Bab 7

433 61 1
                                    

Merasakan gerakan di samping badannya, Mahen membuka matanya.

Terlihat sang anak tengah mengucek kedua matanya, otomatis tangan Mahen menghentikan kegiatan sang anak tersebut.

"Jangan di kucek, nanti matanya sakit, yuk cuci muka aja" ajak Mahen pada anaknya itu

Laki-laki itu menggendong sang anak dan membawanya ke dalam kamar mandi khusus yang ada ruangannya.

Ia membantu meraup wajah sang anak yang masih berada di dalam gendongannya itu.

"Udah" ucap Cessie menolak saat tangan sang ayah akan membasuh wajahnya lagi.

Mahen mengangguk kemudian mengambil tisu yang ada di samping cermin untuk mengelap wajah sang anak.

*****

Seminggu berlalu, kegiatan Mahen masih sama dengan hari-harinya semenjak sang anak tinggal bersamanya.

Bangun harus lebih awal, menyiapkan segala keperluan sang anak, membantu sang anak bersiap-siap, dan lain-lain sebangainya.

Pagi ini Mahen tengah membuat sarapan untuk sang anak, porsiyang ia buat kali ini lebih banyak dari biasanya karena tadi malam sang anak meminta di bawakan bekal.

Satu hal yang Mahen baru tahu, ternyata sang anak selalu membawa bekal sebelum tinggal bersamanya, selama seminggu ini Mahen hanya memberikan uang jajan saja pada anaknya, ia kira itu sudah cukup, terlebih uang sang anak kadang masih utuh di dalam sakunya saat Mahen memeriksa sebelum mencuci baju, ternyata rata-rata anak di SD itu membawa bekal.

"Tolong ikatin rambutku" ucap Cessie lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan

Dialog rutin yang gadis kecil itu ucapkan setiap pagi pada sang ayah.

Mahen mengganggukkan kepalanya.

"Tunggu sebentar ya"

"Iya"

*****

"Oke, siap" ucap Mahen setelah selesai mengikatkan rambut sang anak, hari rambut sang anak ia ikat dengan gaya ekor kuda alias ikat 1

"Makasih" ucap Cessie

Keduanya berjalan ke arah kamar Cessie, Mahen menaruh sisir yang tadi ia gunakan, kemudian laki-laki itu memakaikan sang anak sunbock seperti biasanya.

Yah begitulah rutinitas pagi keluarga ini, kedua penghuni rumah ini pun masih tak banyak bicara antara satu sama lain, Mahen maklum mau bagai mana pun ia dan sang anak kan baru kenal eh lebih tepatnya baru bertemu atau baru tau keberada satu sama lain.

"Yuk makan" ajak Mahen sesaat setelah menyelesaikan kegiatannya

"Bekalnya udah di buatin?" Tanya Cessie pada sang ayah yang berjalan di depannya

Mahen menganggukan kepalanya sambil menoleh ke arah anaknya.

Hal itu sontak membuat gadis kecil itu tersenyum juga.

"Kamu bener nggak capek sekolahnya jauh gini?" Tanya Mehen saat keduanya tengah memakan sarapan mereka

"Iya"

"Kalo capek, kamu bisa pindah sekolah ke deket apartemen ini, atau ke sekolah di deket kantor ku" tawar Mahen

"Tapi, aku nggak capek kok" ucap Cessie menolak

Sekolahnya kan dekat dengan rumah ia dan sang ibu, jika ia pindah ke sekolah di dekat sini dan besok-besok sang ibu menjemputnya bagaimana? Iya harus pindah sekolah lagi? Atau sang ibu nanti harus mengantar dan menjemputnya sejauh ia sekarang bulak-balik kesekolah, kalau sekarang kan ayahnya ini mengantar dan menjemput menggunakan mobil, kalau ibunya nanti kan akan menggunakan motor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

365 X 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang