4

49 5 0
                                    

Miguel yang terduduk ditanah melihat kesebelahnya dimana orang- ah bukan, tapi makhluk yang berada disampingnya saat ini masih berdiri menatapnya. Sungguh, Miguel sangat takut jika berada dikondisi seperti ini.

Miguel memberanikan diri, "e- anu.."

Yang ditanya menyamaknya posisinya, "iya? Apakah ada yang ingin kau tanyakan, Mi?"

'Aduhh sumpah gue takut salah omong kalo nginget kata-kata Dika waktu itu' kebingungan dan keraguan memenuhi relung hati dan pikiran Migeul.

"Tak apa tanyakan saja, aku tak akan menyakitimu. Aku berjanji atas nama Dewaku" ujarnya meyakinkan.

'Anjiirr nih orang bisa baca pikiran gue apa ya?? Makin takut guee. Aakkhhh Dikaaaa tolong gueee' masih tak berani mengeluarkan kata-kata.

"Ehm.." dehaman yang menandakan masih menunggu respon sang lawan bicara. "Tak apa jika kau masih takut".

"Em- apa... apa cuma ada... lu disini? Maksud gue dihutan ini." Sangat ragu tapi harus.

Yang ditanya tersenyum, "tidak, ada banyak teman peri lainnya, tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan disini yang menemaniku, mereka dapat menjaga rahasia jadi kau tetap aman. Ini adalah wilayah penjagaanku."

Penyataan ini membuat Miguel bingung, 'rahasia? Aman? Maksudnya rahasia apa? Atas keberadaan gue? gitu maksudnya?'

"Maksudnya aman? Apa gue bakal kenapa-kenapa kalo gak aman?" Tanyanya lagi.

Essa mengangguk disertai senyuman, "ehm, maka dari itu aku telah menyampaikan kepada teman-temanku untuk tetap menjaga rahasia ini tapi aku tidak memberitahu teman peri ku. Aku tau kau tak kan berbuat jahat, aku sudah melihatmu sering berkunjung kesini untuk mengabadikan hal indah dan menyapa dengan lembut kepada teman-temanku".

'Asem banget dah gue kek anak indihome, bisa ngomong sama hantu' Miguel terus membatin ucapannya karena takut hal yang ia ucapkan akan mengakibatkan dirinya dalam bahaya.

Huuhhff...
Deru napas Miguel.
"Maaf nih sebelumnya, gue mau tanya nih. Ehm..."

"Iyaa?" Jawaban dengan suara yang lembut didengar.

"Euhm... gimana cari keluar dari dunia ini?" Tanyanya hati-hati.

Essa memandang keatas, "keluar yaa? Euhm... tidak tahu" jawaban yang tak diharapakan Miguel.

Miguel terlihat lesu, bagaimana bisa peri satu ini tak tahu jalan keluar dari dunianya.

'Ya Tuhan kalo gue minta buat lu bernegosiasi sama Dewa ni anak buat ngeluarin gue dari sini bisa gak sihh?' Keluh yang tak terduga.

Mereka masih terduduk dan terdiam sedari tadi dibawah pohon yang Essa jaga. Mereka tak kunjung membuka pembiacaraan, Miguel yang takut akan omongannya dan Essa yang memang tak terlalu banyak bicara.

"Aah!" Essa melonjak terkejut saat Miguel menyentuh telinganya.

"Aah maaf maaf, gue reflek tadi kerena penasaran. Maaf maaf" kata maaf serta alasan yang Miguel lontarkan dengan menggosok kedua tangannya memohon ampun.

Pemilik yang disentuh tadi hanya tertawa, "tak apa. Tapi kau jangan berani sentuh pada peri lain karena itu akan membuat mereka marah" jelasnya.

"Lalu, kenapa lu gak marah?" Tanyanya heran.

"Karena aku suka" respon disertai senyuman.

Sungguh Miguel sama sekali tak mengerti, apa sebagian peri memang seperti ini?

"Jadi misalnya gue mau tanya-tanya ke lu doang nih?" Tanyanya lagi.

"Ehm, karena aku juga tidak terlalu tahu apa yang akan para peri lakukan kalau mereka mengetahui keberadaanmu" ujarnya meyakinkan.

the Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang