5

43 4 0
                                    

Mata terbuka dan penglihatan tersamarkan. Dan ia tersadar bahwa ia masih didunia lain.

"Hai!" Sapa seseorang.

Yang disapa langsung mendudukkan dirinya.
"A- hai..! Lu mau pergi sekarang?"

"Ehem. Kau tetaplah disini sampai aku sampai rumah dan jangan bukakan pintu untuk siapapun. Kau mengerti?" Perintah Essa hanya menerima anggukan oleh Miguel.

"Aku pergi tak kan lama jadi tunggulah aku" ucap dan bergegas pergi karena ia kesiangan bangun dan tak mau dicurigai oleh yang lain.

.
.
.

Essa terbang dengan cepat ke tempat yang ia tuju. Ia dan para peri lain sudah berjanji akan bertemu.

Sesampainya dilokasi.

"Hei, sa!" Sambut si paling tua.

"Hai, kak!" Responnya saat kaki menapak ke tanah.

"Mengapa kau lama sekali hah?" Tanya Jisoo.

"Aku tidur terlalu malam jadi bangun saat matahari sudah meninggi. Omong-omong dimana Kwan? Tumben dia tak terlihat." Tanya santai sambil berjalan mendekat.

"Tumben sekali kau bangun siang. Si Kwan tadi aku suruh menyusul kerumahmu, takutnya kau mati saat terlelap" Essa yang mendengarnya langsung panik saat mendengar pernyataan Hoon.

"Hah? Yang benar saja? Aku tak melihatnya saat dijalan." Terpampang jelas raut paniknya.

"Mengapa kau seperti orang gelisah? Apakah terjadi sesuatu?" Jisoo bertanya lagi. Han yang hanya menyambut kini menatap Essa dengan lekat.

"Kakak-kakak ku sekalian. Aku pergi sebentar, ada hal yang baru aku ingat." Essa langsung berbalik dan membuka sayapnnya lalu pergi meninggalkan yang lain dengan membuat Han, Jisoo, dan Hoon saling bertatap heran.

.
.
.

Beberapa waktu yang lalu saat Essa baru saja terbang.
Ternyata Kwan kerumah Essa melalui arah yang berbeda.

Kwan memijakkan kedua kakinya pada keset yang berada tepat depan pintu.

"Sa, kau didalam?" Tanpa mengetuk lagi, Kwan langsung membuka pintu yang ternyata tak dikunci.

Hanya ada Miguel dirumah dan tentu saja Miguel sangat terkejut dengan kedatangan sosok yang tak ia kenal. Ia lupa mengunci pintu saat Essa pergi.

Lalu...

"AAAHHKK!!!!!!!" Teriakan keras itu membuat Miguel reflek mendekap mulut yang berteriak dan memojokkannya di dinding.

"Ssttttt!! Please jangan teriak, gue bakal jelasin semua tapi jangan teriak." Miguel memohon dengan wajah yang memelas ketakutan.

Kwan hanya mengangguk berulang dengan cepat.

Baiklah, saat ini Miguel melepaskan tangannya perlahan harap-harap makhluk didepannya tak berteriak tiba-tiba dan ia berjalan mundur.

"Siapa kau? Kau manusia kan? Dan mengapa kau bisa ada disini? Ini rumah sahabatku!" Benar, Kwan benar mengapa Miguel disini?

"Ok, gue jelasin-"

"Gue tu apa? Aku? Maksudnya gue itu kamu?" Belum selesai Miguel bicara Kwan langsung memotong karena beberapa kata yang ia ucapkan tak dapat Kwan mengerti, ia tahu gue adalah Miguel karena Miguel menyebut aku sambil menunjuk dirinya.

"Iya, gue itu aku. Bener aku itu manusia dan aku disini karena diajak oleh Essa karena aku terjebak didunia ini. Aku dan Essa sedang mencari cara untukku keluar dari sini." Jelas Miguel.

"Bukannya Essa tahu, kau tinggal cari Fae Cirle dipenghujung Hutan saja lalu kau dapat keluar." Jawab Kwan dengan santai.

"Eh? Essa tau?" Miguel terkejut.

"Ehem"

"Dimana it-..."

Belum sempat Miguel bertanya,

BRAKK!!

Suara pintu terbanting keras.

"Kwan!" Pekik Essa.

"Essaaa..." kwan mendekati Essa.
"Sa, mengapa kau ajak manusia ini kerumahmu? Bagaimana kalau kak Han dan kak Hoon tahu?" Kata-kata Kwan penuh kekhawatiran.

"Maka dari itu aku mengajaknya kesini agar tak ketahuan. Aku harap kau bisa jaga rahasia ini. Kau mau berjanji kan?" Pintanya.

"Sa, kau yakin?"
Essa mengangguk dengan keyakinannya.

"Baiklah, tapi terus beritahu aku, jangan sampai ini manusia macam-macam terhadapmu." Ancamnya sambil menunjuk Miguel.

Miguel hanya diam dan makin banyak hal yang ia pikirkan. Rasanya kepalanya mau pecah saja.

"Ayo kita kembali ketempat tadi, aku takut kak Han curiga. Mi, tetaplah disini sampai aku pulang dan langsung kunci pintunya." Miguel mengangguk dan mereka berlalu berlalu dari tempat Essa.

.
.
.

Selama diperjalanan ke lokasi.

"Sa, mengapa kau berbohong padanya bahwa kau tak tahu tentang jalan keluar dari sini?" Tanya Kwan yang berada dibelakang Essa.

"Tidak ada alasan" jawabnya santai.

"Kau berbohong lagi! Apa dia yang kau maksud selama ini?" Tanya Kwan lagi dan berhenti ditempat.

Essa pun berhenti saat tahu Kwan berhenti.
Kwan menatap lekat manik Essa.

"Sungguh?? Dia?" Pertanyaan yang penuh penekanan oleh Kwan. Essa hanya tersenyum dengan kedua alis terangkat namun mengalihkan penglihatannya dari Kwan.

Kwan menghelah napasnya, "apapun itu kau harus memberitahu aku, jangan sampai kak Han mengetahuinya. Mengerti?" Pernyataannya seolah lebih tua darinya.

"Hm. Yasudah aku tak ingin yang lain semakin curiga"
Mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa ada pernyataan bahkan pertanyaan lainnya.

.
.
.

Miguel bukannya merasa aman setelah mengunci pintu tapi semakin gelisah tak terkendali.
Miguel berjalan mondar-mandir sedari tadi sambil mengigit kukunya. Benar-benar gelisah.

"Gimanapun caranya gue mesti balik. Sial banget gue. Keknya gue orang tersial deh. Mana hp gak bawak lagi. Kalo gue keluar sekarang gimana ya? Gue takut banget anjing! Aahh sial!! Tapi kalo gue gak keluar dan cuma bergantung ama tu makhluk, gak keluar-keluar gueeee!!" Ocehnya.

▪︎▪︎▪︎
To be continue.

the Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang