Bab 6

290 48 0
                                    

"Hai, gimana belajarnya tadi?" Tanya Mahen saat sang anak keluar dari gerbang sekolahnya

Cessie yang tiba-tiba mendapat pertanyaan itu pun hanya menatap Mahen dengan pandangan heran, tak lupa tangan gadis kecil itu juga menggaruk pipinya.

Gimana belajarnya tadi? Pertanyaan itu maksutnya apa ya? Cessie tak paham, gadis kecil itu hanya mengedip-ngedipkan matanya.

"Kamu suka belajar di sekolah?" Tanya Mahen lagi, tangan laki-laki itu menggandeng sang anak berjalan menuju mobilnya yang berhenti di sebrang jalan, laki-laki itu sengaja menyuruh sopirnya agar mudahkan mereka keluar dari area sekolah ini.

Cessie hanya mengangguk sambil berjalan mengikuti langkah sang ayah.

"Oke deh" Mahen juga menganggukan kepalanya

Seperti biasa, Mahen membukakan pintu untuk anaknya terlebih dahulu, kali ini pintu penumpang bagian belakang, karena keduanya akan duduk di situ.

"Hallo non Cessie" ucap pak supir menyapa anak bosnya itu dengan senyum lebar

"Hai" balas Cessie malu-malu

Melihat bos dan anaknya sudah mengenakan sabuk pengaman dan duduk dengan nyaman, pak supir mulai menjalankan mobilnya menuju kantor.

"Kamu mau makan siang apa?" Tanya Mahen pada Cessie

"Apa aja, terserah" ucap Cessie sambil mengedikkan bahunya

"Ya apa? Yang lagi pengen kamu makan sekarang aja" Tanya Mahen lagi

Pak supir yang melihat interaksi antara anak dan ayah lewat spion tengah itu sedikit mengernyitkan alisnya, kenapa mereka berdua kaku sekali, pikir bapak itu.

Apakah interaksi orang kaya itu begini? Pikirnya lagi, kemudian menggelengkan kepalanya mencoba melupakan pikiran-pikirannya itu.

"Nggak tau~" ucap Cessie dengan nada panjang di akhir sambil matanya melihat Mahen dengan alis mengangkat, hal itu membuat Mahen tak bisa menahan gemas pada gadis kecil itu

"Oke, kita makan di rumah makan depan kantor aja, di sana ada banyak pilihan menu" putus Mahen

Sekaran sudah jam 1 lebih, kedua eh ketiga orang yang ada di dalam mobil ini sudah melewatkan jam makan siang mereka.

Cessie mengangguk, baginya tak masalah makan apapun, toh ia selalu memakan apapun yang sang ibu masak dan berikan untuknya.

Kira-kira setengah jam kemudian, tepatnya jam 2 lebih 10 menit, mobil yang di naiki ketiganya memasuki area rumah makan di depan kantor Mahen.

"Bapak mau makan siang bareng kami atau makan siang sendiri?" Tanya Mahen

"Saya bawa bekel pak" jawab pak sopir

"Oke, ini buat bapak beli minum, maaf ya makan siang bapak jadi ketunda gara-gara saya, bapak ke kantor duluan aja, nanti saya jalan" ucap Mahen sambial memberikan selembar uang 50an pada pak supir

"Aduh makasih pak, saya kan di gaji buat jadi supir emang"

Mahen mengangguk kemudian tersenyum sambil menepuk pundak pak supir.

Ayah dan anak itu kemudian memasuki rumah makan dengan tangan Mahen yang menggandeng gadis kecilnya.

Banyak bangku kosong sebab jam makan siang sudah lama berakhir.

Setelah ke duanya duduk, Mahen melihat sebentar selembar menu yang ada di atas meja mereka.

"Ini baca, kamu mau makan apa?" Mahen memberikan selembar menu itu pada sang anak

Cessie menerimanya lalu mulai membaca macam-macam nama menu yang ada di lembar itu, sesekali gadis kecil itu menggumamkan nama menunya.

Mahen dengan sabar menunggu sambil terus memperhatikan gerak gerik sang anak.

"Mau sate ayam" Ucap Cessie akhirnya

"Oke, minumnya mau apa?" Ucap Mahen sambil mencatat pesanan sang anak

"Nggak tau" ucap Cessie sambil menatap wajah sang ayah dangan pandangan bingung

Mahen menganggukkan kepalanya mengerti.

