02. Arifa Dinanda

20 6 0
                                    

Dari dalam mobil Gita dan Adit memperhatikan Bima yang bertukar nomer dengan Tiara. Gita sedikit memajukan badan ke depan untuk bicara pada Adit yang duduk di kursi kemudi, tapi sebelum membuka pembicaraan Adit lebih dahulu bertanya, "itu pacarnya Ifa?"

"Bisa dibilang gitu."

Adit menatap Gita dari spion tengah. "Maksudnya?"

"Ya pacar, tapi gak dibuat official gitu loh, Dit."

Adit merespon dengan anggukan kecil tepat setelahnya Ifa tampak melambaikan tangan pada Bima dan Tiara tersenyum kikuk lalu keduanya masuk ke dalam sedan Adit. Tiara duduk di depan dan Ifa di belakang bersama Gita.

Pintu ditutup dan Tiara langsung mengungkap isi otaknya. "Cowok lo kalau ngomong emang seserem itu ya?" Badannya di putar sampai bisa melihat Ifa, sementara Adit mulai menjalankan mobilnya.

"Serem gimana sih?"

"Ya... cara dia ngeliat itu loh. Gak tau deh. Kek... apa ya?"

"Ngomong apa sih lo, Ra?" sahut Gita terkekeh.

"Serem aja gitu, apa karna rambutnya gondrong ya jadi kek abang-abang?"

Ifa mengulum senyumnya. Tidak mau tertawa juga sebab kali pertama ia bertemu dengan Bima berambut gondrong kesan yang didapat Ifa adalah abang-abang yang suka nongkrong di dekat pangkalan ojek dekat kompleks rumahnya di Jakarta. Mungkin juga karena laki-laki itu baru saja turun dari gunung jadi kulitnya menjadi agak kecokelatan.

"Sialan lo Ra, ada ceweknya ini lo kata-katain lagi."

Tiara menyengir lebar. "Sowry Fa, ya habis serem banget kalau nanya. Gak ada senyum-senyum. Kenalan dulu kek atau apa gitu."

"Emang dari dulu gitu sih, orangnya gak banyak ngomong...." Ifa menjeda sejenak kalimatnya memikirkan bagaimana kelakuan Bima semasa sekolah— bagaimana tempramennya lelaki itu. Tiga bulan di Malang dan lebih intens bertemu dengan Bima ia jadi sadar Bima yang sekarang lebih kalem atau hanya perasaan Ifa saja?

"Terus-terus? Pasti masuk cowok-cowok iconic di sekolah ya?"

Tiara masih sesekali menoleh ke belakang. Ifa mengangguk lagi-lagi mengingat teman-teman Bima lainnya, Jordan, Revan, dan Aldo. "Lumayan... gak lumayan juga. Emang rada-rada bandel aja dulu... jadi ya banyak yang kenal."

"Oh ya?"

Obrolan mereka sepanjang perjalanan seputar Bima— Ifa sendiri sebenarnya tidak begitu ingin menceritakan kisahnya tapi entah mengapa dua temannya ini sangat antusias sehingga Ifa terpaksa menceritakan garis besar hubungan di antara mereka.

Tiara langsung memotong begitu mendengar hal ganjal dari kisah Ifa. "Berarti lo jarang chat gitu selama setahun?"

"Guenya sibuk..." Mata Ifa beralih ke luar jendela. "Kak Bimanya juga sibuk."

"Lo sibuk apaan?"

"Belajar." Alasan konyol itu keluar begitu saja dari mulut Ifa dan langsung mengundang kekehan tidak percaya dari dua temannya kecuali Adit yang tidak tergabung dalam obrolan.

"Idih-idih... kayak belajar mulu lo, Fa."

Ifa terkekeh juga akhirnya. "Belajar lah, gue kan mau masuk UI!"

"Eh, tapi-tapi." Tiara sepenuhnya menolehkan badan ke belakang. "Lo gak deket sama siapa-siapa dalam setahun itu?"

"Enggak." Ifa tidak butuh waktu untuk berpikir sebab ia memang tidak pernah dekat dengan siapa-siapa selama setahun lalu, ada beberapa temannya yang mendekati tapi Ifa merespon sekenanya.

JeratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang