»»-Two-««

486 85 9
                                    

Pagi yang cerah untuk keduanya. (Y/n) dengan rambut hitamnya yang digulung rapi dibelakang kepala, menyisakan sedikit anakan rambut yang membingkai wajah bulatnya. Sedang Haypasia yang kini sibuk merias kelopak matanya menggunakan serbuk mawar.

Haypasia juga turut mengenakan pakaian pelajar khas Sumeru Akademia. Warna hijau sangat cocok bagi gadis berambut hijau itu.

"Aku siap!" Ucap Haypasia semangat. Gadis itu terlihat sangat cerah dan ceria. Berbanding terbalik dengan (y/n) yang kusut karena sejak tadi pagi sibuk mencari tesisnya yang menghilang tiba-tiba padahal sudah dia pastikan meletakkan tesisnya di atas meja belajar.

Haypasia berjalan mendekati (y/n) dan menepuk pelan pundak gadis itu, "sudah jangan kusut lagi. Kau masih menyimpan salinannya kan?"

(Y/n) mengangguk, "yah, kau benar. Ayo, sudah sedikit terlambat bagi kita. Aku akan pergi ke perpustakaan House of Daena saja jadinya."

Haypasia masih bisa melihat reaksi masam dari (y/n). Bukan dia yang mengambil tesis itu, (y/n) pun sudah berkata bahwa dia melihat Haypasia tidur terlebih dahulu. Tapi tetap saja Haypasia secara tidak langsung merasa bersalah karena mungkin saja ada maling yang menerobos masuk ke dalam tempat tinggal keduanya dan dia tidak sadar itu.

Keduanya keluar dan mulai berjalan meninggalkan desa Ghandharva. Tighnari terlihat dari kejauhan di pandangan (y/n) tengah sibuk memberi komando kepada beberapa orang penjaga hutan yang sepertinya baru masuk sudah menemukan penyakit hutan Withering.

"Tighnari!" Panggil (y/n). Pemuda berambut hitam dengan beberapa garis hijau neon itu berbalik menatap (y/n) dan Haypasia lalu melambaikan pelan tangannya.

"Aku dan Haypasia akan ke kota, apa kau mau nitip sesuatu?" Tanya (y/n).

Tighnari sejenak berpikir lalu bergegas menjawab, "iya ada. Bisakah aku menitipmu buku ilmu The Withering pemula untuk mereka? Buku milikku entah kenapa hilang semalam dan aku tidak dapat menemukannya dimanapun. Tolong, ya?"

(Y/n) balas tersenyum, "tentu!"

Sepergian kedua gadis itu, Tighnari kembali sibuk menceramahi anak-anak baru penjaga hutan yang dengan bodohnya masuk kedalam The Withering padahal itu adalah hal yang salah dan sangat berbahaya. The Withering atau penyakit hutan bisa menyerap kehidupan siapapun yang berdiri didekat atau diatasnya.

.
.
.

Sesampainya di House of Daena -perpustakaan akademia- (y/n) langsung berjalan memencar dari Haypasia menuju rak khusus yang membahas penyakit Eleazar, penyakit yang menimbulkan sisik hitam diatas kulit korbannya.

Pandangannya tertuju pada sebuah buku setebal lima belas senti. Sebuah buku yang menerangkan sejarah munculnya Eleazar pertama kali dan pengorbanan Archon Dendro sekitar lima ratus tahun yang lalu dalam membantu menghapuskan Eleazar dari Sumeru.

Isinya tertata rapi bak kisah dongeng, tanpa sadar gadis itu sudah berjalan kearah meja dan duduk di atas kursi sembari meneruskan membaca buku yang dia temukan.

"Pengembara baru saja memasuki kota dan sudah pergi ke Teater Zubayr."

"Benarkah? Pengembara yang terkenal itu sudah sampai di Sumeru? Apa dia hendak mencari sesuatu hingga sudah pergi ke 3 negara, 4 dengan Sumeru tentunya."

"Aku tidak begitu tahu, tapi kabarnya pengembara itu mencari adiknya yang hilang."

"Wah, itu keren bisa pergi ke negara manapun yang kau inginkan."

"Kau benar, aku jadi ingin melihat rupa pengembara yang disebut-sebut sebagai Honorary Knight itu di Mondstad."

Suara bisik-bisik sepasang pria dan wanita dari kejauhan sejenak mengganggu fokus (y/n). (Y/n) sendiri juga belum melihat seperti apa rupa Pengembara selain ciri-cirinya yang sudah disampaikan oleh Tighnari saat dia menemani Haypasia di goa dulu.

Rambut pirang yang dijalin dengan seorang peri kecil yang terbang didekatnya. Itulah ciri-ciri Pengembara yang diberitahukan oleh Tighnari.

(Y/n) kembali fokus membaca sejarah Eleazar sekalian mencari beberapa buku The Withering pesanan Tighnari.

.
.
.

"Dottore..."

Suara pelan yang sayup-sayup terdengar diruangan itu. Seorang laki-laki berambut biru muda dengan topeng yang menutupi setengah wajah bagian atasnya terlihat baru saja menyuntikkan sebuah cairan ke punggung pemuda yang ada dihadapannya.

"Kau tahu harus menahannya agar ini berhasil. Para Sage itu akhirnya mau ikut dalam rencana ini. Jangan lupa, ini demi mendapatkan rupa dan kekuatan Dewa."

Pemuda berambut ungu setengkuk menunduk merasakan sakit ditubuhnya. Meski dia hanya robot tanpa hati, tetap saja dia memiliki emosi. Satu-satunya alasan kenapa dia bisa bertahan hidup setelah melalui berbagai macam eksperimen Dottore untuk bisa mencapai Dewa.

"Scaramouche," Panggil Dottore. "Aku akan melihat keluar sebentar, aku dengar Pengembara sudah sampai kesini. Aku ingin mengawasinya karena bisa saja dia menghalangi rencana kita nantinya."

Pemuda yang dipanggil Scaramouche itu mengangukkan kepala dan memilih tidur dalam keadaan tersungkur. Punggungnya sangat perih dan sulit bahkan baginya untuk membalikkan tubuh. Kedua mata menatap tangannya yang tepat berada tepat disamping kepala.

Beberapa luka goresan yang tidak akan hilang ataupun sembuh. Beberapa luka yang dia dapat saat dulu membantu temannya yang merupakan seorang pandai besi yang kemudian mengkhianatinya dengan melemparnya kedalam tungku api.

Scaramouche berdecih pelan, "sialan, aku jadi teringat masa lalu."

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: scara di game gue kasih nama aborkid, kalau kalian apa? Spill dong wkwkwkw 🤣

.
.
.

.
.
.

20 Februari 2023

✥Warmless [Scaramouche/Wanderer x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang