Three

8 4 2
                                    

"KIEL STOP!" Ucapan Adelaide ini seolah tak didengar oleh Azkiel.

Ketika Azkiel hendak memukul laki-laki itu lagi, "AZKIEL, STOP!" Teriak Adelaide bahkan, gadis itu memeluk Azkiel dari belakang dengan sangat erat.

Akhirnya, Azkiel pun sadar, ia menggenggam kedua tangan Adelaide yang terasa gemetar. Ia berbalik kearah Adelaide, "are you okay?" Tanyanya lembut.

Adelaide mengangguk, "yeah, i'm okay." Dengan pelan gadis itu mengambil tangannya dari Azkiel.

"Lo beneran gapapa, kan Leid?" Tanya Friska bersama anggota gengnya Adelaide yang lainnya.

"Calm down, i'm fine!" Ucap Adelaide, "Jangan lupa ambil uang kekalahan dia!"

"Siap, Leid!"

Adelaide kembali ke mobilnya dengan diikuti oleh Azkiel. Adelaide memandangi mobilnya yang tidak baik-baik saja. Seketika kemarahannya yang tadi mereda menjadi bangkit lagi.

"ANJING LO CATHERINE! GAK MAU TAU! LO HARUS GANTI RUGI KERUSAKAN MOBIL GUE! ATAU LO BAKAL GUE PERMALUIN DIDEPAN AARAV! " Teriak Adelaide lagi.

"Calm down, girl!" Ucap Azkiel berusaha menenangkan Adelaide.

"Gue gak bisa tenang! Lo juga tadi gak bisa tenang, kan?!" Azkiel hanya mengangguk.

"Gue bakal telepon orang bengkel langganan gue, dia bakal bawa mobil lo ke bengkel, "

"Gak usah! Gak perlu!"

"Telat! Orangnya udah dateng tuh!"

"Shit!"

"Kunci mobilnya ada didalam bang!" Ucap Azkiel pada seorang montir dari bengkel langganannya.

Adelaide melihat jam tangannya yang memperlihatkan pukul setengah 2 dini hari..

Ia mengeluarkan handphone-nya dari dalam sakunya. Ia menelepon kakak keduanya yaitu, Arakha nmun, handphone-nya non aktif.

"Biar gue yang antar lo pulang!" Ucap Azkiel ia menggandeng tangannya Adelaide agar berjalan mengikutinya. Namun, Adelaide menghempaskannya dengan kasar.

"Lepas! Jangan sok care sama gue!"

"Gue juga males kali care sama lo!"

"Terus ngapain lo kesini?! Kita gak sedeket itu sampe gue mau pulang sama lo!"

"Lo bisa nurut aja gak sih?!"

"Gak!"

"Okay, gak ada pilihan lain!" Azkiel bergerak maju, lalu mengendong Adelaide didepan badannya dengan satu tangan, seolah Adelaide adalah karung beras, "ringan banget lo!" Ucapnya sambil melangkah menuju mobilnya.

"Kyaaa! Lepasin gue, damn!" Titah Adelaide.

"Gak!" Adelaide terus memberontak meski, sia-sia, "gue bilang lepas!!"

Ketika sudah tiba di mobil sport hitam miliknya, Adelaide pun diturunkan oleh Azkiel dan didudukkan di kursi samping.

"Kepala lo berdarah!" Ucap Azkiel cemas.

Adelaide memegang dahinya, awalnya ia biasa-biasa saja namun, karena Azkiel cemas ia menjadi ikutan cemas.

"Bentar ya!" Azkiel berlari untuk duduk dikursi pengemudi. Lalu, ia mencari sesuatu didalam mobilnya.

Ketika sudah berhasil menemukan kotak p3k ia mengeluarkan kapas dan alkohol untuk membersihkan luka di dahi Adelaide.

"Biar gue aja yang ngobatin sendiri!"

"Udah lo diem! Atau mau gue cium? Mumpung didalam mobil gue nih!" Ucap Azkiel mengancam.

"Kurang ajar lo!" Adelaide pun akhirnya membiarkan Azkiel mengobati luka di dahinya, "auw, " Rintihnya merasa perih.

This Is AdelaideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang