Tak!
Sekaleng cola dingin mendarat kasar di atas meja, membuat si empu mendongak dengan tatapan kesal, "Berisik, Tama!" Protes Jordan.
Tama terkekeh geli, duduk berhadapan dengan Jordan sembari melihat keadaan sekitar, "Aku mau tanya deh, kamu kenal sama Anne?"
Jordan mengambil kaleng cola di hadapannya dengan tatapan tertuju pada Tama, "Menurutmu?"
Tama berdecak pelan, "Kamu kelihatan peduli sama cewek itu."
Click!
Setelah membuka tutup kaleng, Jordan menegak colanya dan menyisakannya setengah, "Aku cuma kasihan sama dia, kelihatan resah banget."
Tama merotasikan bola matanya malas, "Bukan karena Anne cantik, jadi kamu bantu dia?"
Jordan mendengus kesal, "Kamu pikir aku mata keranjang, huh?!"
"Bukannya memang begitu, ya?"
"Brengsek!"
Tama tertawa puas mendengar umpatan Jordan, berdiri dari duduknya dan menepuk pelan bahu Jordan, "Aku pergi dulu, aku tau kamu nunggu Tuan Putri Anne, jadi aku enggak mau ganggu kalian."
Jordan mendesis tak suka, berusaha tak mencibir Tama meskipun dalam hati sudah rasakan dongkol. Sesaat setelah kepergian Tama, sosok Anne muncul dengan napas terengah-engah, "M-maaf, kamu nunggu lama?"
Kedua alis Jordan sontak menukik saat pandangannya memindai penampilan Anne, "Habis digebukin massa? Berantakan banget."
Anne menunduk sekilas untuk melihat penampilannya sendiri, kemudian kembali menatap Jordan dengan senyuman canggung, "Ah, maaf, tadi lari-larian ke sini, takut kamu nunggu lama."
Jordan merotasikan bola matanya malas, berdiri dan melenggang begitu saja, meninggalkan tanda tanya besar bagi Anne.
"Ini dia minta aku datang ke sini cuma buat ditinggal? Aku enggak disuruh duduk, ya?" Monolog Anne bertanya-tanya.
Anne merapikan anak rambutnya, kemudian melirik meja sebelahnya, "Eh? Itu soto betawi?"
"Iya, itu soto betawi, mau?"
Anne tersentak saat Jordan tiba-tiba berdiri sebelahnya dengan menyodorkan sebotol minuman elektrolit, "Aku pikir kamu udah pergi."
Tak kunjung diterima oleh Anne, Jordan memberikan minuman tersebut secara paksa dan kembali duduk ke kursi sebelumnya, "Duduk, Ne, mau berdiri terus?"
Anne terkekeh pelan, "Kamu enggak persilahkan aku buat duduk, 'kan enggak enak kalau langsung duduk." Kata Anne sembari menyandarkan punggungnya pada kursi.
Setelah Anne duduk dengan nyaman, Jordan menoleh ke stand soto betawi, "Bentar." Pamit Jordan seraya menuju stand soto.
Dahi Anne mengerut tak suka, "Suka banget hilang tanpa penjelasan." Gerutunya sembari mengawasi kemana perginya Jordan. "Ah, beli soto ternyata." Anne menopang wajahnya dengan tangan, menatap lurus bagaimana Jordan berdiri dalam antrian yang rapi.
"Ganteng banget, udah punya pacar belum, ya?" Anne menghela napas panjang, "Ganteng, tapi galak."
Masih setia mengagumi proporsi tubuh Jordan, Anne mulai melupakan dunianya dan hanyut dalam lamunannya, "Dipeluk Jordan rasanya gimana, ya?" Sedikit menelengkan kepalanya, Anne tersenyum kecil saat Jordan membalas senyuman mahasiswa lain yang menyapanya, "Jordan dibuat waktu Tuhan lagi bahagia, ya?"
Kembalinya Jordan bersama semangkuk soto membuat Anne menetralkan ekspresinya, hal yang membuat Jordan merasa aneh karena menangkap ekspresi Anne yang menurutnya aneh. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Jordan meletakkan semangkuk soto tepat dihadapan Anne, dilanjutkan dengan kembalinya ia duduk di kursi semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
MÉMOIRE
FanfictionEntah bagaimana ceritanya, entah bagaimana prosesnya, akhir-akhir ini aku menyetujui bahwa aku tak lagi mampu memberikan cintaku pada orang baru sebab cintaku habis dimasa lalu.