"Aku pesan dulu ya" pamit Mahen meninggalkan sang anak menuju tempat order

*****

"Capek nggak bawa tasnya?" Tanya Mahen saat ke duanya tengah berjalan keluar rumah makan

"Sedikit"

"Sini, aku bawakan"

Cessie melepaskan tas punggungnya dan memberikannya pada sang ayah, lumayan mengurangi beban yang harus ia bawa.

Menunggu jalanan sepi untuk menyebrang, Mahen menutupi kepala sang anak dengan tangannya, laki-laki itu mencoba untuk menutupi sang anak dari sinar terik matahari yang akan membuat wajah sang anak gosong.

Sampai di dalam kantornya, Mahen berpapasan dengan beberapa karyawan yang menyepanya dan sang anak.

Cessie yang tak terbiasa pun menyembunyikan wajah dan badannya di belakang badan sang ayah, jangan lupakan tangan ke duanya yang masih bergandengan tangan.

"Tunggu aku selesai kerja sebentar ya, habis itu baru kita pulang" ucap Mahen sambil menaruh tas anaknya di atas sofa yang sudah lebih dulu di duduki oleh sang anak

"Iya" jawab Cessie

Sepeninggal Mahen yang kembali ke meja kerjanya, gadis kecil itu sibuk mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

Mahen hanya sempat beberapa kali menengok, untuk melihat apa yang sedang dilakukan anaknya itu, selebihnya laki-laki itu fokus pada kerjaannya.

Sampai pintu ruangan Mahen di ketuk pelan, baru laki-laki itu tersadar kembali ke dunia kenyataan dari pikirannya yang hanya terfokus pada berkas pekerjaan.

"Masuk" ucap Mahen mempersilahkan siapapun yang mengetuk pintu ruanagnnya

"Permisi pak, saya mau ngambil berkas yang tadi pagi di bawa pak Al, orang promosinya udah nanyain" jelas Lala pada bosnya ini

Sembari menunggu mata perempuan itu tak sengaja melihat anak bosnya yang sedang tertidur di sofa, gadis kecil itu mungkin ketiduran, terlihat dari posisinya saat ini.

"Pak, anak bapak kayaknya ketiduran" beritahu Lala dengan suara pelan

Mahen pun sontak menolehkan kepalanya ke arah sang anak, benar, anaknya tidur dengan posisi duduk menyender pada sofa, di tangannya bahkan ada sebuah buku cerita yang gadis itu genggam.

"Mau saya benerin pak?" Tanya Lala menawarkan

"Nggak usah biar saya aja, ini berkasnya, minta tolong Ali buat cek ulang lagi saya takut ada yang nyelip" Mahen memberikan berkas yang tadi di minta sekertarisnya itu

"Oke, makasih ya pak" ucap Lala kemudian keluar dari ruangan Mahen

Sepeninggal Lala, Mahen berjalan menghampiri sang anak, di meja ada sebuah buku cetak dan buku tulis serta sekotak alat-alat tulis, bisa Mahen tebak bahwa sang anak mungkin tadi mengerjakan prnya, buku tulisnya sudah di isi dengan tulisan-tulisan jawaban dari soal yang ada di buku cetak.

Pintarnya, ucap Mahen dalam hati melihat tugas sang anak.

Laki-laki itu kemudian membenarkan posisi tidur sang anak, Cessie sempat bergerak tak nyaman, namun Mahen segera mengelus-elus kepala sang anak.

"Shut shut shut" gumam Mahen agar tidur sang anak kembali nyaman, setelahnya laki-laki itu membereskan buku-buku sang anak, memasukkannya ke dalam tas anaknya itu lagi.

Mahen menolehkan kepalanya pada jam dinding yang terpasang di ruangannya, sebentar lagi jam 5 sore, waktunya ia pulang dari kantor.

Menyandarkan tubuhnya di sofa panjang tepat disebelah kaki sang anak, laki-laki itu memejamkan matanya juga, bukan untuk tidur, hanya beristirahat sejenak saja berhubung pekerjaannya hari ini sudah selesai.

Ia berencana pulang ke rumah pada pukul 5, seperti hari-hari biasanya, jadi selagi menunggu waktu pulang kantornya ia akan membiarkan sang anak untuk tidur lebih lama.

365 X 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang