Chapter 74

666 23 2
                                    

Selesai makan, mereka memutuskan untuk pulang. Awalnya Leon ingin membawa gadis itu untuk lanjut berkeliling tetapi telepon masuk dari asistennya membuatnya mengurungkan niatnya tersebut. Dengan berat hati Leon mengantarkan Devlin kembali ke De Latinos padahal ia ingin menghabiskan waktunya lebih lama bersama gadis itu.

"Apa aku boleh berkunjung lagi kesini?" tanya Leon penuh harap.

Devlin menatapnya datar. "Tidak." brak! Gadis itu menutup pintu mobil dengan kuat dan berlalu masuk ke dalam rumah tanpa berbicara lebih atau mengucapkan terima kasih kepada Leon.

Pria itu terdiam sejenak dan tertawa ringan. Ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Benar-benar...."

Lagi-lagi ponselnya berdering. Leon berdecak dan mengendarai mobilnya meninggalkan pekarangan kompleks De Latinos dengan perasaan kesal.

Kalau bukan karena pekerjaan, ia pasti akan menghabiskan waktu bersama Devlin setiap detiknya.

///

Devlin baru saja selesai membersihkan diri. Handuk kecil melilit di kepalanya sembari menunggu rambutnya sedikit mengering. Ia duduk di tepi ranjang dan meraih map kuning diatas meja.

Ia terus membaca dan mengulang kedua isi surat yang diberikan oleh Selena kemarin. Sejak malam itu sampai detik ini, Devlin belum mendengar kabar Selena. Sejujurnya ia terkejut mengapa wanita itu sampai di negara ini setelah kasus kematian Emma. Apa yang dilakukan Selena disini? Dan apa alasan ia pergi begitu saja tanpa memberitahu Mr. X? Itulah yang menjadi pertanyaan berulang di benak Devlin.

Jejak yang menjadi dalang atas semua ini belum ditemukan. Bahkan semua anak buahnya begitu setia, tidak sedikitpun mau memberi sedikit clue atau bahkan wujudnya. Mereka menutup mulut rapat-rapat yang bahkan diancam dengan kematian pun juga tak gentar.

Devlin memijit keningnya. Semakin lama teka-teki ini tak bisa ia pecahkan. Semua kumpulan puzzle-nya mendadak berantakan. Kenapa bisa seperti ini? Baru kali ini Devlin merasa berat dengan pekerjaannya.

Ponselnya berdering dan nama 'Rose' terpampang dilayar. Tanpa banyak basa-basi Devlin menerima panggilan tersebut.

"Ada apa?"

"........."

Cukup lama Devlin terdiam mendengar kalimat yang diucapkan oleh Rose sampai akhirnya ia bersuara.

"Awasi tempat itu dengan ketat dan jangan biarkan polisi menyentuh ataupun memindahkan mayatnya. Tunggu sampai aku datang."

"Baik, Nona."

Sambungan terputus, Devlin bergegas memakai pakaiannya secepat kilat dan meraih kunci mobil serta tak lupa membawa ponselnya.

Di dalam mobil, ia mendial nomor Johnson. Seraya menunggu panggilan dijawab, Devlin melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Jalanan cukup lenggang sehingga ia bisa sampai ditempat yang dituju dengan waktu kurang lebih 25 menit.

Johnson tak kunjung mengangkat teleponnya. Ia mendecih dan bergegas masuk ke dalam gudang terbengkalai yang terletak di sudut daerah terpencil.

Sesampainya di dalam, ia berhenti dengan napas terengah-engah. Pemandangan didepannya adalah hal yang tidak pernah terbayangkan untuk ia lihat. Devlin menyingkirkan garis kuning didepannya dan berjalan perlahan mendekati polisi yang tengah menggambar garis yang mengikuti bentuk tubuh sosok yang terbaring tak bernyawa itu.

"Sepertinya ia sudah dibunuh beberapa hari yang lalu." kata Rose yang datang dari belakangnya. Ia mengomando tim Bravo untuk memperketat pengawasannya agar tidak ada yang menganggu penyelidikan.

Sekali lagi Devlin menelepon Johnson tanpa memutuskan pandangannya dari depan. Pada sambungan ketiga, pria itu mengangkatnya.

"Ada apa Dev? Apa terjadi sesuatu disana?"

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang