"Lo'ak anjing!"
"Gue diem doang?!" Lo'ak kaget lah tiba-tiba diteriakin Kiri, padahal daritadi cuma duduk sambil ngasah pisau.
Cewek biru rambut pendek itu dateng ke hadapan Lo'ak, pengin banget narik rambut Lo'ak apalagi dua buah kepang yang ada di depan mukanya itu. Kiri udah bolak-balik nanya kenapa ga sekalian dikebelakangin, tapi Lo'ak jawab Bro this is a style.
Style kepala lu biru.
"Tai lo," umpat Kiri.
"Kenapa sih jancok?" bales Lo'ak, daritadi dikatain mulu tanpa bilang apa-apa ya dia bingung lah.
Neteyam yang ga jauh dari sana dan denger kayak, capek banget adek siapa sih ini.
Neteyam did swear too, sometimes, but not as much as Lo'ak and Kiri. Mereka berdua mah formatnya SPOK + anjir kalau ngomong, kadang pake kata kasar lain juga. Sehari ga manggil anjing satu sama lain serasa Pegunungan Hallelujah bakal runtuh.
"Kak, jancho' itu apa?" tanya Tuk di sebelah Neteyam. Yang lebih tua kaget sama pertanyaannya, nutupin telinga Tuk pake kedua tangannya.
"Gausah di dengerin," kata Neteyam.
Telat, udah denger.
Tuk cemberut, dia kan pengin belajar juga! Nanti tanya Ayah aja, pikirnya. Sementara Neteyam bilang lagi, "Tuk, kamu main sendiri dulu ya."
Si bungsu ngangguk terus lanjut main sama mainannya. Neteyam bangun dari duduk, nyamperin dua bocah yang masih adu bacot itu.
"Lo'ak! Kiri!" panggilnya. Neteyam jarang marah, tapi kali ini tone bicaranya galak. "Kenapa sih ribut lagi?" lanjutnya, suaranya lebih halus.
Lo'ak nunjuk Kiri, "Kali ini dia duluan anjir! Sumpah, gue daritadi duduk Kak," katanya.
Kiri gak terima, "Itu juga gara-gara lo, anjir!"
Tuh kan, SPOK + anjir.
"Diem," potong Neteyam. Dia duduk sambil narik tangan Kiri yang daritadi berdiri biar duduk juga. Lo'ak ngalihin pandangan, ga bisa liat mata Neteyam kalau lagi serius. He a way too much looks like their father when he's mad.
"Kenapa?" Suara Neteyam lagi, kali ini jauh lebih kalem. "Ngomong pelan-pelan kan bisa."
Kiri menghela napas. "Lo'ak, Kak."
"Kok–" Lo'ak udah siap mau protes lagi tapi berhenti ketika Neteyam ngangkat tangannya, megang bahunya pelan ngisyaratin buat diem.
"Ngapain dia?" tanya Neteyam lagi.
"Tanaman hias gue dirusakkin sama Lo'ak. Pas gue pulang tadi tau-tau potnya udah pecah dan tanamannya udah layu," jelas Kiri, Lo'ak natap sinis.
Neteyam nengok ke Lo'ak. "Bener lo?" tanya Neteyam.
"Gua gak sengaja anjir."
"Ya tapi lo ngaku kan kalau itu lo?" potong Kiri.
"Lo naruh potnya di tengah jalan ya ketendang lah?" bela Lo'ak.
"Gue gak naruh di tengah jalan, pasti lo yang ceroboh dan gak liat-liat."
"Tumbuhan kek gitu di hutan banyak tinggal cari aja lagi apa susahnya."
"Kalau Slamet gue bunuh terus gue bilang cari aja lagi lo bakal marah gak?"
"Ya marah lah! Slamet masa lo samain sama tanaman."
"Tanaman gue juga berharga!"
Neteyam mengernyit. "Slamet?" tanya dia bingung.
"Ikran dia dia namain Slamet, Kak. Emang bocah tolol," kata Kiri.
Sejujurnya Neteyam mau ketawa, heran juga sama Lo'ak, tapi situasinya gak tepat.
"Suka-suka gue lah."
"Cukup!" potong Neteyam lagi. Dua-duanya kaget dan langsung diem karena Neteyam tiba-tiba bentak, Tuk aja kaget dikit.
"Lo berdua ga harus berantem kek gini," kata Neteyam lagi. "Dikit-dikit ribut, dikit-dikit tengkar, lo berdua mungkin ga capek tapi yang ngeliat yang capek."
Lo'ak sama Kiri sama-sama nunduk, kalau Neteyam udah ceramah gini artinya emang udah kelewatan. "Beruntung gue yang misahin, kalau misal Ayah yang liat kalian berantem gara-gara hal sepele gini apa gak digantung di pohon lo berdua," jelasnya lagi.
Yang dinasehatin cuma diem, Lo'ak ngeliat Neteyam bentar terus nunduk lagi.
"Apologize," kata Neteyam ke Lo'ak.
Lo'ak menghela napas kesel, terus julurin tangannya ke Kiri. "Maaf."
Kiri ngebales. "Ya."
Neteyam megang kepala Lo'ak sama Kiri barengan. "Nah. Gitu dong," katanya. Sebagai Kakak tertua emang tugasnya nengahin adek-adeknya yang bikin ulah.
Gak lama, Jake masuk ke ruangan, kayanya baru beres berburu. Dia naruh panah dan anak panahnya ke keranjang.
"Ayah!" kata Tuk bersemangat, lari ke arah Jake.
"Oh, Tuk," kata Jake, dia bawa Tuk ke gendongannya.
Kemudian Jake sadar tiga anaknya yang lain, Neteyam, Kiri, sama Lo'ak duduk barengan. Pemandangan yang jarang.
"Habis ada apa nih?" tanya Jake ngehampirin mereka bertiga.
Neteyam yang pertama bicara. "Ga ada apa-apa kok, Yah. Udah selesai," katanya.
"Beneran?"
Semuanya ngangguk. Baru aja Kiri mau bangun dan pergi, Tuk nyerocos. "Yah, mau tanya."
"Apa, sayang?"
"Janchok itu apa? Tadi aku denger Kak Lo'ak bilang itu ke Kak Kiri."
Lo'ak langsung melotot, Jake juga kaget. Kiri berusaha untuk ga ketawa.
Sementara Neteyam, alah habis ini pasti gue lagi yang kena, bangsat, umpatnya dalam hati.
°°°
cover by @skatehoon!
disclaimer: pure fiction, family relationship, fluff, angst, this work does contain love story, neteyam x oc, lo'ak x tsireya, harshwords and cursing everywhere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keeping Up With The Sullys
Fanfiction"Sullys stick together." That's our greatest weakness but also our greatest strength. written in bahasa indonesia, 2023.