Bab 5

305 54 0
                                    

Selesai menyiapkan keperluan sang anak, Mahen ke luar dari dalam kamar anaknya itu, ia akan memulai acara masaknya untuk mereka sarapan.

Pagi ini ia bingung memilih antara membuat nasi goreng atau sandwich saja untuk menu sarapan mereka.

"Oke nasi goreng aja deh" monolog laki-laki itu

Mahen mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng, tangannya sibuk mengiris bahan-bahan untuk campuran nasi goreng ala-ala buatannya, nasi pun sudah ia keluarkan dari rice cooker agar tak lengket saat di masak, nasi goreng adalah salah satu masakan andalannya.

Tak sampai 10 menit, nasi goreng buatannya sudah jadi, perbedaan nasi gorengnya pagi ini dengan pagi-pagi biasanya adalah nasi goreng pagi ini tidak pedas seperti yang biasanya ia buat.

Selesai meletakkan nasi goreng di meja, kini kegiatannya beralih pada sosis yang akan di gorengnya untuk sang anak.

Saat tangannya tengah sibuk memotong-motong sosis itu agar membentuk seperti gurita, sang anak keluar dari dalam kamarnya dengan keadaan baju sudah terpakai namun rambutnya masih berantakan terlebih di tangan anak itu bukannya membawa tas sekolahnya ia malah membawa sisir dan ikat rambut.

"Tolong ikatin rambut ku" pinta Cessie sambil mengangkat tangannya yang menggenggam sisir dan ikat rambut saat matanya saling bertatapan dengan sang ayah

"Oke, tunggu sebentar ya"

Mahen menyelesaikan gorengan sosisnya, hanya 2 buah sosis saja yang berbentuk gurita sisanya sosis goreng pada umumnya, Mahen tak mau membuat sang anak menunggu, jadi ia segera menyelesaikan sesi masaknya dan mulai mengikatkan rambut sang anak.

"Aw, sakit" ucap Cessie saat sang ayah terlalu keras menyisir rambutnya

"Maaf, maaf" Mahen gugup tentu saja, ini pertama kalinya ia melakukan kegiatan ini

Laki-laki dewasa itu menyelesaikan ikatan rambut sang anak dengan cukup rapi, menurutnya.

"Dah, selesai" ucap Mahen

Kemudian ayah dan anak itu berjalan ke kamar sang anak, Mahen menaruh sisir yang tadi di pakainya, sementara Cessie mengambil kaus kaki dan tasnya.

"Eh, tunggu bentar, kamu belum pakai sun blok" ucap Mahen saat sang anak ingin lebih dulu keluar

"Sini" pinta Mahen agar anaknya itu mendekat, seperti yang sudah di tulis Helsa, kulit Cessie akan seperti terbakar jika tak memakai sun blok, jadi laki-laki itu harus selalu ingat memakaikan anaknya sun blok saat kemanapun, kecuali malam hari

"Selesai, ayo makan" ajak Mahen sesaat setelah menyelesaikan sesi memakaikan sun blok pada sang anak

*****

Jam 6 tepat akhirnya segala urusan ayah dan anak itu selesai, kini keduanya tengah berjalan beriringan menuju besement tempat sang ayah memarkirkan mobilnya.

Mahen membukakan pintu mobilnya untuk sang anak, menutupnya pelan setelah memastikan sang anak sudah duduk dengan nyaman, kemudian baru laki-laki itu masuk kedalam mobilnya.

Sebelum menjalankan mobilnya ia tak lupa memasangkan seat belt untuk anaknya dan juga dirinya.

Perjalanan mereka menghabiskan waktu 1 jam lebih untuk sampai ke sekolah Cessie, tadi gadis cilik itu bahakan sempat tidur lagi saat Mahen menoleh ke arah anaknya itu.

"Udah sampe" ucap Mahen membukakan pintu sambil melepas kan seat belt sang anak

Sebuah SD negeri yang lumayan bagus dan rapih bangunannya, pikir laki-laki itu sambil matanya mengamati sekitar, murid-murid yang lain pun sepertinya baru sampai.

"Hati-hati ya, belajar yang rajin" ucap Mehen pada Cessie yang sedang menyalaminya

Setelahnya anaknya itu melambai sebentar kemudian berjalan memasuki gedung sekolah bersama teman-temannya.

