Bima membuka pintu Basecamp Primrose— sebuah organisasi pecinta alam yang dari awal sebenarnya hanya dipilih asal sebab program kampus yang mewajibkan mahasiswa baru paling tidak masuk dalam satu organisasi. Bima tidak banyak ekspektasi ketika kali pertama mengikuti acara perkenalan, pun dengan mahasiswa baru lainnya yang memikirkan kasur di Kos dibanding mendengarkan Andreas— ketua Primrose menyampaikan visi dan misi. Tapi berbeda dengan mahasiswa angkatannya saat itu yang memilih keluar Bima justru tertarik dengan Primrose dan segala perjalanannya.
"Anak-anak ke mana Yas?"
Bima meletakan ransel di atas meja panjang yang biasa mereka pakai untuk meeting. Matanya beralih kembali pada Andreas yang wajahnya terhalang laptop. Bima menarik salah satu kursi dan duduk di sana.
"Anak-anak?"
"Iya."
"Kaga tau. Lagi ada kelas kali." Andreas memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat Bima. "Kenapa? Lo janjian sama anak-anak?"
"Oh... enggak, mau ngasih foto-foto di Rinjani."
Andreas tidak menyahut lagi, hanya terdengar suara samar dari keyboard laptop. Bima sendiri sudah sibuk dengan ponselnya mencari tahu kabar yang lain. Hingga beberapa menit kemudian suara Andreas kembali terdengar. "Oh ya Bim. Tadi Ifa ke sini."
Mata Bima langsung teralih pada senior yang terpaut dua tahun dengannya. Alis Bima terangkat meminta penjelasan secara tidak langsung.
"Gak bilang apa-apa sih," lanjut Andreas sambil menutup laptop. Kini pandangan keduanya tidak terhalang apapun. "Cuma nyariin lo aja. Terus..."
"Terus?"
"Terus gak lama Sabrina juga ke sini."
"Sabrina?"
Andreas mengangguk. "Nyariin lo juga, gak lama sebelum Ifa. Bener-bener gak lama," tekan Andreas meyakinkan dugaannya. "Kayaknya mereka pas-pasan deh. Dia gak chat lo emang?"
Bima melirik ponselnya sejenak detik setelah itu ia menggeleng.
Entah 'dia' yang mana yang dimaksud oleh Andreas. Yang jelas ia tidak mendapat pesan apapun dari dua perempuan itu.
Bima menarik ranselnya dan detik itu juga Andreas menambahkan kalimatnya. "Oh ya Bim, gue bilang lo gak ke kampus hari ini. Lo kan gak kelas."
Lagi, informasi yang diberikan Andreas tidak merujuk ke satu nama dan Bima juga entah mengapa tidak berniat bertanya pada siapa informasi itu ditujukan.
"Kok lo tau?"
"Gak sengaja denger dari Faisal."
"Oh... oke."'
***
Ifa memasukan binder dan dua buku ke dalam totebag, perempuan berambut sebahu lebih lima centimeter itu dengan potongan berlayer sesekali tersenyum mendengarkan teman barunya. Benar-benar baru, tiga bulan lalu Ifa selesai menjalani OSPEK yang untungnya Fakultas Ifa— Ekonomi dan Bisnis tidak semengerikan Fakultas Teknik.
"Gue seriusan pengin cobain bingsoo-nya deh." Tiara masih mengernyit menatap sambil terus menggulir layar ponsel ingin menunjukan video yang terus muncul di FYP akun tiktoknya.
"Udah ketemu belum?" Gita menyahut dari kursi dekat Ifa. "Lo sama sekali gak inget nama tempatnya, Ra?"
Tiara menggeleng tanpa mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat
Teen FictionIfa ingin memperjelas hubungannya. Bima terus memperumit keadaan.