahen sambil mengangkat ransel yang dipakai Cessie

Cessie menoleh sambil menggelengkan kepalanya, kalo cuma segini sih dia masih kuat, pikir anak itu.

"Nggak papa, sini" Mahen melepaskan tas itu dari punggung Cessie

Gadis itu tak perduli, ia tak mau melanjutkan perdebatan tentang siapa yang harus membawa tas ransel ini, jadi gadis itu dengan sukarela melepaskannya dan membiarkan ayahnya itu yang membawakannya.

*****

Akhirnya, menempuh sekitar 30 menit perjalanan, keduanya sampai di apartemen mewah milik Mahen.

"Silahkan masuk" ucap Mahen, menyuruh sang anak untuk masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu

Langkah kecil Cassie membawanya masuk ke dalam rumah sang ayah, rumah yang akan ia tinggali sementara sampai ibunya datang menjemput.

Meniru sang laki-laki dewasa yang melepas sepatu dan menggantinya dengan sendal rumah, Cessie melakukan hal yang sama, Mahen yang melihat kegiatan anak itu tersenyum, pintar sekali gadis kecil ini.

"Ini kamar mu" beritahu Mahen pada anaknya itu

"Terimakasih" Cessie berucap pelan sambil matanya sibuk melihat sekitar, kamarnya bagus, rapi dan luas, beda dengan kamarnya yang ada di rumah sang ibu

"Kamu suka?" Tanya Mahen penasaran

Gadis kelas 4 SD itu hanya menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari Mahen.

"Kalo gitu kamu biasa istirahat dulu, atau kamu mau berkeliling melihat-lihat rumah ini? aku akan membereskan baju-baju mu"

Belum sempat membuka koper sang anak, kegiatan Mahen terhenti

"Ayah" panggil Cessie pelan

Mahen yang baru pertama kali mendengar panggilan itu sontak menolehkan kepalanya, ia sedikit kaget namun ada juga bahagia yang menjalar di hatinya.

"Ya.. ya, kenapa?" Tanya Mahen putus-putus

"Kata ibu, kalo ayah nggak percaya aku anak ayah, ayah bisa tes sendiri" ucap Cessie kemudian berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan sang ayah

Mahen kaget, tentu saja, tak pernah sekalipun laki-laki itu meragukan Cessie, apalagi setelah bertemu dan melihat wajah anak itu, tanpa tes apa-apa pun ia bahkan orang lain pun, akan bisa menebak bahwa ia dan anak itu pasti terikat suatu hubungan.

Mahen menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran-pikiran buruk yang ada di dalam otaknya tentang ia, mantan istrinya dan Cessie.

Selesai membereskan barang-barang sang anak, Mahen keluar dari kamar yang akan di tempati putrinya itu.

"Kamu mau makan?" Tanya Mahen saat melihat anaknya sibuk bermain tablet di sofa ruang keluarga

"Enggak" jawab Cessie sambil menggelengkan kepalanya, namun matanya masih fokus melihat pada tabnya bukan pada orang yang mengajaknya bicara

Mahen menyusul anaknya itu, ia mendudukkan dirinya di sofa yang sama dengan sang anak, matanya menoleh sekilas melihat apa yang sedang di lakukan anaknya itu.

"Cessie" panggil Mahen pada anaknya itu

"Ya"

"Ganti baju mu, besok kamu harus sekolah"

"Besok seragamnya bukan ini" beritahu sang anak

"O, oke, tapi kamu tetap harus mengganti baju mu, itu baju sekolah bukan baju rumah" ucap Mahen tak mau kalah

Cessie menolehkan kepalanya menghadap laki-laki yang duduk di sampingnya ini, Mahen yang di tatap sang anak pun mengerutkan alisnya seolah bertanya.

"Huh" dengus anak perempuan itu, setelahnya ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar

Mahen yang melihat kelakukan anaknya itu pun terkekeh pelan, sepertinya kehidupannya mulai sekarang akan berbeda.

"Sudah?" Tanya Mahen saat Cessie keluar dari kamarnya dengan menggunakan baju rumahan, anak itu pun mengangguk kemudian berjalan mengambil tabnya yang tadi ia letakkan di sofa

"Nanti malam kita ke rumah opa dan oma, aku akan memperkenalkan mu pada mereka" beritahu Mahen

"Mereka sudah kenal aku"

"What?!" Kaget Mahen, tak sadar sambil berucap dengan suara keras secara spontan

"Kok bisa?" Tanya Mahen penasaran

"Aku sudah bertemu mereka dari sebulan yang lalu, setelahnya setiap hari minggu mereka selalu menjemput ku untuk diajak jalan-jalan" jelas Cessie secara rinci

Gadis kecil ini seperti orang dewasa saja, begitulah pikir Mahen saat memerhatikan gerak-gerik dan cara bicara Cessie.

"Ow, oke" Mahen berucap secara patah-patah sambil mengangguk mengerti

"Jadi?" Tanya Cessie penasaran, Mahen yang tak memgerti pertanyaan sang anak menatap gadis itu seolah bertanya

"What?" Tanya Mahen saat keduanya hanya bertatapan tanpa sepatah kata pun terucap

"Kita jadi ke rumah opa, oma?" Tanya anak itu sambil menjeleskan maksutnya

"Nggak" Mahen menjawab singkat sambil menggeleng kan kepalanya sebagai penegas jawaban dari pertanyaan gadis kecilnya itu

"Oke" ucap Cessie kemudian berjalan menjauhi sang ayah, tak lupa ia membawa serta tabnya memasuki kamar yang mulai sekarang akan di tempatinya.

Mahen yang melihat sang anak memasuki kamarnya melemaskan bahunya sambil menghembuskan nafasnya, kenapa berhadapan dengan gadis kecil itu membuat energinya seperti terkuras habis, laki-laki itu kelelahan seolah habis menghadapi klien penting untuk kantornya.

*****

Sudah sekitar 4 jam Cessie tak keluar dari kamarnya, sekarang sudah jam 6 sore, Mahen sudah sibuk memasak untuk makan malam mereka berdua.

Anaknya itu suka makanan apa ya? Apakah gadis itu akan suka makanan yang di masaknya ini? Berbagai pertanyaan muncul di kepala Mahen, daripada ia terlanjur masak banyak ternyata anaknya itu tak suka, lebih baik ia tanyakan langsung saja pada anaknya, begitulah akhir dari perdebatan pikiran laki-laki itu.

"Cessie" panggil Mahen sambil mengetuk pintu kamar anaknya itu

"Cessie" panggil laki-laki itu lagi dengan suara agak keras karena tak mendapatkan jawaban dari pemilik kamar

"Iya" jawab Cessie dari dalam kamar, tak lama pintu kamar anaknya itu terbuka menampakkan wajah sang anak, yap, hanya wajah sang anak, karena gadis kecil itu hanya menyembulkan kepalanya saja

"Kamu suka makanan apa?" Tanya Mahen

Gadis itu tak langsung menjawab, ia terlihat berpikir.

"Aku suka semua makanan, kecuali makanan laut" ucap Cessie

Kalo itu sih Mahen juga tau, jenis makanan yang tak di sukai sang anak sudah di tulis oleh mantan istrinya itu selembar kertas yang di berikan kepadanya.

"Aku tau, jadi malam ini kamu mau makan apa?" Tanya Mahen lagi seolah lebih mempermudah pertanyaannya yang sebelumnya

"Aku bingung" Cessie mengangkat bahunya, pintu yang tadi hanya terbuka sedikit kini sudah terbuka sepenuhnya

"Yaudahlah" sia-sia Mahen menanyakan sang anak, toh ujung-ujungnya ia tetap memasak menu yang sudah ia pikirkan tadi

Mahen melangkahkan kakinya kembali ke arah dapur, Cessie pun mengikuti sang ayah, jika dilihat sekarang keduanya seperti animasi seekor induk ayam beserta anak-anaknya.

365 X 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang