»»-One-««

794 105 11
                                    

Young and Beautiful

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Young and Beautiful

.
.
.

Mata menilik kearah gumpalan asap dupa jiwa. Sesekali batuk untuk membersihkan tenggorokan. Duduk dit
epian, gadis muda menunduk kembali melakukan kegiatan yang semula terhentikan.

Suara halus tawa dan kekehan pelan, Hutan Avidya membawa hawa sejuk setiap kali diiringi percikan air terjun yang berderum. Rambut hitamnya diikat satu dibelakang kepala dan terjun kepunggungnya.

Telinganya mendengar komat kamit asing dari sang sahabat, masih saja sejak seminggu ini sahabatnya mendadak aneh dan bertingkah asing.

Setiap kali dupa jiwa dibakar, asap berbau wewangian dari bunga padisara menguar diudara. (Y/n) akan memilih menjauh lantaran tidak mau ikut-ikutan dengan Haypasia.

Duduk di atas batu besar, sesekali burung hutan berdiri tak jauh darinya. Seolah mencoba menyapa dan mengajaknya berbincang ringan. Tentu hanya senyuman dan beberapa butir kacang yang dia sediakan sebagai sambutan penghuni hutan itu.

"Hai." Ucap gadis itu pelan. "Bagaimana kabarmu?"

Kekeh pelan keluar dari bibir merah mudanya, mana mungkin ada suara balasan dari sang burung bukan?

Srek srek!

Suara dahan yang terinjak meningkatkan fokus, gadis itu mendapati pemuda berambut hitam dengan beberapa helai berwarna hijau bak pucuk muda. Matanya berwarna hijau satin, dengan sedikit rona merah dibawah pupil.

"Lagi-lagi?"

Tanya si pemuda hanya dijawab senyum maklum, "ya, dia lagi lagi melakukannya Tighnari."

Tighnari menghela nafas. Kedua tangannya mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tas kecil dipinggangnya.

"Makan saja dulu," Tighnari memberikan bungkusan tepat di atas tangan (y/n). "Haypasia mungkin akan memakan waktu lama, terakhir kali dia sampai tidak makan selama dua hari. Beruntung ada Traveler yang membantunya."

(Y/n) ikut melirik ke arah dalam goa dimana Haypasia tertidur lelap di atas batu yang dialasi lembaran daun. "Kalau digulung seperti makanan..." Pikir (y/n) membuka bungkusan makanan yang dia dapat dari Tighnari.

"Terimakasih makanannya," Ujar (y/n). Suapan demi suapan memenuhi mulut. Tighnari sendiri tidak terlihat akan beranjak dari posisinya berdiri.

"Ngomong-ngomong Tighnari," (Y/n) menatap pemuda setengah-setengah itu. "Bagaimana kabar Collei? Apa sakitnya..."

Tighnari menghela nafas dan mengambil posisi menyender ke sebuah pohon. "Eleazar, penyakit Collei sempat kambuh beberapa waktu lalu." Tighnari bisa melihat kecemasan di sepasang mata merah (y/n). "Tidak perlu cemas, Collei sudah kembali seperti semula, kok."

"Bagaimanapun aku akan tetap mencari cara menyembuhkan Eleazar." Ucap (y/n) pelan. "Aku tidak mau Collei merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang terjangkit Eleazar yang sudah sangat parah."

Tighnari mengangguk, "aku mengerti kecemasanmu, tapi jangan terlalu memaksakan diri. Collei masih tetap bernafas kalau dia tidak terlalu terbebani."

Jemari (y/n) memilin ujung baju pelan, sejenak kepalanya berpikir, berputar kembali ke masa lalu hingga sebuah suara menginterupsi percakapan keduanya.

Haypasia terlihat menguap dan meregangkan badan. "Pagi!"

Ucapan santainya membuat (y/n) dan Tighnari mau tidak mau tersenyum maklum.

"Ini sudah sore Hay." Jawab (y/n).

.
.
.

Haypasia meletakkan dupa jiwa keatas meja. Gadis berambut hijau mint itu terlihat tidak menyerah dengan menggapai meraih kesadaran dewa yang dia impi-impikan.

"Hay?" Panggil (y/n).

Haypasia berbalik menatapnya bingung. "Ya?"

"Besok aku akan ke akademia," Kata (y/n). "Alu harus memberikan tesisku."

Haypasia tersenyum lebar, "kebetulan! Alu juga ingin ke akademia besok untuk membeli dupa baru. Dupa ku sudah hampir habis, hehe!"

(Y/n) meletakkan lilin diatas nakas, "kalau begitu kita harus bangun cukup pagi besok." Ucapnya seraya menghembus api lilin. Selamat malam Hay."

Bergelung dibawah selimut, Haypasia menjawab dengan dengkuran halus dan terjun ke dunia mimpi. (Y/n) sendiri memilih ikut masuk ke dalam selimutnya. Menatap kelangit-langit rumah, beberapa sarang laba-laba terlihat nangkring dibeberapa sudut. Tersenyum masam, gadis itu berpikir akan membersihkannya besok.

Melodi hutan terdengar halus, membuainya yang perlahan ikut masuk ke alam mimpi. Di seberang dia bisa melihat siluet seseorang berambut gelap yang berdiri tepat disamping kasur Haypasia.

"Siapa itu?"

Hal berikutnya yang dia ingat adalah gelap. Dengan sebuah suara yang menggaung ditelinga.

"Kau bisa melihat wujudku?"

Suara yang begitu halus tapi penuh dengan ketegasan. Diriringi sepasang mata ungu tajam yang menatapnya balik. Sebuah kenyamanan yang asing.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: berhubung belum kompre jadi nyoba dulu buat up T-T

.
.
.

.
.
.

.
.
.

14 Januari 2023

✥Warmless [Scaramouche/Wanderer x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang