SR-04

167 35 9
                                    

Cewek Aquarius mandiri, dan apa-apa bisa sendiri? Memang dia wonder woman? Memang dia bisa hidup sendiri? Bagaimana pun manusia itu makluk sosial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cewek Aquarius mandiri, dan apa-apa bisa sendiri? Memang dia wonder woman? Memang dia bisa hidup sendiri? Bagaimana pun manusia itu makluk sosial. Enggak butuh orang sekarang, suatu hari pasti butuh.

Kayak aku yang butuh Daud untuk mengosongkan kelas demi bisa berdua dengan Brisa. Syukurnya temanku itu cukup tanggap dengan pesan WA-ku, dan berhasil menggiring semua orang ke kantin.

"Pokoknya, kamu enggak usah khawatir. Aku enggak bakal nyerah!" Kutegaskan kembali apa yang kukatakan barusan pada Brisa yang masih menatap sengit.

"Silakan aja," dia tersenyum mengejek, "kalau ntar capek, berhenti aja. Gue bakal maklum dan enggak bakal ngetawain lo." Lalu, si mandiri itu melengos dan melewatiku begitu saja pergi keluar kelas.

Kuhela napas panjang dan berjalan ke arah jendela. Terlihat Brisa melangkah sendirian di tengah keramaian siswa-siswi yang sedang menikmati waktu istirahat, sepertinya menuju perpustakaan.

"Kaelus!" Ada yang menyolek pundakku. Dengan malas aku berbalik, dan melihat seorang siswi--yang aku yakin bukan teman sekelasku--berdiri di hadapanku dengan senyum lebar.

Atas nama kesopanan, segera kubalas senyumnya dengan senyuman juga. "Kenapa?" tanyaku saat melihat pipinya perlahan merona.

"A-aku Mia. Kelas 3 IPS 1." Dia memperkenalkan diri dan terlihat grogi.

"Oh, hai, Mia," sapaku, dan pipinya semakin merona.

"Ini!" Tiba-tiba sebatang cokelat besar disodorkan padaku. "Buat kamu! Aku dengar kamu suka cokelat!" Mia berbicara cepat sekali dengam suara gemetar.

Untuk sesaat aku menatap cokelat. "Kata siapa gue suka cokelat?" tanyaku.

"Hmm ... anu. Aku nanya ke seseorang ...."

"Jo?" tanyaku, dan dia menggeleng. "Daud?" tanyaku lagi, dan dia masih menggeleng.

Lalu, aku teringat ucapan Brisa tadi, yang mengatakan bahwa siswi-siswi itu mengganggunya hanya untuk mencari tahu tentangku. Dan seketika aku merasa kalau Mia adalah salah satu dari cewek-cewek yang mengganggu Brisa. Senyumku langsung hilang seketika, berganti dengan perasaan kesal.

"Jangan ganggu Brisa lagi!" seruku. "Gue enggak suka cokelat yang kayak gini. Murah!" Kemudian kutinggalkan Mia dan melengos keluar.

Aku keluar kelas dan celingak-celinguk mencari Jo dan Daud. Seketika cewek-cewek di sekolahan ini menjadi begitu agresif saat aku lewat di hadapan mereka. Manggil-manggil namaku, bikin-bikin tanda hati pakai tangan atau jari, dan aku enggak suka.

Aku yakin kalau mulut-mulut yang digunakan untuk memanggilku itu, mereka gunakan juga untuk mengganggu Brisa. Jari-jari lentik yang saat ini membentuk hati, pasti sering kali mereka acungkan jari tengahnya ke arah Brisa. Aku enggak tertarik.

Aku mencari ke lapangan basket, ke perpustakaan--malah di sini aku melihat Brisa yang lagi baca buku. Terpana sesaat. Cantik--, bahkan ke kantin. Sialnya ... dua bocah yang kucari tak kutemukan.

SWEET REGRETSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang