Lisa POV
"Sudahlah, kau berlebihan Lisa, apa salahnya jika kau bertetangga dengan Miss Kim?"
Ucapan Jisoo yang terdengar begitu santai membuatku mendelik tajam ke arahnya, menyadari wajah masamku, sahabatku yang satu itu terkekeh pelan, dia mengambil gelas di hadapanku dan menuangkan minuman susu soda khas Korea, milkis.
"Benar, seharusnya itu juga tidak menjadi masalah besar, bukan?" Chaeyoung menimpali, di tangannya ada satu potong timun yang sudah di potong-potong, pipinya bergerak mengunyah snack malamnya, sepertinya dia tidak menyadari bagaimana raut wajahku karena dia bahkan tidak melihatku sekarang.
"Ck, kalian tidak mengerti." Aku berdecak sambil meletakkan ponselku di atas meja, sesuai apa yang sudah direncanakan, kami berlima berada di unit apartemen Jisoo untuk berkumpul.
Tadinya rencana kami malam ini memanglah untuk menonton film baru yang tengah ramai di perbincangkan di internet, tapi karena aku membawa informasi mengenai Jennie yang ternyata tinggal di depan unit apartemenku, kami malah jadi membicarakan hal ini dan melupakan rencana awal untuk menonton film.
"Kenapa tidak? Katakan apa yang mengganggu pikiranmu." Tanya Seulgi, dia duduk di hadapan kami dengan Bogum yang ada di sampingnya.
"Entahlah, rasanya aneh, apa menurut kalian aku pindah saja, tapi aku sudah sangat nyaman dengan unit apartemenku, dekat dengan kantor, aku juga sudah dekat dengan orang-orang yang berada di sana." Balasku dan Jisoo berdecak.
"Tidak perlu, bersikaplah biasa saja, lagipula kenapa kau ingin menghindari nya?" Tanyanya sambil mengambil satu sosis panggang di atas meja dengan garpunya.
"Baiklah, sekarang kami bertetangga, tapi bagaimanapun juga dia adalah atasanku, rasanya akan menjadi canggung jika aku malah hidup berdampingan dengannya, hey, aku seperti menghabiskan dua puluh empat jam melihatnya, di kantor, bahkan saat aku pulang sekalipun." Ucapku, dengan sedikit kesal, aku mengambil gelas di hadapanku dan meminum susu soda yang dituangkan Jisoo dengan sekali teguk seperti itu adalah Soju.
"Aku mengerti, rasanya pasti tidak enak, kau akan merasa canggung setiap pulang." Bogum menimpali, memang hanya dia yang paling netral di antara semuanya.
"Lalu apa dia sudah melihatmu tadi?" Tanya Chaeyoung yang duduk di sampingku, kami semua duduk di karpet ruang tamu Jisoo sekarang.
"Belum, aku menunggunya sampai dia masuk ke unit apartemen miliknya terlebih dahulu, aku bahkan sampai harus bersembunyi agar dia tidak melihatku dan begitu dia masuk, aku berlari ke unit apartemenku, begitu juga saat aku keluar, aku mengawasi dari celah, saat aku pastikan aman, aku langsung berlari ke lift."
Mendengar penjelasanku, lantas teman-temanku tertawa, bahkan Jisoo sampai memegang perutnya, Seulgi memukul lengan Bogum sedangkan pria itu kini meringis sambil memegang lengannya sendiri.
"Lisa, kau tidak perlu sekonyol itu, lagipula di antar kami semua, kau yang paling dekat dengan Miss Kim, seharusnya kalian bisa jauh lebih santai setelah ini karena tinggal bersama." Aku mengerutkan keningku begitu mendengar ucapan Seulgi, tinggal bersama, hey, itu terlalu intim!
"Justru karena Lisa yang paling dekat dengan Miss Kim, dia merasa canggung." Bogum menimpali dan aku mengangguk setuju, sedari mereka menyiapkan makan malam karena aku tidak pandai dengan urusan dapur, sebenarnya aku sudah mencari informasi tentang unit apartemen yang disewakan dari internet.
"Tapi, kenapa Miss Kim tinggal di unit apartemen?" Pertanyaan Chaeyoung membuat kami berempat kembali diam, benar juga, itu sebuah pertanyaan yang penting, kenapa dia tinggal di unit apartemen?
"Seharusnya dia tinggal bersama orang tuanya bukan?" Tanya Jisoo sambil menggigit sosinya dan membuat kontak mata pada kami berempat.
"Aku juga bertanya-tanya, untuk masalah biaya, tentu saja Miss Kim sanggup membeli unit apartemen itu, tapi gedung apartemen tempat tinggalku juga bukan kawasan elite, kenapa dia memilih tinggal di sana?" Balasku yang malah menjadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHT IN THE DARK - JENLISA [G×G]
Fiksi PenggemarMenjadi pemimpin mungkin adalah impian semua orang, tapi hal itu membuat hidup Jennie menjadi monoton, dengan terus melakukan hal yang sama setiap harinya, CEO muda itu merasa bosan dan kesepian meski dia memiliki harta yang tak ternilai jumlahnya. ...