Hampir jam setengah 8 pikir laki-laki itu sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dia berangkat ke kantor sekarang sampai sana bisa jam setengah 9an, mengerjakan berkas-berkas kantor hanya sekitar 3 jam an, setelahnya ia harus menempuh waktu 1 jam lebih lagi untuk menjemput anaknya, ah hari-harinya sepertinya akan berat setelah ini.

"Semangat Mahen" ucap laki-laki itu menyemangati dirinya sendiri, kemudia menjalankan mobilnya meninggalkan area sekolah sang anak

Sampai di kantor ia di sapa beberapa karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya.

Buru-buru laki-laki itu memasuki ruang kerjanya, bukan karena ada hal penting atau apapun, ia hanya ingin segera menyenderkan punggungnya.

"Permisi pak, ada berkas dari ibu Dian dari divisi promosi, dia mau minta tanda tangan bapak, sama ini berkas-berkas yang kemarin belum sempet bapak tinjau" ucap sekertaris Mahen

"Taruh aja Al" ucap Mahen pada sekertarisnya, sekertaris Mahen ada dua, satu laki-laki dan satu perempuan, yang laki-laki ini sekertaris pribadinya, untuk urusan perjalanan bisnis dan hal-hal yang lebih privat Mahen biasanya dengan Ali ini, dan untuk urusan di kantor yang standar-standar lingkup kantor biasanya dengan Lala.

Kenapa punya sekertaris dua? Ya karena pekerjaan Mahen yang sangat banyak sekali memang mengharuskannya mempunyai dua orang itu.

Lihat kan belum apa-apa saja berkas di mejanya sudah menumpuk.

"Apa nanti nyuruh Ali atau Lala aja ya yang jemput Cessie" pikir Mahen sejenak

Lalu laki-laki itu menggelengkan kepalanya, nggak-nggak, belum apa-apa aja masa udah nyuruh orang sih, pikirnya lagi seolah berdiskusi dengan dirinya sendiri.

"Pake supir ajalah" akhirnya keputusan finalnya adalah ia akan menjemput sang anak, namun dengan di supiri oleh supir kantor

*****

Terlalu fokus dan sibuk dengan berkas-berkasnya Mahen sadar waktu, tak terasa waktu berjalan sangat cepat.

Tau-tau jam sudah menujukkan pukul 11.30, ia harus cepat-cepat bergegas berangkat menjemput sang anak, perjalanan ini pasti akan memakan waktu lebih lama karena macet, mungkin.

Tadi Mahen sudah menyuruh Lala untuk memberitahu salah satu supir kantor untuk mengantarnya menjemput sang anak jam 11.30, jadi mungkin supirnya itu sudah menunggu di bawah.

"Saya pergi dulu ya, kalo ada sesuatu yang penting banget baru telfon" pamit Mahen pada kedua sekertarisnya itu

"Baik pak" jawab keduanya berbarengan

Mahen berjalan menuju loby depan kantornya, ia sudah di beritahu Lala bahwa mobilnya sudah siap dan menunggu di loby.

"Kenapa nggak pindah sekolah aja pak non Cessienya" saran bapak supir pada bosnya itu setelah mendengar cerita sang bos mengenai anaknya

"Pengennya gitu sih, tapi saya mau diskusiin dulu sama anaknya, sama ibunya juga terutama" jelas Mahen

Mahen belum mengumumkan secara resmi mengenai Cessie pada karyawan kantornya, namun gosip kan bisa berhembus dengan sangat cepat apalagi di negri ini, jadi yah seluruh pegawai kantor mungkin sudah tau sendiri bahwa bos mereka telah memiliki anak.

Mahen juga tak menutup-nutupi tentang statusnya, dan status perkawinannya dulu jadi ya tak ada gosip aneh lah minimal tentangnya, ya kalau pun ada ya tak mungkin sampai ke telinganya kan.

"Bener pak, kita mah sebagai ayah cuma bisa memberi saran, selebihnya kan anaknya yang menjalani, iya to?" Kini pak supir itu menanggapi dengan sedikit nasehat

Mahen menggangguk membenarkan ucapan supirnya ini.

Benar, dalam hatinya ia juga membenarkan itu, jika anaknya tak mau pindah pun yasudah, anaknya itu saja tak lelah kok dia seenaknya mengatur.

365 X 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang