Suara langkah kaki yang mendekat makin menenggelamkan pandangan Lisa, dia tidak berani menatap ke mana pun selain lantai bersih toilet yang perlahan-lahan dipijak oleh sepasang sepatu air Jordan putih. Seharusnya Lisa pergi dari sini, dia tidak lupa apa yang pria itu lakukan padanya kemarin. Rokok Jungkook tinggal setengah, dan dia membuangnya asal di bawah wastafel.Dengkusan beserta kekehan sampai pada telinga Lisa, cemasnya semakin menjadi-jadi sampai dia tidak bisa lagi untuk merasakan kakinya. Tubuhnya seolah terpaku, hingga perlakuan Jungkook yang memegang dagunya untuk menatap wajah pria itu tidak bisa Lisa sangkal. Alis Jungkook naik sebelah, dia memperhatikan wajah Lisa lamat-lamat dengan ekspresi yang tidak menyenangkan. Menanyai tanpa sedikitpun mengeluarkan suara, dan selalu saja gadis ini akan menunjukan wajah hampir menangisnya pada Jungkook.
"Kau takut padaku, eh?"
Lisa kehilangan napasnya.
"Tentu saja, kau harus takut." Lanjut Jungkook, "tatapan memohon mu sangat aku sukai." Dia berbisik, sebelah lengannya melingkar pada pinggul Lisa untuk menarik gadis itu lebih dekat padanya. Membaui hal yang entah kenapa membuat Jungkook tertarik pada si miskin ini, bukan parfum yang digunakannya, tubuh Lisa jauh dari wangi menyengat seperti itu.
Ini tampak lebih alami.
Dan Jungkook, belum pernah menemukannya dari setiap gadis yang ia tiduri.
Tanpa diperintah, Jungkook menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Lisa. Mengusak wajahnya di sana, tubuh Lisa bergetar hebat, matanya meliar dan mulai basah berharap seseorang masuk kemari untuk menolong. Tapi, jika Jungkook saja bebas melakukan apapun di balik bilik toilet itu tadi pun tanpa gangguan, maka walaupun ada yang masuk kemari tidak mungkin dia akan berani menentang pemuda ini.
"Rileks!" Titah Jungkook, matanya terpejam sebelah tangan yang bebas menyingkirkan rambut Lisa agar dia bisa lebih leluasa mengerjai area leher gadis itu. "Aku tahu kau akan suka.
Lisa menggigit bibir, bagaimana dia akan suka? Lisa sedang ketakutan setengah mati. Dalam satu kali dorongan, Jungkook berhasil mendudukan Lisa pada wastafel. Lisa memekik kecil, yang tidak Jungkook indahkan. Kedua oniks hitamnya terbuka, pandangan Jungkook mengarah pada sepasang sepatu di belakang tubuh Lisa. Dia tersenyum miring, tentu saja dia mengenali siapa pemilik sepatu itu.
Tapi toh, itu bukan urusannya.
Orang miskin akan selalu ada untuk diperbudak.
Seperti orang-orang yang dia tindas selama ini, seperti Lisa.
Bahkan jaman kerajaan dahulu pun, menyediakan wanita untuk itu.
Jungkook terlahir sebagai salah satu penguasa, yang menentangnya tidak akan bisa hidup tenang.Dia tersenyum dalam diam, merasakan getaran tubuh Lisa yang ingin dilepaskan. Hmmmmm, dilepaskan atau dipuaskan? Munafik! Gadis sepertinya sering Jungkook jumpai, berlagak menjual mahal tapi berujung mengemis di bawah kakinya.
Ya, Jungkook sadar salah satu yang menjadi daya tarik gadis ini adalah keangkuhannya! Padahal dia tidak punya apapun untuk melawan, tapi dia begitu berani. Huh, memang berapa harga tubuhnya ini? Jungkook menjauh hanya untuk menemukan wajah Lisa yang sepucat kemarin kala ia mengerjai kewanitaannya. Mata itu meliar, menemukan sesuatu di dalam saku seragam Lisa. Sangat cepat, tangannya merebut apapun itu.
"Apa ini?" Jungkook bergerak mundur, yang membuat Lisa reflek turun dari sana.
Di satu sisi dia merasa lega karena terlepas dari kungkungan Jungkook, tapi di sisi lain dia baru sadar jika yang Jungkook ambil itu... "K-kembalikan!"
Lisa berusaha mengambil wesel untuk pencairan dana pensiun yang neneknya titipkan kemarin. Dia semakin panik kala Jungkook enggan mengembalikan, dan justru mengangkat secarik kertas itu tinggi. "A-aku mohon, kembalikan!"
"Apa ini?" Manik Jungkook menyipit, dia sedikit mendongkak untuk membaca kertas itu di posisi lengan yang lebih tinggi. "Wesel pensiun eh? Empat ratus lima puluh ribu won, pffft!" Jungkook tertawa melihat jumlahnya.
"I-itu milik nenekku, ku mohon kembalikan..." Kedua tangan Lisa menggapai-gapai, kala Jungkook kemudian mempermainkannya.
"Kau ingin ini? Hahaha, empat ratus lima puluh ribu won? Apa ini biaya hidup kau dan nenekmu selama satu bulan? Gila, orang primitif ya!" Ejek Jungkook lagi, baginya uang dengan jumlah segitu biasa ia habiskan perhari. Tentu saja baginya ia lucu, membayangkan bagaimana Lisa bisa bertahan dengan uang tersebut untuk satu bulan.
"Tolong.. kembalikan!" Lisa mengatupkan kedua tangannya di dada, "itu milik nenekku."
Kepala Jungkook bergerak miring, "kalau aku tidak mau?"
"Kenapa! M-maaf, maksudku, aku mohon.. uang itu tidak ada apa-apa baginya untukmu!" Lirih Lisa, dia menunjuk dirinya sendiri. "Kau kaya, kau bisa membeli apapun yang kau mau dengan uang yang kau p-punya, t-tapi aku dan nenekku.. kami-"
"Baiklah-baiklah! Hah..." Jungkook memandang Lisa penuh arti, "cium kakiku!"
"A-apa?"
"Kau tuli?"
Tidak, Lisa tidak tuli, tapi apa baru saja dia disuruh mencium kaki Jungkook? Lisa memandang pria itu nanar dan Jungkook yang tidak sabar membuat gerakan seolah akan menyobek kertas itu. "T-tunggu! J-jangan!"
"Hm?"
Ragu-ragu Lisa mendekat, dia membuat gerakan berlutut. Matanya terpejam, mencium kaki seseorang itu tidak ada dalam tata krama mana pun. Itu adalah perbuatan yang benar-benar menginjak identitas juga karakter seseorang, namun yang Lisa hadapi bukanlah seorang manusia yang bisa menghargai nilai-nilai tersebut. Akan terasa percuma jika Lisa mendebatnya untuk ini, dibanding dirinya wesel milik neneknya lebih penting dari pada apapun.
"Ck, lama sekali!"
Lisa mulai menunduk, airmatanya jatuh mengenai sepatu milik Jeon Jungkook. Tidak pernah ia sangka akan diperlakukan seperti ini, awal mula menginjakan kaki di SMA yang Lisa pikirkan adalah sebuah masa depan yang cerah sesuai harapannya dan neneknya. Tapi, yang dia dapatkan malah berbanding terbalik, sehingga ia bertanya pada Tuhan dosa macam apakah yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
Bibirnya menyentuh ujung sepatu Jungkook.
Rasa malu yang luar biasa telah membakar hati Lisa, dia belum juga akan bangkit jika saja Jungkook tidak menjambak rambutnya kemudian. Dia menyeringai, "gadis pintar!" Secara paksa dia mengecup bibir Lisa yang bungkam.
Menggigitnya, berusaha agar gadis itu juga membalas ciumannya tapi gagal sehingga Jungkook melepaskan jambakan di rambut Lisa dengan gerakan melempar. Dia mendengkus, sudah mencium kakinya saja, Lisa masih sok keras kepala. Gadis itu mengelap bagian bibirnya seakan jijik. Dia tidak menatap Jungkook sama sekali.
"Aku akan mengembalikan wesel ini!"
Lisa menoleh mendengarnya.
"Tapi..." Telunjuk Jungkook terangkat, "kau yang akan mengambilnya malam ini--"
"..."
"Di apartemenku!"
Author's note :
Preview lagi gaesss, kok pendek banget ya! Iya nih bikos lanjutannya konten explicit pake banget 😭.. jadi tiap part yang aku up di WP dan Ebook memiliki perbedaan di extra part gitu ya gaes ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome [LIZKOOK](21+)√
Fiksi PenggemarSeharusnya aku membenci orang itu! Seharusnya aku mengutuk apa yang telah dia perbuat padaku! Seharusnya aku melupakan setiap sentuhannya pada tubuhku! Tapi kenapa? kenapa di saat aku berusaha keras untuk mulai menata hidupku kembali justru aku ter...