"Aku ingin mengakhiri perjodohan ini!" ucapnya datar.Membuat gerakan memotong wagyu steak dengan tingkat kematangan medium reer wanita di depannya terhenti, sontak dia memandang wajah kaku pria yang resmi bertunangan dengannya satu bulan lalu itu tak mengerti. "Pardon me?"
"It's getting over, aku tidak pernah mencintaimu."
"A-apa?"
Dengan ketenangannya ia menyesap wine putih bening, yang datang bersama hidangan mahal yang sama tanpa ia sentuh sejak makan malam mereka di mulai. "Aku sudah memikirkannya, aku tidak ingin menikahimu."
Pisau dan garpu yang dipegang oleh tangan lentik putih tadi terbanting ke arah piring, si wanita seketika melupakan manner table yang sudah ia pelajari sejak kecil karena terlalu terkejut dengan keputusan calon suaminya. "Apa aku membuat kesalahan?"
Yang ditanyai menggeleng, "Bukan kau, tapi aku."
Dia tahu ini menyakitkan, tapi ini akan lebih merusak jika tidak ia hentikan sekarang. Cukup gadis dalam kenangannya saja yang sudah ia hancurkan, dan kali ini dia ingin benar-benar berubah menjadi lebih baik untuk menebus semua kesalahannya di masa lalu. Pria itu memeriksa rolex di pergelangan kirinya, lalu kembali menatap wanita pirang yang wajahnya kini memerah menahan tangis.
"Lalu mengapa kau menerima keputusan orangtua kita?kupikir kau-"
"Aku mencintai wanita lain."
Satu kalimat itu membuat Roseanne Park bungkam, dia menelisik jelaga hitam milik calon mantan tunangannya teliti dan tidak menemukan kebohongan di sana. "Apa dia lebih baik dariku?"
Pertanyaan itu membuatnya memalingkan muka, memandang jauh pada jendela besar yang menembus pemandangan hujan dan jalan raya yang ramai malam hari ini. "Aku tidak ingin kau kecewa mendengar jawabanku."
"Sejak kapan?" Rose menelan ludahnya, dia menatap isi piringnya hampa. "Apa sejak kita bertemu di New York?"
"Jauh lebih lama." lirihnya.
Persiapan pernikahan, tempat tinggal mereka yang baru sudah disiapkan. Namun, Rose harus menelan pil yang begitu pahit ketika mendengar kejujuran dari pria di hadapannya. Pria yang ia temui satu tahun lalu dalam perjalanan bisnis pertamanya bersama sang ayah ke New York. Dia adalah anak salah satu kolega dekat keluarganya, membuat perjodohan ini terjadi karena menilai mereka memiliki banyak kesamaan dan kecocokan.
Kekayaan, reputasi, popularitas, bahkan latar belakang yang serupa.
Mereka bilang, ini akan jadi the royal wedding kalangan pengusaha Korea. Impian-impian itu membuat Rose terbuai hingga tidak menyadari jika tatapan dingin, sikap juga interaksi yang kaku dibuat oleh pria itu sebagai batasan. Rose pikir, kelak semua akan berubah seiring berjalannya waktu dan perubahan status mereka. Namun, ia salah sehingga sekuat mungkin harus menahan airmata untuk tidak jatuh.
"Baiklah."
Pria itu mengangguk, lalu berdiri untuk meninggalkannya tanpa mengatakan apapun lagi.
"Jungkook!"
Langkahnya terhenti, untuk mendengarkan apa yang akan Rose katakan.
"Apa kau akan bersamanya?"
Tidak ada jawaban yang Rose dapatkan, membuat dia berani menoleh dengan airmata yang turun bebas melihat punggung pemuda bermantel hitam itu menuju pintu keluar restoran, dan menerobos hujan di luar sana.
.
.
.
Jeon Jungkook, mengabaikan sekitarnya yang terlihat ramai menghindari hujan, meninggalkan mobilnya yang terparkir dengan penuh keputus asaan saat dia memilih berjalan menapaki trotoar dengan langkah yang entah akan membawanya ke tempat yang sama. Dia sekilas terlihat lega, namun juga gelisah ketika mendongkak menatap langit malam kelabu dengan airnya yang semakin deras jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome [LIZKOOK](21+)√
FanfictionSeharusnya aku membenci orang itu! Seharusnya aku mengutuk apa yang telah dia perbuat padaku! Seharusnya aku melupakan setiap sentuhannya pada tubuhku! Tapi kenapa? kenapa di saat aku berusaha keras untuk mulai menata hidupku kembali justru aku ter...