1. Warung Mak Sri

30 26 24
                                    

Di siang buta ini Gia pergi ke Warung Mak Sri, tampilannya sederhana dan enggak neko-neko, T-shirt polos army dipadu dengan celana training bekas seragam olahraga SMP, jangan lupakan sandal jepit biru kesukannya.

Gia menghembuskan nafas samar saat ia telah tiba di Warung Mak Sri. Sempat sebelum keluar rumah ia cek-cok dengan Ibunya masalah anak Bapak Jamaludin yang berakhir dengan Gia yang mengalah.

Tujuannya pergi ke sini adalah untuk mencari ketenangan. Namun hari ini mungkin bukan hari keberuntungannya, Warung Mak Sri tidak hening seperti biasanya.

Ia berjalan menuju meja Mak Sri lalu mengambil beberapa potong bakwan dan pisang goreng ditambah dengan cabai hijau dan saus petis di dalam mangkuk.

Gia menoleh, mencari bangku yang kosong. Ah, bangku di dekat jalan setapak itu kosong. Ia menaruh makanannya di atas meja, lalu mengangkat kaki agar ia bisa bersila di atas kursi.

Gia menyandarkan punggungnya pada kursi kayu panjang yang ia tempati. Banyak orang yang berbicara dengan volume di atas rata-rata, apalagi saat mereka tertawa kencang, mungkin kaca etalase Mak Sri sampai bergetar. Salah satunya sekumpulan geng di pojok saluran air, entah apa yang dibahas sampai-sampai mereka tertawa keras. Gia sedikit merasa kasihan pada pemuda di depan temannya yang tertawa lebar dengan mulut yang masih mengunyah pisang goreng, pasti terkena siraman rohani, bonus ampas dikit.

Atensi Gia beralih pada pemuda yang sedang menggeber motornya di depan warung Mak Sri, mungkin dia salah satu dari geng di pojok, Gia tahu dari jaketnya.

Berisik!

Gia geleng-geleng, biasanya orang kalau udah sampek tujuan bakal langsung nurunin standar dan ngunci stang, yang ini tadi agak lain, malah digeber-geber ala abang-abang bengkel dulu di depan warung.

Bodoamat, Gia menggigit sepotong besar pisang goreng yang sudah ia colek ke saus petis. Sebagian orang mungkin mengira Gia abnormal karena makan pisang goreng pakai petis, tapi percayalah itu perpaduan yang enak sekali.

Gia hampir tersedak ketika matanya menatap ke depan, tepatnya pada belakang punggung pemuda yang habis geber motor. Di sana terdapat cewek dengan aksesoris serba merah. Bukan merah, tepatnya pink fanta kalau kata orang-orang. Gia mengira kalau dia ceweknya pemuda yang habis geber motor.

Aksesoris zaman apa itu? Gia tertawa geli saat memikirkan aksesoris yang melekat pada cewek mungil itu, sekarang dia berdiri di depan cowoknya biar helmnya dilepasin.

Mereka berjalan beriringan menuju meja Mak Sri. Gia kaget saat cewek mungil itu berhenti lalu menoleh ke arahnya. Dia mengacungkan jari tengah kepadanya. Gia enggak mau kalah, Tangan kirinya mengangkat gelas teh sedangkan tangan kanannya mengangkat sepotong bakwan dengan masing-masing jari tengah terangkat. Lalu tak lama Gia menggigit bakwan dengan brutal.

Cewek mungil tadi melengos, fokusnya teralih pada cowoknya. Sekarang ganti Gia yang melengos karena pemandangan di depan sana amat-sangat-buruk untuknya, cewek itu gelendotan minta dibelikan soda gembira. Ckckck tak patut tak patut.

Samar-samar Gia mendengar percakapan mereka.

"Soda ya, pliss" si cewek berkata dengan nada manja yang mana membuat Gia ingin muntah.

"Enggak."

"Plisss"

Gia jengah ketika cewek mungil itu menunjukkan 'puppy eyes' ke arah cowoknya.

"Tetep enggak, soda enggak sehat Sayang, percaya sama aku deh."

Cewek itu tak lagi gelendotan, ia melepas tangannya dan memasang wajah kecut.

"Percaya sama kamu mah hukumnya musyrik,"

Tak lama setelah itu ada Abang-abang yang Gia perkirakan umurnya enggak jauh dari si tukang geber motor, kulit seputih susu dan wajah khas koko-koko toko emas. Dia mengambil dompetnya, mengintip isinya sebentar lalu menoleh pada Mak Sri di depannya.

"Mak, bisa bayar pakek ATM gak?" Ucapnya sambil menyentuh satu persatu tempat kartunya.

"Yo ndak iso to le.. le.. iki warung duduk mol." setelah Mak Sri berkata demikian, ia mengambil beberapa lembar uang merah yang langsung ia sodorkan pada Mak Sri.

"Ini, gorengannya temen-temen sama pesen soda gembira satu, enggak usah kembalian".

Mak Sri menerima uang sambil melengos, mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Tak lama cewek yang tadi berteriak heboh.

"IHHHH MAS E BUAIK BANGET DEHHH nggak kayak my honey bunny kampret, buat aku kan? Iya kan?"

Lagi-lagi Gia melengos. Tak mau lagi melihat jalan hidup orang lain. Ia menyesap tehnya sedikit. Secara tidak sengaja, ia bertatapan dengan salah satu mas-mas dari geng di pojok sana. Gia hampir lupa caranya menelan teh. Betapa kagetnya ia melihat indahnya ciptaan Tuhan, masnya jauh dari kata jelek ALIAS BUSET GANTENG BANGETTTT.

Gia segera membuang pandangan ke arah jalan raya, ia taruh tehnya dan tangan kanannya meraba piring plastik di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gia segera membuang pandangan ke arah jalan raya, ia taruh tehnya dan tangan kanannya meraba piring plastik di meja. Gobloknya, ia enggak sadar kalau gorengannya habis. Pelan-pelan Gia memberanikan diri untuk menoleh ke arah depan di mana tadi ia melihat indahnya ciptaan tuhan, ia berharap masnya enggak lihat apa yang barusan ia lakukan, dan...

ASKASKAKSKASK MASNYA MASIH NGELIATIN.

Gia salah tingkah, ia kembali mengambil gelas teh dan menyesapnya sampai habis. Setelah dirasa mejanya sudah bersih dan tak ada yang tertinggal, ia melangkahkan kakinya ke arah meja Mak Sri, membayar beberapa nominal sesuai pesanannya.

"Berapa Mak?" Jari jari Mak Sri menunjukkan angka sepuluh. Beliau nggak bilang apa-apa, wajahnya jutek.

Gia mengambil uang lima ribuan disusul dengan dua lembar dua ribuan dan satu koin angklung.

Selepasnya ia beranjak hendak meninggalkan warung. Namun kaget saat lengannya dicekal oleh seseorang. Gia menoleh pada oknum yang mencekal tangannya.

YA TUHANN. Mas ganteng yang tadi ternyata. Gia ketar ketir takutnya disuruh mempertanggungjawabkan jari tengah yang diacungkan nya tadi.

Masnya membalik tangan Gia, menaruh satu biji pisang goreng di telapak tangan Gia. Dapat Gia rasakan, tangannya halus, enggak kasar kayak tangan Gia yang sering ngucek pakai sabun colek.

"Makan yang banyak".

_________

Haii~
Ini murni ide yang keluar dari kepala saya pas gabut.
Semoga kalian suka.
Have a nice day!

18/02/23

-Lin

One of Nine | NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang