Ada malam yang begitu berkesan, ketika bintang sedang berkilau-kilau menghiasi angkasa, angin malam meliuk nakal kesana kemari, dan banyak lelap yang sibuk dengan mimpi.
Nadi, pria asal Bali berumur muda itu sedang bersiap-siap untuk tidur. Tugas dari dosennya baru selesai di pukul dua belas malam ini. Namun meskipun sudah lelah dan mengantuk, Nadi masih menyempatkan diri untuk turun ke lantai bawah rumahnya mengambil sebuah earphone yang dia lupakan di ruang tamu.
Belum sempat tangannya meraih benda biru itu, ada suara ketukan malu-malu dari luar, berhubungan Nadi dekat dengan pintu, dia dengan cepat langsung membukakan pintu untuk tamu tak terduga di tengah malam yang langsung memeluknya dengan linangan air mata.
"Nadi ..., tolong..." lirih perempuan dalam pelukannya sembari terus menangis.
Nadi tentu saja kaget, sang kekasih yang menghilang berbulan-bulan bahkan sampai Nadi kira sudah melupakan kehadirannya, setahun bukanlah waktu yang singkat bagi sepasang kekasih untuk tidak bertemu.
Nadi perlahan-lahan mulai merasakan keanehan, seperti ada yang bergerak-gerak di dadanya, dia segera melerai pelukan mereka dan semakin membulatkan mata ketika baru menyadari sesuatu.
Arimbi yang pernah menghilang dari hidupnya kini muncul kembali dengan penampilan acak-acakan, yang membuatnya benar-benar kebingungan adalah seorang bayi mungil yang berada di gendongan gadis itu.
"Bi, tolong jelaskan semuanya."
Setelah Nadi mengucapkannya, tangis Arimbi benar-benar pecah, perempuan asal solo itu seperti kehilangan seluruh dunianya, seolah-olah hidupnya baru saja porak-poranda.
Dia jatuh terduduk di lantai, masih dengan menggendong seorang bayi di tangannya dengan erat. Arimbi benar-benar terlihat kacau, bahkan Nadi begitu berhati-hati hanya untuk memegang bahu kurus perempuan itu.
Ruang tamu yang sunyi menjadi saksi, tangis pilu, suara yang bergetar, cerita menyakitkan, dan berbagai hal-hal menyedihkan lainnya yang terjadi.
Penjelasan dari Arimbi benar-benar membuat Nadi terdiam, ini benar-benar di luar pikirannya.
Arimbi adalah kekasihnya, namun bagaimana bisa wanita itu tidur dengan lelaki lain? Bahkan Arimbi sampai menghilang selama setahun untuk menyembunyikan kehamilannya. Jadi ini alasannya?
Sekarang, wanita yang jauh lebih kurus dari tahun lalu itu berusaha untuk bersujud di kakinya. Nadi menahan bahu Arimbi untuk membungkuk.
"Nadi, tolong aku, tolong rawat anak aku, Na. Hanya kamu yang bisa aku mintai tolong. Nathan melarikan diri, dan keluarga aku ngebuang aku, umurku udah nggak lama lagi. Aku mohon, hanya kamu harapan aku satu-satunya, Nadi..." Arimbi tampak tak berdaya.
Nadi mengerutkan keningnya. "Maksudmu apa, Bi? Umurmu nggak lama lagi? Jangan ngomong yang nggak-nggak."
Arimbi menunduk jenuh, dia lupa menjelas satu hal lagi. "Nadi ingat kan dulu ayah meninggal gara-gara apa?"
Nadi langsung terbelalak, dia menggeleng ribut. "Nggak mungkin, Bi. Kamu nggak sakit, 'kan? Arimbiku perempuan kuat."
Arimbi semakin menangis tersedu, bagaimana bisa Nadi masih mengatakan 'Arimbiku' ketika dia sudah berkhianat.
Sedangkan Nadi sekarang benar-benar dibuat kalut. Dia ingat betul ketika ayah Arimbi dikatakan wafat karena penyakit ALS yang begitu mematikan. Nadi takut pikirannya benar, bagaimana jika Arimbi ikut pergi? ALS itu penyakit parah yang belum bisa di sembuhkan.
"Tidak, Nadi. Aku sakit, semuanya baru kebongkar pas aku koma sehabis melahirkan. Kata dokter, penyakit ALS punya ayah nurun ke aku. Aku akan mati, jadi aku mohon..."
Nadi menggeleng lagi. "Aku bisa membiayai pengobatan kamu, Arimbi."
"Itu sia-sia, penyakit aku benar-benar udah parah. Kalaupun aku menjalani pengobatan maka kemungkinan besar aku bakal hidup dengan kecacatan yang menyusahkan semua orang. Yang aku pikirkan sekarang hanya hidup anak aku Na, aku udah kotor, aku perempuan yang buruk, tapi dia nggak, sayang. Dia sempurna, dia hanya butuh seseorang yang---"
Nadi memeluk tubuh gadis itu erat, dia tak kuasa. Ini semua membuat perasaannya campur aduk. Dia bisa saja marah dan menyuruh Arimbi untuk pergi, bukankah hatinya pecah karna perempuan ini? Bukankah pikirannya urak-urakan karna Arimbi? dia berhak membenci Arimbi, tapi rasa cintanya lebih menguasainya sekarang.
"Na, tolong..."
Nadi mengelus lembut rambut Arimbi. "Iya, Bi. Iya. Aku akan jaga dia, aku janji."
"Kalau setelah ini aku mati, dan dia udah tumbuh besar terus mau tau makamku di mana. Jangan di kasih tau dulu ya? Aku malu, aku malu dengan diriku sendiri." Seperti untaian kalimat-kalimat perpisahan, Arimbi mengeluarkan semua pesan untuk Nadi, dan anaknya.
Pagi itu adalah pagi terakhir dimana sosok Arimbi tersenyum lembut kearahnya, senyum yang memberinya rasa cinta, dan Nadi semakin rindu.
Ada rasa tidak rela ketika dia sadar Arimbi semakin menjauh, bayi mungil di gendongannya juga ikut menangis keras, Nadi berteriak, dia memanggil siapa saja.
Tangisnya semakin pecah melihat tubuh Arimbi di bopong oleh para pekerja di rumahnya, bayi itu kini berpindah gendong kepadanya, menangis, menjerit, seolah paham bahwa ibunya sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Di Ujung Hari
General FictionSeorang ibu atau ayah akan berbuat apapun agar anak mereka mendapatkan yang terbaik. Begitupun dengan Nadi, dia rela melakukan apa saja agar Rasi bahagia hidup dengannya. "Tapi Nadi, dia bukan anakmu." Namun, siapa yang peduli? Meskipun sudah berkal...