Part 7

33 9 0
                                    

halo gua back nih! Btw jangan lupa Votmen :D

Happy Reading ❤️❤️

________


Mampus.

Clara menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa kering. Mulut membuka lalu mengatup seperti ikan koi. Jantung bekerja ekstra memompa, apa Arthur sempat mendengar getaran ribut dari ponselnya? Apa Arthur sempat melihat wajah panik Clara saat menyalakan mode hening?

"Clara?" Panggil Arthur sekali lagi sambil mengibaskan telapak tangan didepan hidung Clara.

"Y-ya?" Jawab Clara gugup, wajahnya memucat karena Arthur tau-tau sudah berdiri dihadapannya. Memangnya kapan pemuda itu bangkit dari ranjang?!

Mata Arthur menyipit, Clara menggenggam ponselnya erat-erat, seolah hidupnya bergantung pada itu. Kumohon jangan sampai  tau, kumohon jangan sampai Arthur tau, kumohon-

"Telepon dari siapa?"

Jantungnya menghentak, perut Clara melilit karena tegang, dia harus menjawab apa? Rapalan doanya tidak dikabulkan Tuhan, apa salahnya? Clara meratap.

"Um- itu ha-hanya teman." teman hidup maksudnya. Uhuk, Clara tersedak dengan wajah memerah, bisa-bisanya disaat seperti ini hal itulah yang ada dalam otaknya! Clara menggeleng ribut, menendang pikiran itu jauh-jauh.

Arthur mengangkat alis, ooh hanya teman, "Kenapa tidak diangkat?"

Kenapa kau terus-menerus bertanya?

Clara menggigit bibir, mata sibuk melirik kearah lain, otaknya berputar mencari alasan yang masuk akal. Dilihatnya gorden, ranjang, bantal dan obat-obatan dan ah!

"Anu, itu, aku tidak ingin membuat keributan dalam ruang kesehatan. Nanti kalau murid lain terganggu bagaimana?"

"Tapi hanya ada kau dan aku disini."

Skakmat.

Clara menjerit dalam hati. Kenapa Arthur jadi kepo begini? Mana sifat pangeran sedingin es yang dilabelkan padanya?! Apakah esnya sudah mencair?

"Lagipula, kenapa kau berada disini? Kau tidak ada kelas?"

Clara menjawab refleks, "Ah - sepertinya aku terkena fl- m-maksudku terkena demam, kepalaku pusing hatchi."

Dasar tubuh penghianat. Clara merutuk penuh dendam, dia mengusap hidungnya yang memerah cepat-cepat, usahanya untuk berbohong gagal total hanya gara-gara bersin.

"Kau terkena flu?"

"T-tidak kok-hatchi―h-hanya bersin biasa!"

Clara menjawab panik dan mengusap hidungnya lagi. Arthur mengangkat alisnya semakin heran.

Clara yang melihat hal itu buru-buru membaringkan tubuh diranjang dan menghadap tembok agar tidak diinterogasi lebih jauh lagi.

"Ah, aku pusing. S-sebaiknya aku istirahat dulu. Sampai jumpa sunbae!"

Clara memejamkan mata rapat, pura-pura tidur. Jantungnya bertalu-talu, alis mengerut dan bibir digigiti, biarlah dia dicap sebagai junior tidak sopan asalkan nyawanya terselamatkan. Arthur tidak menjawab. Clara merapalkan doa homina-homina semoga kekasih cepat pergi sambil menyatukan tangan didepan dada, dia harap-harap cemas menanti apakah Arthur sudah pergi atau berbaring diatas ranjang lagi?

Saat tidak ada suara yang didengarnya sedikitpun, Clara pelan-pelan membalik badan.

Dan itu... adalah kesalahan besar.

Matanya melotot saat mendapati Arthur berbaring diatas ranjang disebelah biliknya dan memejamkan mata.

Rupanya, Clara lupa tidak menutup tirai antar bilik.

RoleplayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang