TOPENG HITAM #3

5 2 0
                                    

Ada sebuah skandal yang beredar di markas kepolisian. Sebuah gosip yang benar-benar terbukti kenyataannya, mungkin untuk sekarang ini. Seorang penjahat dengan tubuh yang atletis dan tinggi berada di balik permainan ini, orang yang membunuh Jimmy di Distrik F, lokasi tempat ia berpatroli. Ya, aku benar-benar percaya sekarang. Masalahnya, aku tak memiliki bukti apapun untuk menangkap mereka atau menunjukkan jejaknya kepada polisi lain atau kepada Inspektur.

***

12.15

Pemuda itu sedang tidur pulas di kursi Sofanya.

Di luar, ada seseorang yang mencoba masuk ke dalam rumah tersebut. Ia mendongkel pintu dengan mudahnya menggunakan sebuah alat tertentu. Pria itu masuk, berjalan secara perlahan dengan tenang menuju ruang tamu, dan ia mendapati pemuda itu tengah tertidur.

Secara perlahan ia dekati tubuhnya. Kemudian pria itu mengangkat tangan dan mencengkram leher pemuda itu.

Alex terbangun secara mendadak, tangannya mencengkram tangan pria tersebut, ia meronta dan berbalik ke arah kiri menjatuhkan dirinya ke arah pria itu, namun dengan sigap kakinya menahan badannya. Tangan kanan pemuda tersebut dihantamkan ke arah kemaluan pria itu secara spontan. Sementara tangan kirinya mencengkram jempol tangan kanan pria itu, lalu memelintirnya ke arah kiri.

Alex menundukkan kepalanya ke arah kanan sambil memutarnya melewati tangan kiri yang masih mencengkram lehernya, dengan sedikit usaha yang keras, cengkraman tersebut berhasil terlepas. Ia menerjang pria yang menyerangnya, namun pria itu bisa menahan tubuh Alex. Dibantingkannya tubuh Alex ke arah kanan hingga ia terjatuh, saking kuatnya tenaga pria itu.

Alex berdiri kembali, menatap pria itu dengan sikap tubuh yang waspada.

Topeng hitam itu, kali ini berada di hadapannya dan coba untuk membunuhnya. Ia berhasil menemukan rumahnya, dan sekarang mereka tengah berhadapan. Alex mundur perlahan dengan sangat hati-hati, sementara pria itu terlihat siap untuk menyerang kembali. Dalam dua langkah, pria dengan topeng hitam itu menerjang tubuh Alex.

Alex berhasil menghindar dan berlari ke arah dapur secepat mungkin, ia mencari sebuah pisau, lalu menggenggamnya. Tanpa basa-basi, Alex coba menghujam pria itu, dan sayangnya percobaan tersebut gagal dikarenakan kesigapan lawannya.

Pria itu menangkap tangan Alex, merebut pisaunya dengan mudah, dan balas menghujam ke arah pemuda itu. Pisau tersebut tertancap di bahu kirinya. Tangan kiri pria itu sekarang mencekik leher Alex, dan membanting tubuhnya ke bawah lalu disusul dengan tinjuan dari tangan kanan pria itu ke arah wajah Alex.

Pemuda itu tak sadarkan diri.

***

"Tampaknya kau sudah sadar," ucap suara yang terdengar tak asing, "aku minta maaf jika aku harus melakukan ini padamu, Nak."

"Kau?! Kenapa... Tapi... Ini tidak mungkin!?" gagap Alex.

"Kau sudah melihat wajahku sekarang, apalagi yang tidak mungkin!"

"Jadi benar soal gosip itu? Organisasi ilegal dan penjahat bertopeng? Apakah kau adalah pembunuh yang menjadi mitos itu?" tanya Alex, masih dalam keadaan tak percaya.

"Menurutmu?"

"Tapi kenapa? Dan kau membunuh pembimbingku?"

"Ah! Pria gendut itu. Dia hanyalah pria bodoh yang mengedepankan kesenangan semata. Dia sembrono, dan sudah sepantasnya dia mati."

"Lalu, mengapa kau mencoba menembakku di malam pertama tugasku?"

"Itu salah satu kesembronoan pria gendut itu. Ia mengajak anak baru sepertimu untuk berada di dekat wilayah kami. Kami hanya khawatir jika anggota kami terbongkar identitasnya."

"Tapi, mengapa kau tidak membunuhku waktu itu, dan membiarkanku tetap hidup?"

"Kau masih muda, dan aku berharap kau bisa berkarir lebih lama. Syaratnya adalah, kau tidak pernah mengetahui identitas kami. Sayangnya keadaan sekarang ini sudah berbeda, sudah banyak persaingan. Kami dikhianati, dan munculah desas-desus tentang kabar organisasi ilegal. Dan orang yang mengkhianati kami adalah atasan kami sendiri. Kami juga sangat yakin, bahwa sebentar lagi kamipun akan disingkirkan.

"Yah, padahal kami telah melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Dari membunuh lawan bisnisnya, hingga menutupi penggelapan dana. Semua kami kerjakan dan kami kaya karena hal tersebut," ucap pria itu dengan sedikit kebanggaan.

Alex Hanya mendengarkannya dengan rasa tak percaya. Tubuhnya dalam keadaan terikat di kursi. Ia meringis kesakitan dengan darah yang mengalir dari hidungnya, dan juga bahu kirinya.

"Mengapa polisi seperti kalian mau melakukan hal buruk seperti ini?" tanya Alex.

"Hal buruk!? Apa kau pikir Hanya dengan menjadi polisi kita dapat hidup tenang? Dapat menjadi kaya, eh!? Omong kosong, Nak!"

"Tapi ini melanggar aturan. Tidak seharusnya kita melakukan hal ini!"

"Tahu apa kau terhadap dunia ini!? Hidup ini keras, bung! Polisi seperti kami akan selalu menghadapi bahaya di luar sana. Menghadapi kebencian dan balas dendam dari musuh kami. Sewaktu-waktu, kami bisa saja dibunuh oleh para gangster atau orang-orang yang memiliki kepentingannya sendiri dalam dunia ini.

"Jika kami berlagak hebat, maka kami akan dilenyapkan. Lalu aku berpikir untuk menjadi selicik rubah, memanfaatkan kekayaan mereka dengan cara bekerja sama dengan para mafia itu. Kami membentuk organisasi bawah tanah kami sendiri, bertahun-tahun lamanya," ucap pria itu dengan penuh emosi.

Lalu pria itu mengambil sebuah senjata api dari balik mantel panjangnya, sambil memasangkan peredam suaranya. Memeriksa peluru, menarik pelatuk senjata tersebut dan menodongkannya ke arah kepala pemuda itu. Lalu berkata.

"Alex! Sebenarnya ini hanyalah masalah sepele, tidak ada kebencian di antara kita. Aku hanya bertugas melindungi organisasi yang telah kubentuk sejak lama, dan kami kaya karenanya. Setelah aku melenyapkanmu, maka aku akan berurusan dengan para pengkhianat itu. Kau tidak perlu takut begitu, Nak, aku berjanji akan melakukan upacara kehormatan saat kematianmu nanti.

"Ya! Aku juga akan memberikanmu penghargaan dan kenaikan pangkat untukmu. Kau akan dikenang sebagai anggota muda yang gugur. Di dunia ini, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Jangan berpikir bahwa pekerjaan menjadi polisi seperti ini tidak memiliki aibnya. Kau tidak bisa menjadi Superman, Alex, kita hanya hidup untuk kepentingan kita sendiri."

Wajah Alex memucat. Nyawanya di ujung tanduk, selangkah lagi dia akan benar-benar menuju kematian. Dia tidak mampu berkata apa-apa lagi sekarang. Lalu dia menangis.

"Jangan menangis, nak. Manusia yang masih hidup tidak akan menangisi yang mati sepanjang hari. Berbahagialah di sana, karena sebentar lagi kau tidak akan pernah lagi menghadapi kerasnya dunia. Sungguh, aku iri padamu!"

Dalam hitungan ke tiga, pria itu menembak kepala pemuda itu.

Lalu semuanya berakhir

Dan berakhir pada kegelapan. Sementara pria dengan topeng hitam itu harus kembali dan membereskan kekacauannya.

KUMPULAN CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang