Lisa POV
Seperti hari pada biasanya, aku tengah berada di ruanganku sendiri untuk mengerjakan beberapa pekerjaan sebelum aku berikan pada Jennie, rasanya tetap jauh lebih tenang jika aku berkerja sendirian, tanpa gangguan.
Setiap aku bekerja di ruangan Jennie, secara otomatis aku pasti akan duduk di hadapannya, mejanya juga tidak terlalu besar, dan itu selalu membuatku canggung karena jarak kami berdekatan, di tambah aku selalu merasa jika ada yang mengawasiku setiap aku fokus bekerja dan itu adalah atasanku sendiri, kalian mengerti maksudnya bukan? Intinya, meski aku sudah setahun lebih menjadi asisten direktur, itu tetap canggung.
Mungkin jika atasanku bisa berbincang banyak, rasanya aku tidak akan terlalu merasa canggung, tapi karena dia juga pendiam dan hanya membicarakan hal-hal yang menurutnya penting, itu membuat aku juga menjadi tidak bisa membuka diri.
Saat aku sedang fokus menatap layar komputer, telfon di ruanganku kemudian berdering, aku mengambilnya dengan tangan kananku, menempelkan beda itu pada telinga.
"Ya.." ucapku, biasanya orang-orang yang menelfonku adalah karyawan-karyawan yang jabatannya di bawah asisten direktur, mereka akan lebih banyak berdiskusi denganku terlebih dahulu sebelumnya akhirnya aku akan menyampaikan yang mereka katakan pada direktur, begitu sistemnya.
"Lisa, datang keruanganku sekarang."
Aku yang mendengar suara atasanku menjauhkan telfon begitu sambungan telfon juga langsung terputus begitu saja, aku mengedipkan mataku beberapa kali, meletakannya telfon berwarna hitam itu pada tempatnya sebelum bergegas berdiri dan merapikan kemeja yang aku pakai.
Aku menghela nafas dan berdecak pelan, padahal pekerjaanku masih banyak tapi aku malah di panggil ke ruangannya, tapi apa aku boleh protes? Tentu saja tidak, mana mungkin aku berani membantahnya.
Begitu aku sampai di depan ruangannya, entah kenapa rasa canggung itu menyelimuti diriku, haish, ini bukan Lalisa sama sekali, Lalisa adalah gadis yang bisa berbaur dengan semua orang dengan mudah dan tidak pernah merasa canggung meski harus berbicara dengan penyapu jalanan sekalipun!
Tanganku bergerak untuk mengetuk pintu sebelum membukanya dan masuk ke dalam ruangan atasanku, ada banyak berkas yang berserakan di atas mejanya, apalagi yang dia perbuat, padahal aku sudah membereskan nya kemarin.
"Bantu aku untuk menyusun berkas-berkas ini, aku bingung." Ucapannya membuatku tanpa sadar mendengus kesal, kenapa dia membongkar berkas satu tahun yang lalu? Padahal semua data digitalnya ada pada komputernya?
"Keberatan?" Tanyanya, aku menatapnya dan langsung menggeleng, aku mengambil tempat untuk duduk di hadapannya, tanganku langsung bergerak untuk mengumpulkan semua kertas yang ada di atas meja.
"Tidak Miss Kim, hanya saja data-data ini sudah ada di komputer dengan nama dokumen tahun yang tertera." Ucapku, dia kemudian menyenderkan tubuhnya pada kursi dan menyatukan jari-jarinya di atas perutnya.
"Aku sudah mengecek data digital nya dan ingin mencari data fisiknya, tidak boleh?" Tanyanya, aku mengulum bibirku, jangan sampai karena aku mendengus tadi, ini menjadi senjata untuk diriku sendiri.
"Tentu saja boleh Miss Kim, tidak masalah, aku akan mengurutkannya ulang." Ucapku sambil menatapnya dengan tatapan yang lebih melunak, setelahnya aku mencoba untuk mengurutkan berkas di tanganku satu per satu seperti semula.
"Sudah berapa lama kau tunggal di sana?" Pertanyaan itu membuatku kembali menatapnya, dia mengajakku berbicara? Oke.
"Ck, di gedung apartemen itu." Ucapnya lagi, ya, kenapa aku tidak menjawab dan hanya memandanginya? Dasar Lisa bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHT IN THE DARK - JENLISA [G×G]
FanfictionMenjadi pemimpin mungkin adalah impian semua orang, tapi hal itu membuat hidup Jennie menjadi monoton, dengan terus melakukan hal yang sama setiap harinya, CEO muda itu merasa bosan dan kesepian meski dia memiliki harta yang tak ternilai jumlahnya. ...