Kelopak mata Lisa bergerak gelisah, kala sinar matahari menyapu wajahnya. Rasa kantuk, lelah, juga bingung tercetak jelas pada mimik wajahnya yang layu pagi ini. Jam berapa sekarang? Di mana dia? Punggung telanjang siapa yang dia lihat? Seketika ingatannya berputar pada kejadian semalam, di mana dia datang ke apartemen Jungkook dan berakhir pada ranjang pria itu.
Lisa berusaha bangkit, tapi alat vitalnya sakit luar biasa setiap dia membuat gerakan. Ingatan Lisa mulai terkumpul, ia kecewa karena mahkotanya sebagai perempuan harus terenggut dengan cara seperti itu dan oleh lelaki macam Jungkook. Dia sudah ternoda, lebih menjijikan dibanding seorang pelacur sedikitpun. Hanya karena satu juta won, ia merelakan sesuatu yang seharusnya mampu ia jaga.
Memang, pada jaman ini banyak wanita ataupun pria menganggap jika kesucian tak lagi penting. Tapi, bagi Lisa, dia bermimpi jika bisa memadu kasih kelak bersama orang yang benar-benar dia inginkan. Memberi hal yang berharga hanya untuk pria tersebut lalu menggapai nirwana dengan penuh cinta. Bukan paksaan, tekanan, jeritan, atau tangisan.
Nasibnya memang sangat tidak beruntung, kenapa kedua orangtuanya harus mati sejak Lisa kecil!? Andaikan mereka masih hidup, mungkin dia dan neneknya tidak perlu susah payah untuk bertahan seperti ini. Lisa dengar dari sang nenek, ayahnya adalah salah seorang manager Bank swasta, dengan posisi pekerjaan seperti itu dia dapat dengan mudah melindungi Lisa.
Setidaknya, Lisa bisa meminta untuk dipindahkan dari sekolahnya sekarang tanpa memikirkan biaya atau kendala-kendala batasan karena ketidakmampuan Lisa secara finansial. Atau, bolehkah sekarang Lisa mengeluh pada Tuhan? Seumur hidup, dia sudah kenyang oleh hinaan juga ejekan. Tapi dosa Lisa, sehingga ia harus mengalami hal seperti ini?
Bukankah dia selalu menuruti perkataan neneknya? Bukankah dia juga rutin berdoa di Gereja? Bukankah dia tidak pernah melanggar norma-norma yang ada? Lantas, mengapa harus Lisa? Mengapa ia terlahir dari keluarga miskin? Kenapa tuhan tidak menguji anak-anak yang menyakitinya?
Seperti Jimin,
Seperti Wonyoung?
Atau seperti Jungkook?
Amarah itu meledak-ledak dalam hati Lisa, namun yang dia lakukan hanya terdiam memandang bercak merah pada sprai Jungkook yang tidak jauh dari paha kirinya. Nasi sudah menjadi bubur, dan Lisa harap ini adalah bayaran agar pria itu tidak lagi mengganggunya di masa depan.
Lisa menyeret tubuhnya pelan, rasa linu bercampur perih membuatnya meringis sehingga dia harus terjatuh dari atas ranjang untuk memunguti pakaiannya yang masih tergeletak, di tempat yang sama seperti semalam. Suara gaduh yang Lisa buat, sama sekali tidak mengusik damainya tidur si Jeon. Bahkan setelah menghancurkan hidup Lisa, Jungkook masih bisa tidur senyenyak itu?
Untuk apa Lisa pertanyakan hal tersebut? Jika saja ada sedikit nurani dalam diri pria itu maka Lisa tidak akan berakhir seperti ini. Rasanya, tamparan, pukulan atau tendangan jauh lebih baik dia terima di tubuhnya dibanding menjadi pemuas nafsu bejat seorang Jeon Jungkook. Lisa sangat membencinya, Lisa berharap hanya ada satu orang yang memiliki sifat seperti itu di dunia ini, dan cukup hanya Jungkook saja.
Juga, cukup Lisa saja yang mengalami hal keji ini.
Dengan gerakan pelan, Lisa berhasil memakai pakaiannya satu-persatu. Syukurlah uang satu juta won itu masih aman dalam kantung jaketnya, sehingga ia bisa memberikan uang tersebut pada sang nenek. Namun hambatan berikutnya yang baru saja Lisa sadari adalah, rasa sakit pada pangkal pahanya semakin terasa kala ia mulai berjalan.
Membuatnya terjatuh berulang kali pada lantai marmer kamar pria itu. Lisa mencoba tenang dan terus berusaha keluar dari sana, tapi tubuhnya menegang saat ia mendengar suara ranjang yang berderit. Lisa menoleh, Jungkook terbangun dengan wajah luar biasa mengantuk. Mereka saling tatap untuk beberapa saat, sebelum pemuda itu menenggelamkan wajahnya kembali pada bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome [LIZKOOK](21+)√
FanficSeharusnya aku membenci orang itu! Seharusnya aku mengutuk apa yang telah dia perbuat padaku! Seharusnya aku melupakan setiap sentuhannya pada tubuhku! Tapi kenapa? kenapa di saat aku berusaha keras untuk mulai menata hidupku kembali justru aku ter...